8. Mak Lampir

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ibel kesal harus satu kamar dengan mak lampir, dia baru saja bersiap tidur, tapi si Alma dengan sengaja tidur melintang sehingga tak ada tempat untuknya. Menyebalkan.

Tak kalah dengan sikap menjengkelkan Alma, ia pun mengambil air di samping nakas, lalu dia menyirami air itu ke wajah Alma sontak membuat si mak lampir menjerit.

"Aaaaaaa …." Suara teriakan Alma membuat telinga Ibel terasa sakit, dia semakin kesal dengan Alma, entah dari mana Bisma munggut mak lampir satu ini. "Apa-apaan sih lo? Lo pikir gue belum mandi, basah deh muka gue," omel Alma tak terima, dia bangkit dari ranjang.

"Makanya jangan serakah jadi orang! Dasar mak lampir!" Alma ternganga mendapat cibiran Ibel, berani sekali mengatainya mak lampir, orang cantik begini masa dibilang mak lampir, gak salah tuh.
Alma pun kesal bukan main, dia menjambak rambut Ibel dengan kuat, rontok-rontok deh tuh rambut. "Aaaaaa … ASU LO!" Jeritan Ibel terdengar dari luar.

Mendengar suara cempreng Ibel, sontak membuat Bisma masuk ke kamarnya, padahal baru juga dia memejamkan mata, dia menggelengkan kepalanya, bagaimana mungkin bisa mereka gak akur begini? Sebenarnya apa sih yang mereka ributkan, sampai-sampai menggangu ketenangannya.

"Ada apa lagi sih? Kenapa ribut lagi?" tanya Bisma yang masih menatap keduanya bergiliran.

"Tanya aja sama calon istri kesayangan lo ini!" Ibel mengusap kepalanya yang sakit, terlihat jelas sorotan mata Ibel sangat tak menyukai Alma, dari awal bertemu dia memang sangat membenci wanita ini.

Bisma mendekati Alma yang sibuk mengerikan rambutnya. "Sebenarnya ada apa ini? Aku tau pasti kamu yang mulai." Tambah kesal Alma mendengar lontaran Bisma, bukan membelanya malah menuduhnya, amit-amit deh beneran jadi calon istrinya, masih bagusan kang kebon rumahnya kale.

"Kok aku? Mata kamu buta? Gak liat apa aku basah gini," protes Alma menatap Bisma dari atas hingga ke bawah, tidak ada kenikmatan yang bisa dipandang dari pria ini, tapi heran deh kok Ibel menyukainya, sifat sok taunya memang kadang-kadang terbukti benar, analisanya jarang sekali meleset.

"Kamu habis mandi?" Bisma ini katarakan kayaknya, kok bisa menganggapnya habis mandi, kalau mandi basahnya gak di kepala doang. Pengacara bego. Ah, ingin sekali Alma mengumpat pria ini, tapi dia gak mau harga diri Bisma jatuh di depan Ibel, lantaran mereka kan sepasang kekasih.

"Aku itu lagi tidur, tapi teman kesayangan kamu ini nyiram aku pake air." Alma berkata apa adanya, dia sengaja menekan kalimat 'kesayangan'. Biar sekalian tuh si Ibel dimarahin, habis rese' banget sih.

"Ibel gak mungkin ganggu kamu, kalau bukan kamu duluan." Walau bagaimanapun Bisma lebih mengenal karakter Ibel dibanding Alma, sedang Alma, anak kemarin sore yang baru dia kenal. Dia gak tau sifat Alma aslinya, barangkali Alma masih menggunakan topengnya.

Alma geram, dia pun mengambil tasnya dengan emosi, hari sudah malam dia ingin meninggalkan apartemen Bisma saat itu, dan kebodohan itu harus dia lakukan, bisa gila ia berhadapan dengan dua orang saling melindungi sedangkan dia … tidak! Bisa saja Alma mengeluarkan senjata dari dalam tas, tapi dia tau Bisma bisa ketakutan, dan mati kutu, selain itu Bisma juga pengacara, bisa gaasswat jika harus berurusan dengan hukum.

"Eh, kamu mau ke mana?" Bisma mencekal tangan Alma, dia melirik sudah sangat larut, ia gak bisa membiarkan wanita ini pergi sendirian, Bisma khawatir, apalagi zaman sekarang kejahatan semakin berlimpah.

"Bukan urusan kamu! Urus aja dia tuh," cicit Alma sembari menunjuk Ibel dengan lengkukan bibirnya.

"Tapi kamu mau ke mana?" Bisma sangat khawatir, dia gak mau sesuatu terjadi kepada Alma, ya katakanlah Alma hanya berdrama dengan alasan bunuh diri. Namun, jika pergi pertengahan malam begini yang ada para dedemit berkeliaran.

"Terserah aku mau ke mana aja, singkirkan tangan kamu!" beo wanita dengan kasar, mendingan juga dia tiduran di hotel malam ini, capek ah berurusan dengan Bisma.

"Gak bisa gitu dong, kamu itu calon istri aku." Bisma masih menahan Alma pergi, tapi dia tak tahu tengah berurusan dengan siapa? Selain kelakuannya minus, si Alma juga gak tau diri.

Alma menyentil keras dahi Alma. "Lo lupa itu cuma settingan," bisiknya mengingatkan pria ini, siapa yang bermain api, dia harus memadamkannya sendiri, kini Alma maupun Bisma terjebak dengan permainan mereka sendiri.

*

Alih-alih tak mau menginap di apartemen Bisma, kini keduanya ada di hotel layaknya suami istri, bahkan mereka dikasih room honeymoon, hotel sebesar ini tak bisakah memberikan kamar mereka dua room.

Karena kebodohannya sendiri, ia mengaku suami istri ke pihak hotel, sehingga diberikan room menjijikkan ini. Astaga, mimpi apa semalam dia? Jangan-jangan laki-laki ini akan mesum kepadanya.

"Jangan coba menyentuh aku!" Alma mengancam Bisma, dia berwaspada dengan mengenakan pakaian tertutup.

Bisma terkekeh kecil, dia tidak sebrengsek itu sampai mau merenggut mahkota Alma, walaupun sejak kecil melalui kekelaman dalam hidup tidak membuat Bisma berpikiran pendek, ah bisa saja dia menyentuh Alma, lalu menikahinya, itu cara singkat untuk mendapatkan Alma.

"Otak kamu bisa gak berpikiran positif, aku nggak tertarik buat menyentuh kamu," gerutu Bisma membela dirinya. Dia sedikit berdecak sambil membanting tubuhnya di ranjang.

"Baguslah kalau kamu nggak tertarik, asal kamu tau aku udah punya calon suami." Entah berapa kali Alma membohongi pria ini, sejak tau Bisma jatuh cinta kepadanya, ia jadi ngeri-ngeri gimana gitu ke Bisma.

Bisma malah tertawa sembari menelungkupkan tubuhnya. "Laki-laki bego mana mau nikah sama perempuan galak kayak kamu."

Manik mata Alma memicing tajam, ia membalut wajah tampan pria ini dengan bantal, lalu menduduki kepada sambil bergoyang-goyang membuat Bisma merintih kesakitan.

"Alma!" Bisma berteriak. "Kamu kira-kira kek nyiksa aku, syukur-syukur aku baik mau temani kamu di sini." Bisa mati juga nih Bisma, udah mulai hengap dia.

"Yaelah, laki kok cemen amat sih? Ganti kelamin aja sekalian." Kata-kata meremeh Alma sontak membuat tubuhnya terbanting, dan gilanya sekarang Bisma menindik tubuhnya.

Astaganaga! Jantungnya Alma gak aman, detak jantungnya terdengar kencang, ada sesuatu menekan, napasnya turun naik menatap Bisma.

"Mau bukti kalau aku nggak cemen." Bisma dengan sengaja membuka koas yang ia kenakan, tampak tubuh kekarnya.

"Kamu ma—-mau apa?" Alma berkata gugup, bibirnya seketika bergetar, menelan salivanya saja kesulitan.

Deg!

Jantung Alma semakin tak karuan, ada bom yang meledak-ledak. Dia memejamkan mata saat Bisma yang berusaha mendekati wajahnya, tangannya sudah keringat dingin begini.

"Jangan ge'er! Aku cuma mau dengar suara jantung kamu, deg-degan ya dengan orang ganteng?" Bisma mengangkat alisnya berulang kali dengan muka menggoda.

'Laki-laki ASU! Gue udah gemetaran begini, ternyata dia ngeprank doang.' Alma bergumam dalam hatinya.

Namun, beberapa detik kemudian Bisma mendekap erat tubuh Alma, setelah itu menyapa bibir Alma dengan lembut, mempertemukan liur masing-masing.

Shit! Alma terjebak lagi, dia malah dicium Bisma kembali, namun dengan begonya ia dapat menikmati ciuman itu, lidah Bisma mendarat di sela-sela tenggorokannya memainkann dengan lincah.

Sudah puas dengan bibir Alma, ia mendarat jejak leher putih mulusnya, aroma parfum caramel cokkies sudah menjadi khas milik Alma.

Kegelian pun mulai terasa, seperti tersentrum. Wanita cantik ini yang tadinya berusaha melepas diri, tapi sekarang pasrah bahkan tangannya menerkam punggung Bisma.

Tok … tok … tok ….

Saat asik bergulat, pengganggu pun datang. Keduanya sontak menatap pintu, Bisma turun dari ranjang sambil mengenakan kembali kaosnya.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro