Last Job

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara dari terompet yang dimainkan di stadion tempat mereka akan menyelenggarakan turnamen ketiga sangat kencang memekakkan telinga. Hampir semua murid tampak ikut menonton, Penny sudah melukis pipinya dengan tulisan CEDRIC dan POTTER. Ia berteriak cukup kencang saat Amos ayah Cedric datang dan membawa Cedric. 

"WOHO!!! AYO CEDRIC! POTTER!"

Oliver juga meneriakkan nama Cedric dan juga Harry saat keduanya muncul. Dumbledore mengantarkan Harry diikuti oleh Professor Moody. Dumbledore membuka pertandingan, menjelaskan bahwa mereka harus menemukan piala Triwizard yang sudah disembunyikan oleh Professor Moody di dalam labirin.

Mereka melakukan peregangan, Cedric tampak berbicara dengan ayahnya dan saat menoleh kearah Regulus, ia tersenyum seolah mengatakan untuk menunggunya. Regulus tampak hanya mengangguk, tampak menghela napas karena ia cukup cemas baik dengan Cedric ataupun Harry.

"Hei Harry," Harry menoleh pada Regulus yang ada di barisan depan penonton, "berhati-hatilah. Kau bisa menyerah jika kau tidak sanggup melakukannya."

"Tenang saja."

Harry mengangguk, dan setelah Dumbledore menyelesaikan pembukaannya, pertandingan segera dimulai saat satu per satu semua peserta memasuki labirin yang terbuat dari tumbuhan itu. 

***

Harry dan juga Cedric menyentuh piala Triwizard bersamaan saat menemukannya hampir satu jam setelah mereka memulai pertandingan.

Awalnya, Cedric mengatakan untuk Harry yang akan membawanya, ia menyerah karena ia hampir kehilangan kendali diri dan membuatnya atau Harry terbunuh. Harry sendiri pada akhirnya menyarankan untuk mengambilnya bersama-sama dan menjadi juara bersama.

 Mereka mengira mereka akan langsung tiba di arena dimana semua orang sudah menunggu. Namun, yang mereka temukan hanyalah sebuah pemakaman yang terbengkalai. 

"Dimana ini?"

Cedric dan Harry berpencar, mencari tahu dimana mereka saat ini. Harry melihat nisan yang berada di dekat mereka, mencoba untuk membaca tulisan yang ada disana dengan jelas karena tidak bisa ia melihatnya lagi. Cedric sendiri tampak berjongkok didepan piala yang bersinar biru itu.

"Ini adalah sebuah Portkey..."

Cedric tampak kagum dengan piala Triwizard yang ada disana, Harry sendiri masih mengelilingi kuburan yang ada disekelilingnya, menyadari nama yang terukir di batu marmer putih itu. Firasatnya tidak enak, seharusnya saat mereka memegang piala itu, saat itu juga mereka kembali ke tempat semuanya berkumpul.

"Kita harus pergi dari sini Cedric," tidak ada jawaban dari Cedric, Harry tampak menoleh dan mencari keberadaan Cedric. Napasnya memburu, ia tahu nama dalam batu nisan yang ada didepannya. Dan itu bukan petanda baik, "Cedric, kita harus pergi dari sini. Sekarang!"

"Apa maksudmu?" Cedric mengangguk dan melihat kearah Portkey yang ada disana. Harry baru akan bergerak kearah piala saat suara pintu berderik membuat keduanya menoleh. Dari lampu remang berwarna orange itu, tampak seseorang yang berjalan pelan tanpa suara. Peter Pettigrew tampak membawa sesuatu, sambil menoleh kearah mereka.

"AARGH!" Harry mengerang, ia memegangi bekas lukanya yang tampak terasa sangat sakit. Cedric segera menghampiri dan mengecek keadaannya. Api dibawah kuali tampak menyala.

"Harry! Ada apa?!"

"KEMBALI KE PIALA!"

Sesuatu yang dibawa oleh Peter, sesuatu yang tampak bergerak berbentuk seperti bayi dengan kepala plontos berwajah mirip orang tua. Mereka mendekat, Cedric mengeluarkan tongkatnya dan mengarahkannya pada Peter. Harry menoleh pada Cedric, dahinya berkerut.

"Stupefy!" Cedric mencoba untuk melancarkan sihir, namun Peter segera menangkisnya. Beberapa serangan lainnya, namun dengan mudah juga ditangkis oleh Peter. Sosok yang digendong oleh Peter tampak mulai jengah, ia menatap kearah Cedric.

"Bunuh yang lain yang tidak berguna," Peter mengangkat tongkatnya tanpa ragu, mengarahkannya pada Cedric didekatnya.

"Avada Kedavra!" cahaya berwarna hijau tampak segera keluar dari ujung tongkat milik Peter, mengarah pada Cedric dan mengenainya telak. Tubuh itu terpental, dan jatuh begitu saja tidak bergerak.

"TIDAK, CEDRIC!"

***

Regulus tampak tersentak, ia seolah merasakan sesuatu namun tidak mengerti apa yang terjadi. Sudah berapa lama semenjak Viktor muncul setelah menyalakan cahaya yang mencuat diatas langit. Ia tampak shock dan juga seolah dalam keadaan setengah sadar. Begitu juga dengan Fleur yang sudah gugur lebih dahulu.

"Kenapa?" Oliver menoleh pada Regulus yang tampak memucat, ia mengusap lengan atasnya, tampak memperhatikan sekeliling. Lapangan itu tampak masih sepi, semua orang menunggu sambil berbincang satu sama lainnya. Dan sebenarnya sebelumnyapun ia sedang berbincang dengan Penny juga Oliver.

"Kuharap mereka baik-baik saja. Aku tidak peduli siapa yang akan menang," Regulus menghela napas dan menatap kearah Oliver, "aku malah berharap mereka kembali meski kalah. Secepatnya."

"Mereka akan baik-baik saja," Oliver tampak mencoba menenangkan Regulus, Regulus hanya mengangguk dan menghela napas. Matanya masih mengarah pada arena, berharap seseorang akan muncul baik itu Harry maupun Cedric. Ia melihat kearah stadion, hanya untuk mengistirahatkan matanya saja namun ia menemukan Professor Moody yang tampak memegangi pergelangan tangannya.

'Ada apa,' Regulus baru saja akan melihat lebih jelas saat cahaya biru mendadak muncul, dan dua orang terlempar disana. Semua orang bersorak, melihat piala Triwizard yang kembali dan membawa dua orang kontestan bersama-sama. Penny dan Oliver bersorak, senang kedua jagoan mereka menang, Regulus hanya tersenyum dan berdiri.

Ia akan bertepuk tangan bersama yang lainnya saat ia merasakan keanehan yang ada didepannya. Senyumannya menghilang, matanya membulat dan dengan segera ia mendekati Harry, melompat dari pembatas tempat duduk bersamaan dengan Fleur dan juga Dumbledore yang juga menyadari sesuatu terjadi.

Semua orang masih belum menyadari keanehan itu sebelum Fleur yang berada paling dekat berteriak histeris. Regulus segera memegang kedua bahu Harry.

"Harry, Harry--" Harry masih terisak, Regulus mencoba untuk menarik bahu Harry menenangkannya.

"Tidak, JANGAN!" Harry menepis tangan Regulus dan kembali mendekap tubuh tidak bernyawa didepannya. Regulus mencoba untuk mencari respon pada Cedric. Mata pemuda itu membelalak, darah Regulus seolah mendingin, wajahnya pucat pasi. 

"Harry, kumohon biarkan yang lain melihatnya," Harry menggeleng, seolah masih merasa takut dan tidak akan aman jika ia melepaskan dekapannya pada tubuh itu. Masih ia mencoba untuk melihat tanda kehidupan, namun tubuh itu hanya menatap udara kosong, tanpa ada nyawa yang tertinggal di tubuhnya.

"Regulus, apa yang terjadi?!"

"H-He's dead..."

"Ia kembali," Harry tampak berbicara ditengah isakannya, "Voldemort kembali! Peter membunuhnya, aku tidak bisa meninggalkannya. Tidak disana!"

"Tidak apa Harry, tidak apa," Dumbledore memegang kedua pipi Harry agar pemuda itu sadar dan melihat kearahnya, "dia pulang. Kalian berdua kembali, kau sudah berhasil membawanya..."

"Professor, ada apa?!" Oliver dan Penny yang tampak berlari untuk melihat keadaan Regulus, namun dihentikan oleh Dumbledore. 

"Mr. Wood, bawa Mr. Granger dari sana. Severus, Jaga agar semua orang tetap duduk. Seorang anak baru saja terbunuh," Oliver membulatkan matanya, tampak menatap kearah Regulus yang masih berdiri menatap Cedric. Penny tampak terisak, menutup mulutnya. 

"Penny--"

"Reggie lebih membutuhkanmu. A-aku baik-baik saja," Penny tampak bisa mengendalikan isakan tangisnya, memalingkan wajahnya dari Cedric. Mcgonagall membantu Penny untuk menjauh dari Cedric, dan Oliver menatap Cedric sambil menghampiri Regulus. Ia menepuk pundak Regulus yang gemetar.

"Hei," Oliver berbisik dan menatap Regulus, "mereka harus memindahkannya. Terlalu banyak orang disini..."

"MINGGIR!" Regulus dan Oliver menoleh kearah kerumunan dimana semua orang menyingkir. Tampak Amos Diggory mendekat, dan Regulus segera menyingkir, "aku mau lewat! Biarkan aku lewat!"

Amos menoleh kearah Cedric yang tampak tidak bergerak apalagi bernapas.

"Itu adalah anakku! ITU PUTRAKU!" Ia terjatuh berlutut didepan mayat Cedric yang sudah membeku, "anakku!"

Suaranya tampak terdengar menggema, suara musik yang sudah berhenti membuat semua orang mendengarnya dengan jelas. 

***

Setelah penutupan tahun dan juga kelulusan dari Regulus, Oliver, dan Penny, mereka baru saja selesai mendapatkan kata penutup dari Dumbledore yang juga dikhususkan untuk menghormati Cedric yang baru saja wafat. Oliver dan Penny menyadari saat penutupan itu Regulus tidak ada. Mereka tidak bisa menemukan Regulus sejak kematian Cedric keesokan harinya.

"Mereka menemukan Ivan yang asli berada di ruang bawah kapal yang ditumpangi mereka menuju ke Hogwarts. Sepertinya Lee menggunakan Oblivate yang membuat Ivan tidak bisa mengingat apapun," Penny yang menjawab duluan, tampak sedikit berbisik sambil menoleh kearah Oliver yang menatap kearah atas tangga menuju ke menara Astronomi.

"Aku tidak peduli dengan apa yang terjadi, tetapi yang dikatakan oleh Lee benar," Oliver bergumam dan tampak berjalan menuju kearah tangga didepannya, "semuanya berubah setelah pertandingan ini."

...

"Apakah kau percaya semua ini karena Lee?"

"Ia adalah seorang Death Eater. Siapa lagi yang akan membantu Voldemort untuk bangkit," Oliver tampak bergumam, Penny tidak berjalan mengikuti Oliver hanya melihatnya dari dasar tangga, "istirahatlah. Besok kita harus pergi kembali ke rumah."

"Kalian akan baik-baik saja?" Penny menatap Oliver yang tampak berhenti berjalan, menoleh kearah Penny sambil tersenyum sedih.

"Aku akan baik-baik saja, tetapi kurasa kau tahu bagaimana keadaan Regulus..."

***

Regulus tampak diam, hanya menyenderkan tubuhnya pada balkon menara astronomi. Hari itu angin tampak bertiup cukup kencang dan dingin, namun ia tidak begitu mempedulikan hal itu. 

"Hei..."

Regulus menoleh, merasa dirinya bodoh saat beberapa saat yang lalu berharap jika yang berada dibelakangnya adalah Cedric. Ia melihat Oliver yang tersenyum dan berjalan mendekati Regulus. 

"Kau tidak apa-apa?" Regulus tidak menjawab, Oliver bisa melihat kantung mata hitam yang sangat terlihat jelas dibawah mata Regulus. Ia menghela napas, "lupakan pertanyaanku tadi, itu sangat bodoh."

 ...

"Ia menceritakannya padaku," Oliver bergumam dan tampak membuyarkan lamunan Regulus yang menatap kearah Oliver, "tentang ciuman itu. Tentang bagaimana ia mengungkapkan perasaannya padamu, dan ia yang menunggu jawabanmu setelah Triwizard ini selesai. Kukatakan jika aku sudah tahu jawabanmu, dan aku hanya ingin ia membuatmu bahagia. Tidak lebih dari itu."

"Itu tidak lagi berguna sekarang," Regulus tersenyum miring, tampak sangat sedih meski tidak ada air mata yang keluar darinya setelah kematian Cedric. Sedikitpun, "apapun yang kurasakan padanya tidak lagi berguna. Toh, ia tidak lagi ada untuk mendengarkannya..."

Oliver menghela napas, melihat Regulus yang duduk dan menyender pada balkon menara. Oliver menoleh pada Regulus selama beberapa saat sebelum menghela napas dan menyenderkan kepalanya di bahu Regulus.

"Aku tidak melihatmu kau tahu...?"

Oliver menutup matanya, menulikan sejenak telinganya saat isakan tertahan itu terdengar, mematikan indera di tubuhnya saat ia rasakan tubuh Regulus yang gemetar. Ia hanya akan berada disamping Regulus sampai kapanpun, meskipun ia hanya akan diam dan melihatnya saja.

'Hei Cedric,' Oliver bergumam dalam hati, 'kau menang.'

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro