Crazy Bludger

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"KAU SUDAH MEMBUNUH KUCINGKU!" 

Flitch yang baru datang dan sangat sedih karena kucingnya tampak tidak bernyawa dengan seenaknya menyalahkan Harry. Akan terjadi keributan saat mendadak Dumbledore tampak datang dan melihat kejadian tersebut bersama dengan McGonagall. Ia tampak terdiam namun ia terlihat terkejut.

"Semuanya kembali ke asrama," Dumbledore sedikit berbisik namun semua mendengarnya. Kelima yang menemukan pertama tampak akan berbalik namun Dumbledore melanjutkan, "terkecuali, kalian berlima. Ikut denganku."

***

"Dia tidak mati Argus, dia hanya di petrified," yang berada di ruangan Dumbledore saat itu selain mereka bertiga adalah Dumbledore, Mcgonagall, Lockhart, Snape, Madam Pomfey, Prof Flitwick dan juga Flitch yang masih menyalahkan Harry, "tetapi aku tidak tahu apa yang membuatnya membeku."

"Kenapa kau tidak tanyakan padanya?" Flitch menatap sinis kearah Harry dan juga yang lainnya, "dia yang melakukannya. Kalian lihat apa yang ditulisnya di dinding. Dia menemukan--dikantungku--aku--aku..." wajah Flitch berkerut mengerikan, "dia tahu aku Squib!" dia mengakhiri kata-katanya.

Hanya Harry yang tidak mengetahui istilah itu, namun sepertinya mereka berlima bahkan tidak tahu kenyataan jika Flitch adalah seorang Squib. Atau keturunan penyihir yang tidak bisa mengeluarkan sihir.

"Saya tidak pernah menyentuh nyonya Norris," kata Harry keras, merasa idak enak karena sadar betul semua orang mengawasinya termasuk semua Lockhart di dinding, "dan saya bahkan tidak tahu apa itu Squib."

"Omong kosong!" Gertak Flitch, 'dia melihat surat mantrakilatku!"

"Mohon maaf Mr. Flitch, tetapi Harry benar-benar tidak mengetahuinya. Ia tumbuh dan besar sejak bayi bersama dengan keluarga Muggle," Regulus mencoba untuk membela Harry, namun sepertinya Flitch tampak tidak puas dengan jawaban itu.

"Kalau saya bisa bicara, kepala sekolah," kata Snape untuk pertama kalinya. Perasaan Harry semakin tidak enak, ia yakin apapun yang dikatakan oleh Snape tidak akan membantunya, "Potter dan teman-temannya mungkin hanya berada di tempat yang salah pada waktu yang salah," katanya. Seringai kecil menghiasi wajahnya seakan ia meragukan ucapannya sendiri, "tetapi memang situasinya mencurigakan. Kenapa mereka tidak ikut pesta Halloween?"

"Ah, kurasa untuk Harry ini adalah salahku," Lockhart tampak segera membela Harry, "ia membantuku untuk membalaskan surat penggemarku hingga larut. Aku bisa pastikan itu."

"Dan aku juga Reggie sedang mencari Harry," Lee tidak membiarkan Regulus berbicara. Posisi Regulus saat ini lebih berbahaya daripada Harry karena tidak ada yang tahu dimana Regulus, "dia datang lebih akhir, dan aku menyusulnya."

"Tetapi kenapa Mr. Potter tidak ikut pesta setelah itu?" kata Snape, matanya yang hitam berkilauan dalam cahaya lilin, "kenapa naik ke lorong itu?"

Ron dan Hermione memandang Harry.

"Karena... karena," jantung Harry berdegup kencang, ia sadar kedengarannya akan aneh jika ia memberitahu mereka ia dibawa kesana oleh suara tanpa tubuh yang tak bisa didengar orang lain kecuali dia sendiri, "karena kami lelah dan ingin tidur," katanya.

"Tanpa makan malam?" ketiganya mengangguk. Snape menaikkan sebelah alisnya dan tampak berbalik.

"Harry Potter dinyatakan tidak bersalah sampai ada bukti Severus."

"Kucingku dibekukan!" Flitch masih protes dan masih menyalahkan Harry, "aku mau dia dihukum!"

"Petrified bisa disembuhkan dengan tanaman Mandrake bukan?" Regulus tampak menoleh pada Madam Sprout, "saya ingat di tahun kedua saya pernah belajar tentang itu dengan Madam Sprout."

Madam Sprout tampak tersenyum ramah dan mengangguk mengiyakan perkataan dari Regulus.

"Itu bisa dijadikan ramuan untuk memulihkan Mrs. Norris."

***

Beberapa hari setelah itu, hanyalah penyerangan dari Mrs. Norris yang menjadi bahan pembicaraan. Sepertinya Flitch membuat kejadian itu terus segar diingatan anak-anak dengan mondar-mandor di tempat Nyonya Norris diserang seakan dia mengira siapapun tahu si penyerang akan kembali.

Rumor yang sangat tidak berdasar juga tampaknya tersebar. Rumor jika Harry adalah keturunan dari Salazar Slytherin. Jika memang Harry adalah keturunan pendiri asrama Slytherin itu, tentu saja itu artinya ia juga seperti itu. 

Namun, kegiatan belajar mengajar kembali dilanjutkan dan semua kegiatan lainnya termasuk pertandingan Quidditch. Beruntung tahun ini Regulus bisa bermain satu pertandingan dengan Harry untuk yang pertama kalinya. 

Pertandingan dimulai dengan peluit dari Madam Hooch, dan diiringi dengan teriakan dari para penonton yang mendukung kedua belah pihak. Regulus tidak begitu memperhatikan Harry karena si kembar yang tampaknya cukup untuk membuatnya bingung dengan kerja sama mereka memukul Bludger.

"Kami tidak sama dengan terakhir kali bermain denganmu Reggie," Fred mencoba untuk memukul Flint yang akan melemparkan bola dengan Bludger tua milik sekolah. Regulus tentu sudah bersiap didepan Flint dan memukul balik bola itu cukup jauh dari jangkauan si kembar.

Regulus baru saja akan bersiap lagi saat ia melihat sesuatu tampak terbang dengan cepat di belakang si kembar. Bludger itu tampak meluncur kembali. Namun ada yang aneh, arah bola tampak dikendalikan, dan saat ini menuju kearah Harry.

"Harry!" Harry menoleh padanya, dan segera menghindar hampir mengenai Bludger itu. Ia bahkan masih bisa merasakan bola hitam itu menyapu rambutnya.

"Nyaris saja, Harry!" George melesat melewatinya dengan pemukul di tangannya, siap memukul balik Bludger kearah Regulus. Harry melihat George memukul Bludger itu sekuat tenaga kearah Regulus, namun Bludger itu berubah arah ditengah udara dan kembali mengincar Harry.

Regulus, Fred, dan George serta Harry segera menyadari sesuatu. Bola itu dimantrai oleh seseorang.

Harry menukik turun menghindarinya dan George berhasil memukulnya keras-keras kearah Malfoy. Namun, Bludger itu tampak berbelok arah 360 derajat dan kembali kearah Harry. Harry mempercepat laju sapunya dan melesat keujung lain lapangan. Ia bisa mendengar Bludger itu menderu di belakangnya.

"Apa yang terjadi? Bola Bludger tidak akan mungkin mengincar satu orang," Fred membulatkan matanya, Regulus juga tidak menemukan jawabannya. Namun, dengan segera ia mencondongkan tubuhnya dan mengejar Harry juga bola itu. Ia bisa melihat Fred berada di sisi lapangan.

"Harry, menunduk!" Regulus muncul samping Harry, berterima kasih dalam hati karena sapu terbang mereka yang lebih canggih hingga bisa mengejar lebih cepat. Ia mengayunkan pemukul, dan memukul kearah Fred yang memang menunggu bola itu. Fred berhasil memukul bola tersebut keluar lapangan.

"Pukulan bagus Reggie!" teriak Fred senang, namun ia keliru. Bagaikan tertarik magnet, Bludger itu kembali meluncur kearah Harry. Harry terpaksa kembali terbang dengan kecepatan penuh, "kita perlu time out!"

"TIDAK! Aku akan mencoba tetap mengejar Snitch," Harry sepertinya mendengar itu, tampak menghentikan Oliver yang akan melakukan time out. Ia dan juga Draco melihat bola snitch itu, dan tampak terlibat kejar-kejaran di bagian dalam panggung. Tentu saja dengan bola Bludger yang masih mengejar mereka.

Semua pertandingan seolah terhenti, mereka menunggu apa yang terjadi di dalam sana. Yang pertama kali muncul adalah Draco, lalu kemudian Harry yang terkena bola Bludger di tangan kanannya dan berusaha untuk mengambilnya dengan tangan kiri.

Ia terjatuh dari sapu terbangnya, dan melihat tangannya yang berhasil mengambil bola snitch. Suara gemuruh dari komentator terdengar bersamaan dengan suara suporter yang tampak berteriak akan kemenangan Gryffindor. 

Harry tidak sempat untuk merayakan kemenangan. Ia menghindari dua kali serangan Bludger dari atas yang hendak mengenai tubuhnya dan juga kakinya. 

"Finet Incantem!" Hermione yang berlari kearah Harry segera merapalkan mantra dan meledakkan Bludger itu hingga berkeping-keping. Semua orang menghampiri termasuk Regulus yang segera turun dari sapu terbangnya.

"Harry, kau tidak apa?"

"Ya, tetapi kurasa tanganku patah," Harry mengerang kesakitan saat ia mencoba untuk menggerakkan tangannya. Regulus bisa saja menggunakan mantra penghilang nyeri, namun ia tidak membawa tongkat saat pertandingan.

"Brackium Emendo," Lockhart yang tampak mengobati, Regulus membulatkan matanya saat menyadari mantra yang disebut oleh Lockhart.

"Tunggu, itu mantra untuk--"

Dan memang Harry tidak merasakan rasa sakit lagi karena tulangnya patah, namun itu karena tulangnya menghilang dari tangannya. Regulus menepuk dahinya.

***

"Hm?"

Mengerutkan dahinya, Regulus yang tampak baru saja mengganti pakaian yang ia gunakan di pertandingan Quidditch karena peristiwa kecelakaan yang dialami Harry, saat ia menemukan tongkat yang ia tinggalkan bersama tumpukan bukunya menghilang.

"Ada apa Reg?"

"Tongkatku," Regulus menoleh, melihat Lee yang baru saja masuk selama beberapa detik dan kembali mencari di belakang tumpukan buku dan disekitarnya. Meskipun tampak tenang, bagaimana mungkin ia bisa tenang saat tongkat penting seperti itu menghilang, "apakah aku meninggalkannya di kamar...?"

"Tongkat yang diberikan oleh Prof Dumbledore?" Regulus mengangguk tanpa melihat kearah Lee. Ia sibuk mencari diseluruh sisi ruangan, namun tidak mengetahuinya. Tidak mungkin ada anggota Quidditch yang mengetahui tentang Elder Wand itu dan mengambilnya bukan? 

"Maaf Lee, aku harus mencari tongkatku dulu," Regulus segera berjalan melewati Lee keluar dari sana untuk mencari tongkat itu. Lee hanya mengangguk, menatap kearah Regulus yang perlahan menjauh dan menghilang. Senyuman yang ia paksa untuk tampak segera luntur, ia merogoh sesuatu yang ada di dalam saku jubahnya.

Tongkat Elder Wand yang dicari oleh Regulus.

"Maafkan aku Reggie..."

***

Oliver baru saja selesai melakukan rapat dengan semua kapten Quidditch dari semua asrama termasuk Cedric dan Penny yang sudah terlebih dahulu kembali ke kamar. Sudah larut malam, ia sudah mendapatkan izin khusus dari Percy untuk kembali malam tentu karena tugas sebagai kapten Quidditch. 

"Kurasa aku harus segera kembali. Percy orang yang cukup menyebalkan jika masalah peraturan," Oliver mempercepat langkahnya, tampak berbelok di salah satu koridor. Langkahnya terhenti saat suara langkah lainnya terdengar.

Ia beranggapan jika itu adalah Flitch yang sedang berpatroli. Hingga ia melihat seseorang berdiri di ujung lorong yang baru saja ia beloki, memicingkan matanya sebelum ia bisa mengetahui siapa.

Itu bukan Flitch.

"Reggie?"

Oliver sedikit berbisik, segera berjalan cepat menghampiri meski itu bukanlah arah yang ia tuju sebelum ini. Regulus sama sekali tidak menjawab, hingga Oliver tampak berdiri didepan Regulus. Pandangan matanya saat itu terlihat kosong, meski Oliver tidak begitu bisa melihat karena penerangan hanya berasal dari lilin disekitar mereka.

"Hei," Oliver kembali memanggilnya, kali ini disamakan dengan tepukan pelan di pipi Regulus. Regulus tampak seperti tersentak, menggelengkan kepalanya, merasakan pusing yang teramat di kepalanya hingga membuatnya hampir terjatuh ke belakang jika Oliver tidak menangkapnya, "hei-hei, kau tidak apa?"

"Oliver? Kenapa kau ada disini?"

"Seharusnya aku yang menanyakan itu," Regulus berusaha untuk berdiri, namun tenaganya seolah tidak ada. Oliver benar-benar menahan beban tubuh Regulus sepenuhnya, "kenapa kau berada ditengah koridor malam-malam?"

"Tengah koridor?" Regulus membuka matanya, berkedip beberapa kali menemukan dirinya memang bukan berada di dalam asrama meskipun terakhir kali ia ingat bahwa ia sudah tertidur di tempat tidurnya. Ia meringis, Oliver membantunya untuk duduk di lantai dan menyender pada dinding.

"Aku tidak ingat bisa sampai disini," Regulus bergumam dan memegang kepalanya dengan sebelah tangan. Oliver baru saja angkat suara saat tiba-tiba keributan kecil terjadi saat Mcgonagall dan Dumbledore tampak berada di dekat koridor tersebut. Mereka berbisik, Oliver juga melihat seseorang tampak dibawa oleh dua pegawai Hogwarts dan tampak membeku.

Ia tidak bisa mendengar pembicaraan keduanya, namun sepertinya ada hal gawat yang terjadi.

"Kau bisa bergerak Reggie?"

"Tidak, aku masih bermimpi buruk... tetapi aku tidak bisa menahan rasa kantuk itu," Regulus bergumam. Oliver dan juga Cedric tahu, jika mimpi buruk itu datang, maka Regulus akan sangat lemah. Oliver tidak mungkin meninggalkan Regulus disini, Flitch bisa saja berpatroli dan menemukannya. Terlebih, posisi Regulus saat itu tidak baik. Apapun yang terjadi didekat mereka tadi, jika seseorang tahu Regulus berada di dekat tempat kejadian, maka mereka akan menyalahkan Regulus.

"Aku akan membantumu," Oliver berjongkok, menggendong Regulus di punggungnya sebelum berdiri dan berjalan menuju ke asrama Slytherin. 

"Aku hanya butuh istirahat sebentar. Kau tidak perlu membantuku..."

"Kau bisa ditangkap Flitch jika ia berpatroli disana," Oliver tampak tertawa pelan, "aku tidak mungkin meninggalkanmu sendirian meski kau bisa bergerak tadi."

"Hei, maksudmu aku tidak akan bisa kembali ke asramaku sendiri? Aku bukan anak kecil," Regulus memutar bola matanya pelan, Oliver tertawa kembali mendengar itu, "aku sudah sering berpatroli setiap malam sejak tahun lalu. Lee sering menyuruhku."

"Orang itu, seharusnya tidak memanfaatkan insomniamu," Oliver tampak bergumam kesal mengingat bagaimana Lee seenaknya menyuruh Regulus menggantikan patrolinya sebagai ketua prefek, "kau seharusnya juga protes jika ia seenaknya."

"Ia juga sering sekali sibuk dengan sesuatu hingga baru pulang larut malam. Aku hanya sedikit membantu," Oliver menghela napas, benar-benar tidak bisa lagi menjawab perkataan dari Regulus, "maaf sepertinya aku selalu menyusahkanmu dan Cedric saja."

"Kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal itu? Tentu saja kau tidak merepotkan, kami hanya cemas karena kau selalu ditarik oleh masalah terutama semenjak Harry Potter datang," Regulus memutar bola matanya. Bukan salahnya tertarik oleh masalah, sepertinya masalah yang selalu tertarik padanya.

"Aku dan Cedric hanya tidak ingin terjadi sesuatu padamu kau tahu?"

...

"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Kalian berdua tidak perlu selalu menghawatirkanku," Regulus bergumam dan tampak menutup matanya dan menggeser hingga rambutnya menyentuh pangkal leher Oliver. Sepertinya Regulus kembali tertidur, dan Oliver bersyukur karena Regulus tidak melihat wajahnya yang memerah hingga lehernya. 

"Bagaimana aku bisa tidak menghawatirkanmu...?" Oliver menghela napas, "meskipun kau tidak tahu, tetapi aku dan Cedric..."

Ia tidak bisa melanjutkannya lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro