Awal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Seorang laki-laki bertubuh jangkung, rambut cepak memakai kemeja berwarna putih itu melangkahkan kaki menuju tempat kerjanya, setelah memarkirkan motor. Ya, hari ini hari pertama dia kerja. Aldar, nama laki-laki itu. Laki-laki berusia 26 tahun, yang punya kesempatan besar diterima di perusahaan impiannya selama ini setelah beberapa kali mencoba melamar pekerjaan di mana-mana. Perusahaan yang berdiri di bidang properti ini memang sangat dikenal. Meskipun Aldar diterima sebagai karyawan biasa, dia sangat senang.

Dia tersenyum, sambil mengedarkan pandangan ke seluruh penjuru isi kantor.

"Halo, kamu anak baru, ya?" sapa seseorang laki-laki berwajah tirus, rambut kribo.

Aldar mengangguk. "Iya, Pak," jawabnya.

Laki-laki itu mengulurkan tangan, yang langsung disambut oleh tangan Aldar. "Kenalin nama saya Gading, panggil saja Oding."

"Aldar Zulfikar, panggil saja Aldar, Pak."

Oding tertawa, dia merasa tua dipanggil "Pak".
Melihat lawan bicara yang tertawa alis Aldar naik sebelah.

"Ada yang lucu, ya?"  Aldar setengah tertawa, ragu. Jujur, Aldar anak yang suka bercanda, tetapi kalau baru berkenalan dengan orang baru dia tidak berani memperlihatkan tingkah konyolnya.

Oding menepuk-nepuk bahu Aldar lumayan keras. "Nggak ada yang lucu, kok," jawabnya. "Akhirnya, saya nemu teman yang sefrekuensi sama saya."

Lagi dan lagi, Aldar bingung. Dia tidak tahu maksud pembicaraan teman barunya itu. Seolah bisa membaca pikiran Aldar, Oding langsung menimpali.

"Kita ini ditakdirakan sama Tuhan untuk berteman, Brother,"celetuk Oding. "Ya gue sama lo. Gue tahu lo itu tipe manusia kayak gue ini, tipe humoris dan konyol."

Aldar menggelengkan kepala. Dia pikir tipe manusia yang ada di perusahaan impiannya berisi manusia muka serius, tapi dia salah. Nyatanya, di hadapan Aldar berdiri manusia spesies yang kocak.

"Mulai sekarang kita berteman," ucap Aldar menjabat tangan yang langsung disambut oleh Oding.

Oding kembali menepuk bahu kanan Aldar. "Tapi, nggak semua yang kerja di sini bisa diajak bercanda, ya? Kebanyakan mereka muka robot alias muka serius, tapi gue enggak. Ya, menurut gue namanya kerja itu nggak perlu dibuat serius. Yang penting fokus dan selesai."

Aldar tersenyum. Cowok itu merasa beruntung bertemu dengan Oding, teman yang memberikan kesan pertama anak yang baik dan periang.

"Ya, benar. Asal nggak nentang perintah bos, kita aman, Bro."

Aldar dan Oding akhirnya masuk ke dalam kantor. Oding pun memperkenalkan Aldar ke rekan kerjanya. Semua menyambut Aldar dengan baik, satu persatu menyalami Aldar dan mengucapkan selamat bergabung di perusahaan. Saat orang terakhir yang menyalami Aldar, membuat seolah jantungnya berhenti seperkian detik. Dia melihat di hadapannya ada perempuan yang selalu di hatinya sampai sekarang. Almira, namanya. Sekilas dari Almira, dia adalah perempuan yang selalu menolak cintanya semasa di bangku kuliah. Seolah tak percaya, Aldar kembali bertemu dengan Almira, masih dengan perasaan yang sama.

"Almira, kan?" sapa Aldar dengan penuh senyum.

Almira tersenyum sinis. "Iya, ini gue. Heran gue, di mana-mana ada lo."

Setelah mengucapkan kata super pedas, Almira melengang pergi, mengobrol dengan teman kerja lain.

Aldar mengatur napas. Ya, dia tahu selama ini sikap Almira memang tidak mengenakkan, apa lagi selama kuliah Aldar tidak tahu malu mengejar cinta perempuan itu tanpa lelah.

Tanpa Aldar sadari, Oding menguping pembicaraan keduanya.

"Jadi, lo kenal Almira? Si judes itu?" Oding berkacak pinggang. Semua kantor juga tahu siapa Almira, si perempuan pencinta good looking.

Aldar mengangguk. "Ya, dia temen kuliah gue, Ding."

Oding ikut mengangguk. "Gue tahu lo dulu suka sama dia, ya?" tebak Oding.

Aldar mengiyakan ucapan Oding. Aldar pikir setelah hampir dua tahun mereka tidak bertemu, sikap Almira akan baik, tetapi sama saja. Perempuan itu masih bersikap ketus padanya.

"Kok lo bisa suka sih sama cewek modelan gitu? Ya, dia emang cantik, tapi yang nggak gue suka sama dia, ya itu, dia pencinta cowok good looking." Oding tak habis pikir.

Aldar hanya terdiam. Baginya, urusan hati hanya dirinya yang tahu.

Aldar menepuk bahu Oding, lalu mengajaknya untuk absen menggunakan finger print. Dia tidak mau di hari pertama kerja telat absen.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro