MINERVO 199 : 5000 Tahun

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Sejujurnya, gugurnya tiap-tiap dari mereka, sangat mempengaruhi kehidupan saya, Tuan."

Kemudian, pikiran Roswel mulai mengingat detail-detail kecil saat dirinya dihadapkan dengan rasa kekecewaan yang besar, di mana satu persatu mentor bimbingannya di Madelta terus berguguran di tiap-tiap era. Dari mentor pertama sampai kelima, selalu tidak mampu menjalankan tugasnya sampai selesai karena berbagai masalah yang menimpa masing-masing dari mereka.

Dari Brandon, Vailea, Gareth, Yama, hingga Eiren, tidak ada satu pun dari mereka yang benar-benar menuntaskan perannya sebagai seorang mentor, selalu ada tembok tinggi yang membuat mereka memilih menyerah dan meninggalkan tugasnya tanpa kesepakatan dari Roswel yang merupakan pelayan pendampingnya.

Hari demi hari, selalu Roswel habiskan dengan menyembunyikan rasa malunya di hadapan rekan-rekan antar pelayan pendamping dan juga pada Sang Penguasa, terkait gagalnya lima mentor terakhir yang dibimbingnya.

Itu adalah hal yang paling memalukan bagi seorang Pelayan Pendamping, apalagi Roswel juga menanggung beban berat lain, yaitu dinilai sebagai 'produk langka' yang nantinya bakal menjadi pelayan pendamping super sempurna dan dapat menghasilkan mentor-mentor yang berbakat.

Namun, kenyataan tidak selaras dengan anggapan dari orang lain, bahkan di hari-hari sebelum ia bertemu dengan Paul, Roswel selalu dicibir dan disindir oleh rekan-rekan sesama pelayan pendamping sebab tidak becus membimbing seorang mentor dan perlahan-lahan, ia mulai dianggap sebagai 'produk sampah'.

"Lalu, bagaimana kau menghadapi tanggapan-tanggapan miring dari mereka?" tanya Paul yang kelihatannya kali ini tertarik pada kisah masa lalu Roswel.

Tersenyum tipis, Roswel membalasnya dengan sedikit terkekeh. "Tentu saja dengan diam dan tersenyum, Tuan."

Merasa tidak puas, dua alis Paul berkedut-kedut jengkel. "Cuma itu!? Kenapa kau tidak menghajar mereka saja!? Mereka orang-orang brengsek! Seharusnya kau buat wajah mereka jadi babak belur, Roswel!"

Menggelengkan kepalanya, Roswel kembali bersuara, "Saya tidak akan melakukannya, sebab mereka lebih kuat dari saya, Tuan."

"Hah!?" Merasa kesal, seluruh wajah Paul mulai memanas. "Dengan memiliki kekuatan super sakti begitu, kau tidak berani menyerang mereka hanya karena kau menganggap mereka lebih kuat darimu!?" Paul mendecih jengkel. "Mengapa kau jadi terdengar seperti pengecut begitu, Brengsek! Kalau kau diusik, hajar mereka! Buat dirimu terlihat kuat di hadapan mereka!"

Roswel lagi-lagi menggelengkan kepalanya. "Jika saya melakukan itu, saya akan dicap sebagai pelayan bermasalah dan itu bisa mengantarkan saya pada masalah yang lebih rumit, Tuan. Maka dari itu, saya lebih suka diam dan tersenyum saat mereka menertawakan saya."

"Baiklah, aku tidak peduli lagi soal itu!" pekik Paul dengan suara yang membentak. "Sekarang, ceritakan padaku mengenai asal-usul dari terpilihnya aku menjadi seorang mentor!"

"Maaf, Tuan," Secepat kilat, Roswel langsung membalasnya dengan senyuman hangat. "Kali ini, saya tidak bisa menjawabnya, karena itu akan dijelaskan sendiri oleh Sang Penguasa ketika Anda bersama sepuluh pahlawan bertemu dengan beliau."

"Brengsek! Kau masih saja bersikap seperti itu!" Paul benar-benar muak mendengar balasan Roswel yang selalu saja menyembunyikan informasi. "Lalu mau sampai kapan kita menunggu mereka di ruangan sempit seperti ini! Cepat keluarkan aku! Aku ingin menghirup udara segar! Sialan! Bersamamu di ruang sempit membuatku jengkel!"

"Sepertinya memang sudah waktunya," ucap Roswel dengan tersenyum ramah. "Baiklah, mari kita ke tempat yang lebih luas, Tuan."

Seketika, mata Paul terpejam secara refleks saat sebuah cahaya super terang melintas di hadapannya dan dalam sekejap, ia dikejutkan dengan berubahnya lokasi yang ia pijaki.

Paul benar-benar tercengang dengan pemindahan tempat yang sangat cepat ini, hanya dalam sedetik ia sudah berada di tempat yang berbeda. Kelopak mata Paul tak henti-hentinya membelalak dan menegang saat melihat penampakan tempat ini.

"Sekarang kau membawaku ke tempat apa lagi?" tanya Paul dengan melangkah pelan, sambil kepalanya menoleh ke setiap sudut dari ruangan luas ini. "Banyak sekali patung manusia berjubah yang hancur berkeping-keping di sini!?"

Sesuatu yang Paul perhatikan sedari tadi adalah kepingan-kepingan patung dari manusia berjubah yang hancur berantakan di permukaan lantai, berserakan begitu saja seperti telah tertembak oleh ratusan peluru, dan itu menimbulkan tanda tanya besar di benak Paul mengenai alasan dari dibinasakannya patung-patung tersebut.

Padahal Paul yakin, dari bentuk dan penampilannya saja, patung-patung tersebut memiliki nilai seni yang indah, ukiran di tiap lekukan tubuhnya sangat berkelas dan memukau.

Bahkan ruangan yang merupakan tempat Paul berdiri pun menggambarkan sebuah studio patung yang nyaman, dindingnya dipenuhi aneka lukisan kuda dan pemandangan alam, juga jendela-jendela besar yang tertempel di samping kanan ruangan menampilkan taman hijau yang dipenuhi pepohonan rindang dan beragam jenis bunga.

Luas studio itu sekitar 20 meter, cukup untuk memproduksi beratus-ratus jenis patung di sini sebab langit-langitnya pun sangat tinggi, patung seukuran pohon kelapa pun bisa tercipta di ruangan ini.

"Ini adalah salah satu tempat di mana Sang Penguasa menghancurkan para pelayan pendamping yang dianggap sebagai pelayan bermasalah, Tuan."

Baru saja Roswel bilang demikian, dua mata Paul langsung membelalak, ia benar-benar terkejut mendengar penjelasan itu. Tidak disangka kalau tempat ini bukanlah sebuah studio patung yang sempat diperkirakan oleh Paul.

"K-Kau serius!?" Pandangan Paul segera dialihkan ke muka Roswel dengan tajam. "Jadi benda-benda yang berserakan di sekitar kita, bukanlah patung!? Melainkan orang-orang sepertimu yang dihancurkan!?"

Dengan emosi yang tampak tenang, Roswel menjawab pertanyaan Paul yang dipenuhi keresahan itu. "Benar, Tuan. Mereka bukanlah patung, tetapi Para Pelayan Pendamping bermasalah yang telah dihancur leburkan oleh Sang Penguasa," Senyuman tipis Roswel sedikit menampilkan kesedihan. "Saya sudah berkali-kali mendengar rekan-rekan saya dipanggil ke ruangan ini oleh Sang Penguasa dan mereka semua tidak kembali."

"Tapi mengapa tubuh mereka jadi keras seperti patung!?"

"Itu adalah kutukan, Tuan," timpal Roswel dengan nada yang santai. "Kutukan yang diberikan oleh Sang Penguasa untuk mereka yang dianggap sebagai pelayan bermasalah, saat kutukan itu aktif, maka seluruh tubuh mereka akan keras seperti batu, dan setelah itu, Sang Penguasa akan menghancurkannya berkeping-keping di sini."

"Aku tidak tahu kalau Sang Penguasa ternyata sekejam itu." Kata Paul dengan meneguk ludahnya saking kagetnya.

"Jangan khawatir, Tuan," Roswel terkekeh melihat raut wajah Paul yang terlihat tegang. "Meskipun kejam, Sang Penguasa sangat baik dan bijaksana, beliau tidak akan menyerang Anda selama Anda tidak berbuat jahat."

"Kau tidak perlu berbicara begitu padaku! Aku bukan penakut! Aku tidak takut pada siapa pun, termasuk pada Si Sang Penguasa Sialan itu!" Paul menyeringai keji dengan memukul telapak tangannya di depan dada. "Bahkan jika aku bertemu dengannya, aku akan menghajarnya sekuat mungkin!"

Tidak memberikan respons apa-apa, Roswel hanya menampilkan senyuman tipisnya pada Paul, dia memilih untuk diam saja karena membicarakan Sang Penguasa dengan nada kasar bisa dikaitkan sebagai masalah dan ia tidak ingin terlibat lebih jauh dalam pembahasan ini.

"Tapi aku heran, mengapa nama pulau ini sama seperti bunga muasalmu?"

Mendengar topiknya sudah diubah, dengan senang hati Roswel menanggapinya. "Karena gladiol adalah salah satu bunga favorit Sang Penguasa sejak dulu, Tuan."

"Sejak dulu?" Paul menaikan sebelah alisnya. "Memang sebenarnya, umur dia berapa!?"

"Jika dihitung dengan abad ini, mungkin usia beliau sekitar 5000 tahun."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro