MINERVO 255 : Dilantik Menjadi Pahlawan Resmi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tepuk tangan yang sangat meriah langsung menggelora di sepanjang arena, semua penonton berdiri, memberikan apresiasi dan penghargaan pada Nico dan Naomi yang akhirnya berhasil mengalahkan Paul dan memenangkan pertarungan. Tidak ada yang menyangka situasi pertandingan akan berubah secepat itu, padahal sebelumnya Nico dan Naomi terlihat kesulitan dalam menghadapi Paul, tapi sekarang lihatlah mereka, sedang berdiri tegak bersama di tengah arena, memandangi semua orang yang kini serentak bertepuk tangan pada mereka. Sementara Sang Mentor hanya terkapar di tanah berpasir dengan napas yang terengah-engah, sudah terlepas dari pasir penghisap berkat bantuan Nico dan Naomi.

"DENGAN INI, MAKA NICO DAN NAOMI SECARA RESMI BERHASIL MEMENANGKAN PERTANDINGAN KELIMA DAN LOLOS MENUJU BABAK BERIKUTNYA," Suara Roswel langsung menggema di sepenjuru arena, membuat keriuhan tepuk tangan penonton jadi semakin kencang, seolah-olah semua orang sedang memberi selamat kepada Nico dan Naomi. "ITU ARTINYA, BABAK PERTAMA SUDAH USAI, DENGAN SEMUA PASANGAN BERHASIL MEMENANGKAN PERTANDINGAN. TIDAK ADA SATU PUN PASANGAN YANG GAGAL, SEMUANYA LOLOS. SANGAT MENGESANKAN SEKALI, BUKAN?"

Roswel berseri-seri, tampaknya Si Pelayan Pucat ikut bahagia pada kemenangan pahlawan-pahlawannya Paul, yang telah sukses mengalahkan kebrutalan dan kebengisan Sang Mentor. Roswel menganggap itu adalah pencapaian yang sangat luar biasa, sebab ia tahu persis sekejam dan sengeri apa seorang Paul ketika sedang marah dan bertarung, itulah kenapa dia sangat gembira melihat sepuluh pahlawan Madelta bisa bertarung dan mengalahkan Sang Mentor.

Sekarang, Roswel hanya perlu memberikan ucapan terima kasih pada semua penonton sembari mengarahkan mereka untuk bubar dari arena karena semua pertandingan sudah selesai, tidak ada lagi yang akan bertarung di tengah gelanggang. Akhirnya semua orang berhamburan pergi, untuk kembali ke urusannya masing-masing di Pulau Gladiol.

"NICO! NAOMI!" Cherry memekik saat ia akhirnya bertemu dengan dua orang yang baru saja bertanding di kolam penyembuhan, gadis mungil berambut merah muda itu berlari mendatangi Nico dan Naomi yang sekarang sedang berendam di sana. "Selamat yaa! Cherry senang karena kalian juga lolos di babak pertama! Padahal Cherry pikir, Nico dan Naomi bakal gagal, soalnya Cherry lihat kalian itu pasangan yang sangat lemah, payah, dan tidak berguna! Hihihihihi!"

Dengan santainya Cherry mengatakan itu semua tanpa peduli pada raut wajah Nico dan Naomi yang jadi berkedut kesal dan jengkel mendengar semua perkataannya. Namun, mereka berusaha menahan diri karena Cherry hanyalah gadis remaja berusia 15 tahun yang masih polos dan kekanak-kekanakan. Menghela napasnya, Nico dan Naomi memaklumi tingkah Cherry yang terkadang sangat menyebalkan.

Dengan mengelus-elus helaian rambut kuningnya yang basah, Naomi menjawab ucapan Cherry dengan tersenyum tipis. "Terima kasih atas ucapan selamatnya, Cherry," Naomi menatap Cherry dengan suara yang lirih. "Saya sangat senang."

Melirik sinis ke arah Cherry, Nico mendengus. "Di mana yang lainnya? Kenapa mereka tidak datang bersamamu untuk mengucapkan selamat pada kami?"

"Yang lain sudah pergi ke lokasi babak berikutnya, loh!" seru Cherry dengan melompat-lompat. "Sebenarnya selain mengucapkan selamat, Cherry juga ingin mengajak Nico dan Naomi untuk segera ke sana, soalnya semuanya sedang menunggu kalian!"

"Ke lokasi babak berikutnya?" ulang Nico dengan retina mata putihnya yang jadi membulat. "Bukankah itu terlalu cepat? Kenapa tidak memberi kita waktu untuk beristirahat selama satu atau dua hari sebelum kita lanjut ke babak berikutnya?"

"Cherry juga tidak mengerti! Tapi begitulah yang Roswel bilang pada Cherry dan yang lainnya!" ungkap Cherry dengan mengembungkan dua pipinya. "Ngomong-ngomong, Paul ke mana!? Cherry juga diperintahkan oleh Roswel untuk membawa Paul ke sana!"

"BERISIK!" Tiba-tiba Paul keluar dari dalam air kolam, menampakkan wujudnya yang sedari tadi menenggelamkan seluruh tubuhnya di sana. "Biarkan saja mereka menungguku sampai lumutan! Aku tidak peduli! Sekarang aku sedang fokus memulihkan luka-lukaku!"

Kelopak mata Cherry langsung terbuka lebar saat menemukan sosok Paul yang ternyata ada di kolam bersama Nico dan Naomi. "Akhirnya! Paul muncul juga! Cherry kira Paul masih terbaring lemas di arena sendirian! Hihihihi!" Kemudian Cherry mendekat ke tepian kolam untuk berbicara pada tiga orang itu dengan suara yang dipelankan. "Jangan lama-lama di sini! Soalnya bukan cuma mereka loh, yang menunggu kedatangan kalian! Tapi Sang Penguasa juga ada di sana."

Nico, Naomi, dan Paul langsung membeku, tidak tahu harus merepsons apa ketika Sang Penguasa juga terlibat di dalamnya. Mau tidak mau, mereka harus segera bersiap-siap untuk pergi ke sana, tidak ingin membuat Sang Penguasa menunggu terlalu lama, bahkan Paul saja yang tadinya menolak dan tidak peduli, jadi gesit membasuh badannya dan mengenakan pakaian dengan rusuh. Cherry terkikik melihat tingkah Naomi, Nico, dan Paul yang langsung berubah drastis hanya dalam hitungan detik.

"Di mana lokasinya?" tanya Paul pada Cherry setelah mereka berempat sudah keluar dari ruang kolam penyembuhan, sedang berjalan di lorong kastil.

"Ikuti saja langkah Cherry, ya!" Dengan cepat, Cherry maju, berjalan di depan mereka, untuk menunjukkan jalur menuju tempat babak kedua berada.

Beberapa menit mereka bergerak, langkah Cherry mendadak berhenti di depan sebuah pintu besar berdaun dua berlapis emas yang berkilau serta dihiasi ukiran bunga-bunga gladiol di setiap sisinya, membuat Nico takjub, Naomi terpesona, dan Paul berdecak lidah. Perlahan-lahan pintunya terbuka sendiri, dengan suara derikannya yang sangat menegangkan, menampilkan pemandangan dari ruangan yang di dalamnya begitu temaram dan suram. Rasanya terlalu gelap, tapi Paul merasa ruangannya sangat luas, karena ketika mereka berempat melangkah masuk, suara jejak kakinya terdengar menggema.

"Kau bilang mereka sedang menunggu kedatangan kita, tapi mana!? Aku tidak melihat siapapun di sini! Hanya ruang kosong yang gelap gulita!" bentak Paul pada Cherry yang ada di depannya, merasa jengah dan terheran-heran.

Bukan hanya Paul, Nico dan Naomi pun sama-sama tidak mengerti dan kebingungan pada maksud Cherry yang membawa mereka ke tempat seperti ini, sebab mereka sama sekali tidak merasakan adanya kehadiran seseorang di ruangan ini. Cherry hanya tersenyum lalu mengatakan, "Soalnya bukan di sini tempatnya!"

Serentak, Paul, Nico, dan Naomi terbelalak mendengar omongan Cherry.

"Kalau bukan di sini, lalu kenapa kau membawa kami kemari, Keparat!" raung Paul dengan rahangnya bergelemetuk, dan urat-urat di leher dan keningnya menonjol, saking kesal dan gemasnya pada tingkah Cherry yang jadi semakin menjengkelkan.

"Cherry! Jangan bercanda di situasi seperti ini!" seru Naomi, marah pada Cherry yang mulai nakal.

"Kau membuat waktu kami terbuang sia-sia, bodoh." desis Nico dengan menatap Cherry dengan sorotan mata yang begitu tajam.

Baru saja Paul, Naomi, dan Nico melontarkan kekesalan mereka pada Cherry, sesosok pria berjubah tiba-tiba muncul di depan mereka berempat, yang tentunya itu adalah Roswel. "Sudah di sini kalian rupanya," ucap Roswel dengan tersenyum ramah pada Paul, Cherry, Nico, dan Naomi. "Terima kasih, Nona Cherry, karena telah bersedia mengantarkan Tuan Paul, Nona Naomi, dan Tuan Nico kemari. Sekarang, biarkan saya yang memandu mereka, Nona Cherry bisa langsung saja ke bawah."

"Okayyy!" Dengan riang, Cherry langsung menyahut perkataan Roswel sebelum dia kembali memandang ke wajah Paul, Nico, dan Naomi. "Cherry tidak bercanda, kok! Ini memang lokasinya! Tapi bukan di sini tempatnya! Melainkan di ruang bawah tanah!"

"Hey Roswel! Kenapa babak kedua harus di bawah tanah!?" Mengabaikan Cherry, Paul langsung saja bertanya pada Roswel yang ada di depannya.

Tidak mau diam saja, Nico juga angkat suara, bertanya pada Roswel. "Tolong juga jelaskan konsep dari babak berikutnya, apakah pertarungan fisik lagi? Atau apa?"

Naomi hanya terdiam, ingin menyimak penjelasan yang akan dikemukakan oleh Roswel, sebab semua kejanggalan yang ada di dalam hatinya sudah diwakilkan oleh pertanyaan dari Paul dan Nico.

Dengan senyuman ramah dan suara yang penuh kelembutan, Roswel menjawab, "Sebenarnya, tidak ada babak kedua atau babak berikutnya, itu hanyalah formalitas saja untuk menguji kemampuan kalian agar menganggap ini semua sebagai pertandingan turnamen sehingga kalian bisa semangat dalam menjalankannya, dan ternyata benar, bukan? Semua pahlawan berhasil mengalahkan Tuan Paul, karena mereka semua ingin lolos ke babak berikutnya. Itulah manfaat dari memberi bumbu pada ujian yang dibuat oleh Sang Penguasa untuk para pahlawan."

Paul, Nico, dan Naomi sama-sama terkaget mendengarnya, tidak menyangka kalau ternyata semua itu bukanlah sebuah pertandingan sungguhan, hanya sebatas tes atau ujian untuk para pahlawan agar mereka bisa menghadapi dan bertarung dengan kekuatan penuh melawan Sang Mentor.

"Lalu!? Apa yang akan kita lakukan di sini!?" tanya Paul dengan bersungut-sungut pada Roswel.

"Pertanyaan yang menarik," Roswel terkekeh. "Sebentar lagi, Sang Penguasa akan memberi Tuan Paul hadiah dan keistimewaan yang telah dijanjikannya, sementara itu, para pahlawan akan dimediasi dan dievaluasi bersama roh kunang-kunangnya untuk mengeluarkan dan mengembangkan kekuatan sakti dari dalam diri kalian masing-masing. Setelah semuanya selesai, kalian akan dilantik menjadi pahlawan resmi oleh Sang Penguasa."

Mendengar itu, Paul menyeringai senang, Nico tersentak, sedangkan Naomi menangis bahagia.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro