ENDING

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Cinta selalu menemukan jalannya

•••••

Keadaan menenangkan di sini. Rupat masih kota berkembang, pasalnya infrastruktur menuju daerah masih dibatasi hanya bisa jalur laut yang dilintasi dengan kapal Roro. Begitu sampai di daerah Batu Panjang, Rakha langsung memesan dua kamar untuk menginap.

Malam yang indah. Semakin indah karena dibarengi sambil melihat wajahmu.

Rakha melamun sambil memperhatikan Insani yang menyantap makanan itu. Lampu di restoran ini remang-remang. Mungkin sengaja dibuat begini karena menyesuaikan dengan daerah pesisir. Lagipun, Insani mungkin tidak menyadari kalau ia terus berada dipengawasan Rakha. Manik pria itu tak lepas dari pandangannya ke arah wajah lembut Insani.

Angin sepoi-sepoi menambah kesan romantis. Ingin rasanya Rakha mengutarakan isi hatinya lebih baik dari kemarin. Rasanya itu hanya seperti Insani bertanya dan Rakha sebatas menjawab.

Bila saatnya tlah tiba
Kuingin kau menjadi milikku
Berjalan bersamamu dalam teriknya hujan
Berlarian kesana kemari dan tertawa

Namun bila saat berpisah telah tiba
Izinkanku menjaga dirimu
Berdua menikmati pelukan di ujung waktu
Sudilah kau temani diriku

Band restoran itu seperti tahu saja perasaan Rakha. Lagu itu benar-benar menggambarkan isi hatinya. Ah sial! Apa aku harus nyanyi untuk mengurangi grogi? Setidaknya akan ada rasa lega walau sedikit setelah mengungkapkan perasaan ini meski lewat sindiran begitu.

Rakha terus memangku dagu dengan tangannya. Antara menikmati malam di Rupat, lagu sialan itu, atau lekuk wajah manis nun indah milik Insani yang ada di hadapannya itu. Semua kolaborasi Tuhan yang aman indah. Hati Rakha terus menggoda untuk jujur saja atas perasaannya. Lagu payung teduh itu berakhir di improvisasi yang halus dan renyah, semakin membuat Rakha ling-lung harus mengatakan apa. Ia berencana untuk memperpanjang masa liburan di sini. Besok pagi mereka akan mengunjungi kantor Biro Penyalu di Batu Panjang dan setelah itu? Mungkin tambahan satu sampai dua hari lagi di sini.

"Makanannya enak," komen Insani. Rakha tidak bisa mendengar kata-kata Insani dengan jelas. Ia menggoyangkan kedua tangan dan menunjuk telinganya, tanda tidak dengar.

"Kubilang makanan di sini enak, seafood-nya enak."

"Nggak de-ngar," eja Rakha dengan gerakan mulut tanpa suara. Pikirnya suara Insani saja tidak ia dengan apalagi suara dia, apa didengar Insani? Buang-buang suara saja.

Rakha mengantarkan Insani ke kamar penginapannya, lalu mengucapkan selamat malam dengan gamang.

*****

Mereka baru saja keluar dari kantor Biro Penyalu. Tidak acara lagi dan mereka juga saling diam, bingung harus mengatakan apa.

"Kapan kita pulang?" tanya Insani begitu masuk ke dalam mobil.

"Besok aja, ya?"

"Sore ini aja."

"Besok dong, kita belum main ke pantai. Katanya pantai Ketapang di Rupat Utara bagus lho. Ke sana yuk? Besok aja deh pulangnya. Buru-buru banget."

Insani mendehem panjang, "Sekarang kita mau ke pantai nih?"

"Iya dong."

Perjalanan memakan waktu beberapa jam. Tetap sore hari saat langit tergores garis jingga. Matahari sudah di kaki langit. Mereka beringsut di dua ayunan kayu yang terletak di pesisir pantai.

"Insani," panggil Rakha tanpa melihatnya. Entah mengapa ia begitu tenang untuk mengutarakan perasaannya, "aku mencintaimu. Katakanlah sekarang perasaanmu, mesti kamu tak suka kepadaku. Aku—"

"Rakha," potong Insani, "sepertinya aku mulai mencintaimu."

Kata-kata itu sederhana, tetapi sangat berarti untuk Rakha. Tanpa menunggu waktu lama, Rakha langsung mengajak Insani kembali ke Pekanbaru esoknya. Ia juga mengatakan ingin memperebutkan Insani dan mamanya.

"Kamu akan ketemu sama mamaku. Nggak sabar rasanya mau mamerin kamu ke mama, pasti mama kaget aku dapat jodoh. Biar nggak ngedesak aku mulu," imbuh Rakha begitu kaki melangkah keluar bandara nasional Surabaya.

Insani mendekap lengan Rakha seraya berkata, "Terima kasih untuk semua."

_______

FINISHED 😊😭

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro