Riana

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sebuah ketukan pintu terdengar dari rumah Aldar.  Dengan malas, Aldar yang sedang berada di ruang tamu beranjak lalu membuka pintu.  Ketika pintu terbuka,  terlihat seorang perempuan cantik menggenakan  jilbab hitam tersenyum manis.  Aldar menaikkan sebelah alis.

"Cari siapa,  ya?" Aldar bertanya ramah.

Perempuan itu menjawab, "apa benar ini rumah Bu Inayah?"

Aldar mengangguk dan mempersilakan masuk.

Perempuan yang belum diketahui namanya itu langsung duduk di sofa.  Sementara Aldar langsung memanggil ibunya yang kebetulan sedang berada di dapur untuk makan malam.

"Bu,  itu ada yang nyariin." Aldar menunjuk ke ruang tamu.

Mendengar ada yang mencari dirinya,  Inayah
yang sudah selesai memasak pun mematikan kompor dan segera menuju ruang tamu diikuti oleh Aldar.

Inayah langsung menyambut tamu itu dengan hangat, lalu memeluknya sekilas.

"Aldar,  ini anak temen ibu yang kemarin ibu ceritakan ke kamu." Inayah beralih memandang Aldar.  "Namanya Riana."

Aldar hanya tersenyum menanggapi ucapan ibunya.

Inayah pun duduk di samping Riana,  sedang Aldar duduk di dekat Inayah.

"Kalian ngobrol-ngobrol dulu,  ya?" Inayah berdiri,  bergegas menuju dapur, mengambil masakan tadi. 

Aldar terdiam.  Dia bingung bagaimana mengajak ngobrol lawan bicaranya. Cowok itu lalu menghela napas,  dan mengajak bersalaman.

"Nama saya Aldar." Aldar menjabat tangan Riana, Riana langsung dibalas jabatan tangan itu.

"Riana."

Aldar kembali terdiam seusai berkenalan dengan Riana.  Di lain sisi,  dia merasa tak enak hati mencueki Riana,  akan tetapi Aldar juga bingung mau bicara apa lagi.

"Aldar kerja di mana?" Riana mulai membuka pembicaraan.

"Karyajaya,  di bidang properti." Aldar tersenyum sekilas.  "Kamu?"

"Karyawan biasa,  kok."

Tak berselang lama,  Inayah menuju ruang tamu, menyuruh Aldar dan Riana bergegas menuju ruang makan.  Aldar, Inayah dan Riana segera berjalan ke ruang makan.  Di sana sudah tersedia banyak makanan.  Aldar sudah membatin,  ibunya sengaja makan banyak karena kedatangan perempuan yang akan dijodohkan dengan dirinya.

Riana dan Aldar duduk bersampingan. Inayah duduk sembari tersenyum.

"Oh,  ya,  Tante,  maaf ya ibuku nggak bisa datang, baru ada urusan." Riana tersenyum pada Inayah.

Inayah mengangguk.

Ruang meja makan, suara dentingan meja dan garpu ketika ketiganya menyantap makanan.  Ya, Inayah memang sengaja masak banyak hari ini,  seperti masak rendang, sop, ayam goreng serta sambal sebagai pelengkap.  Di dapur Inayah juga menyisakan sedikit makanan untuk suaminya,  yang hari ini pulang kerja agak larut karena lembur.

Setelah selesai makan,  Riana membantu Inayah membereskan meja makan. Aldar juga turut membantu membereskan.

Tak berasa waktu berlalu,  setelah mengobrol lama,  Riana memutuskan untuk berpamitan pulang.  Jam pun sudah menunjukkan pukul sembilan malam. 

"Tante,  Riana pulang dulu, ya." Riana berpamitan sopan, lalu menjabat tangan Inayah.

"Kamu ke sini tadi naik apa?" Inayah melongok keluar karena tidak ada kendaraan yang terparkir di halaman rumah.

"Saya naik ojek,  Tante."

"Begini saja,  Riana,  kamu biar diantar Aldar pulang." Inayah merasa khawatir kalau Riana harus pulang naik ojek, ditambah waktu sudah semakin larut.

Aldar mengeryitkan dahi.  Tanpa basa-basi,  Aldar langsung mengeluarkan motor yang ada di garasi kecil.

"Ayo,  naik ke motor." Aldar menunjuk dengan dagu.

Riana langsung naik ke jok belakang motor,  tak lama motor itu pun melaju dengan kecepatan rata-rata.

"Maaf,  ya,  jadi repotin kamu." Riana merasa tidak enak pada Aldar,  yang harus mengantarnya pulang.

"Santai aja,  Riana." Dari spion Aldar bisa melihat wajah Riana yang manis dengan helm berwarna cokelat itu.

Aldar tersenyum.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro