Lee's Past

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"It's her son."

"Anak laki-laki Maledictus."

"Apakah ia membawa kutukan itu?"

Sejak kecil, ayahnya sudah tidak ada. Ia tidak pernah bertemu dengan ayahnya, dan hanya ibunya.  Mereka tinggal di sebuah rumah yang sangat mewah. Disana, sejak kecil ibunya sudah mengajarkannya tentang sihir bersama dengan seorang wanita paruh baya berambut cokelat pucat pendek. Queenie Goldstein namanya jika ia tidak salah.

Ia awalnya tidak mengerti apa itu Maledictus atau kenapa semua orang menatapnya dengan tatapan aneh. Semakin besar, ia semakin paham ia berbeda dari orang lain. Tubuhnya menua lebih lambat daripada anak-anak seusianya. Saat tubuhnya seperti anak usia 5 tahun, semua teman-temannya sudah beranjak 20 tahun diatasnya. 

Ibunya mengatakan karena ia memiliki darah Maledictus dalam dirinya. Meskipun kutukan ibunya menjadi ular tidak menurun padanya, namun tubuhnya menjadi menua lebih lamban daripada orang normal pada umumnya.

Nagini. Itu adalah nama ibunya. Pada awalnya ibunya memang sosok yang sangat cantik. Namun, perlahan saat ia dewasa ibunya berubah menjadi seekor ular yang sangat besar. Takut? Tentu, ia sendirian kala itu. Bibi Queenie sudah pergi, menikah dengan pasangan hidupnya dan tidak pernah kembali. Lee hanya tinggal berdua dengan ibunya selama beberapa tahun sebelum ibunya menjadi seekor ular.

Bibi Queenie beberapa kali menemuinya untuk menanyakan kabar, membawa terkadang seorang Muggle yang merupakan suaminya, juga kakaknya yang bernama Tina Goldstein juga suaminya yang bernama Newt Schamander. Namun, perlahan mereka menghilang. Semakin menua, dan tidak kuat untuk mengunjunginya lagi hingga akhirnya ia mendengar kabar kematian mereka.

Satu per satu orang-orang meninggalkannya sendirian. Sementara tubuhnya berhenti menua saat ia terlihat seperti remaja berusia 16 tahun. 

"Diakah Nagini?"

Hingga suatu hari, seseorang datang. Pria bernama Voldemort. Ia menemui ibunya dan melakukan sesuatu. Sesuatu yang mengerikan, menanamkan kekuatannya pada ibunya membuat ibunya menjadi seperti sebuah tempat penyimpanan.

Horcrux.

Ibunya tampak menderita, ia tahu. Ia bisa merasakannya. Lee hanya bisa menatap ibunya yang tampak tidak bergerak.

"Diakah anak itu?" Napasnya tidak karuan, Lee hanya menatap pemuda itu yang tampak mendekat kearahnya. Pandangannya mengabur, ia merasa sangat marah. Ibunya adalah satu-satunya yang ia miliki. Ia tidak akan membiarkan seseorangpun melukainya apapun yang terjadi. 

Iris matanya berubah menjadi abu-abu suram, sekelilingnya tampak bergetar dan hancur perlahan seperti meledak. Pemuda itu tidak takut, ia memperhatikan bahkan dengan tatapan kagum.

"Menarik," Tom bergumam dan menatap pada Lee, "kau seorang Obscurus. Seperti ayahmu..."

"Apa yang kau tahu tentang ayahku," Tom tersenyum, ia mengulurkan tongkatnya pada Nagini ibunya.

"Kendalikan tubuhmu, atau kita semua akan mati termasuk ibumu. Kalau bukan karena kau menghancurkan tempat ini, maka karena aku yang akan membunuhnya," Lee membulatkan matanya, perlahan matanya kembali berubah menjadi hitam. 

"Jangan, kumohon jangan lukai ibuku..."

"Tentu saja tidak akan kulakukan," Tom tersenyum, seolah mendapatkan kelemahan dari Lee kala itu. Ia mendekat, Lee tampak sedikit mundur tidak ingin mendekati Tom, "jika kau ingin tetap bersama ibuku, kau harus ikut denganku..."

...

"Berjanjilah untuk menjaga ibuku."

"Tentu saja, ibumu berharga untukku juga," Tom tersenyum, mengulurkan tongkatnya dan menaruhnya di pergelangan tangan kanan dari Lee. Rasa panas menjalar, ia merasa sakit saat perlahan sebuah tanda berbentuk ular yang melingkar pada tengkorak muncul begitu saja, "kau adalah orangku sekarang... ibumu akan tetap aman selama kau mau bekerja sama dan membantuku."

Saat itu usianya 30 tahun sementara Tom berusia hampir 60 tahun.

***

"Dia apa?"

"Kalah. Sihirnya balik mengenai dirinya saat ia mencoba untuk membunuh anak dalam ramalan," satu tahun setelah itu, Lee mendengar tentang bagaimana Voldemort membunuh keluarga Potter yang dari ramalan disebut akan mengalahkan Voldemort.

"Jadi, ramalan itu benar terjadi?"

"Lord Voldemort belum mati, selama semua Horcrux aman di tangan kita, tidak akan ada yang bisa membunuhnya," Lee menoleh pada Death Eater yang berbicara dengannya sekaligus mentornya selama beberapa tahun ini. Severus Snape. 

"Kudengar ia memiliki anak satu lagi?" perkataan dari Lee membuat Snape terdiam, "Regulus. Regulus James Potter, dua tahun lebih tua daripada Harry Potter."

"Jangan menyentuhnya sama sekali. Ia tidak ada sangkut pautnya dengan hal ini," Snape bergumam, Lee heran. Bagaimanapun juga, Snape sama sekali tidak peduli dengan anggota Death Eater ataupun pada orang lain. Ini kali pertama ia peduli pada seseorang. 

Dan butuh waktu 2 tahun untuk mengetahui hubungan antara Snape dan juga Regulus. 

***

Hampir 10 tahun setelah itu, Lee memutuskan untuk menemui Dumbledore. 

Ia yakin Voldemort dan juga Death Eater tidak akan membebaskan ibunya sama sekali melihat bagaimana ambisi mereka. Satu hal yang bisa ia lakukan adalah menghubungi Dumbledore. Tentu Dumbledore sendiri cukup kaget saat seseorang datang untuk menemuinya. 

"Aku tahu dulu namaku tercantum disana Professor Dumbledore," dulu, ia pernah mendapatkan surat untuk belajar di Hogwarts. Namun, tentu dengan kondisinya yang selalu dalam pelarian dan persembunyian, ia tidak bisa keluar dan beraktifitas seperti orang normal, "aku hanya ingin mendapatkan perlindungan. Untukku dan juga untuk ibuku."

"Dan kau..."

"Ibuku menyuruhku untuk menggunakan nama Lee Tae Won. Aku adalah anak dari Credence Barebone, dan juga Nagini," Lee menatap kearah Dumbledore yang berdiri dari posisinya dan menatapnya dengan mata membulat. Lee mendengus, "ya, aku adalah anak dari Aurelius Dumbledore. Adikmu."

Dengan kata-kata itu Dumbledore tertarik dengannya dan memasukkannya ke Hogwarts sebagai murid tahun pertama. Lee juga menceritakan tentang keadaannya dan ibunya yang dijadikan Horcrux pada Dumbledore. Bagaimana ia meminta bantuan untuk melindungi dirinya dan ibunya, dan bersedia menjadi double agent seperti yang dilakukan oleh Snape.

Dan Dumbledore menyetujuinya.

***

Menghitung tahun, Lee yang sudah memasuki tahun ketiganya tahu. Regulus Potter akan memasuki tahun pertamanya di Hogwarts. Ia tidak pernah melihat Regulus sebelumnya, dan tentu ia penasaran dengan anak dari Severus Snape dan juga Lily Potter tersebut.

"Regulus Granger," ia tahu bagaimana nasib dari anak laki-laki itu. Dititipkan di Panti Asuhan, dan diadopsi oleh keluarga Muggle. Lee melihat kearah pemuda yang dipanggil namanya itu, bisa ia lihat beberapa kesamaan pemuda itu dengan Snape dari rambutnya, meskipun mata itu berwarna hijau.

"Slytherin!"

Seringainya bertambah, asrama yang sama dengan Lee. Jika memang ia ingin mendekati Harry Potter, maka yang bisa ia lakukan pertama adalah mendekati kakaknya. Ia memperhatikan pemuda itu untuk beberapa saat, ketika ia berteman dengan anak Gryffindor dan juga Hufflepuff dan bagaimana sifatnya yang tertutup. Saat ia menemukan waktu ketika makan malam di aula, ia tidak menghiraukan panggilan anak-anak Slytherin lainnya, hanya berjalan menuju ke meja Hufflepuff.

"Kulihat kau tidak pernah duduk di meja Slytherin selain hari pertama masuk Hogwarts."

Ia menatap Lee, tampak bingung dan menoleh kekiri dan kekanan.

"Kau berbicara denganku?"

***

Lee mencoba untuk lebih dekat dengan Regulus, dengan maksud awalnya hanya untuk mendekat dan mencari celah jika Harry Potter nanti berada di Hogwarts. Mulai dari pindah dan menjadi teman sekamarnya, hingga selalu muncul tiba-tiba saat Regulus ada baik sendiri ataupun bersama dengan dua orang sahabatnya.

Tentu saja termasuk memasukkannya ke tim Quidditch, selain karena memang kemampuan bermainnya yang ia lihat sangat mengagumkan. 

Namun, seiring berjalannya waktu ia mulai tertarik dengan pemuda itu. Dengan sifatnya yang mudah dijahili, sifatnya yang menarik, orang yang terlihat kuat namun rapuh di dalam. Semakin lama Lee mencoba untuk mendalami sifat Regulus, semakin ia menyukai pemuda itu dan beralih dari ingin memanfaatkannya menjadi ingin melindunginya.

***

"Aku tahu kau dekat dengan anak itu sejak anak itu masuk ke Hogwarts."

Lee mendengar dari Lucius, saat ia berada di Malfoy Manor. Memang, semenjak Voldemort dinyatakan kalah, ia dan ibunya menempati Malfoy Manor yang juga menjadi sarang dari Death Eater. 

"Anda tahu jika aku mendekatinya hanya untuk memanfaatkannya saat waktu untuk membangkitkan Lord Voldemort tiba bukan? Dengan begitu juga akan mudah untukku mendekati Harry Potter," Lee tersenyum, menatap kearah Lucius yang tampak curiga dengannya, "selama ibuku berada di tangan kalian, aku tidak akan mungkin berkhianat dan berpaling pada Dumbledore."

...

"Kudengar saat Lord Voldemort berhasil mengendalikan Regulus Potter, ia tidak menemukan tongkat apapun sama sekali. Apakah kau mengetahui tentang hal itu?" Lucius menanyakannya saat Regulus dikendalikan oleh buku diary dari Voldemort.

"Saat itu tongkatnya rusak dan belum mendapatkan gantinya. Itulah sebabnya tidak ditemukan tongkat apapun disana. Lagipula kau tahu aku yang meminjamkan tongkatku untuk digunakan saat ia dikendalikan bukan?" jika Elder Wand sampai diketahui oleh Voldemort, maka ia bisa memastikan Regulus akan menjadi sasaran Voldemort. Lucius menatap beberapa saat kearah Lee, sebelum akhirnya menyerah dan meninggalkannya begitu saja.

***

"Akhir-akhir ini kau terlihat tidak bersemangat seperti biasa."

Lee menatap kearah Regulus. Tahun terakhirnya, ia memang lebih banyak menghabiskan waktu berada diluar. Lucius dan para Death Eater semakin sering untuk melakukan pertemuan, dan Dumbledore menyuruhnya untuk memfokuskan diri sebagai mata-mata kala itu, melihat pergerakan Death Eater.

"Benarkah? Hanya sedikit lelah, tugas tahun terakhir terlalu banyak. Dan karena aku terlalu jenius," Regulus menatap datar kearah Lee yang membanggakan dirinya sendiri sambil menaruh jari dan jempolnya di dagunya, "Dumbledore menyuruhku untuk pergi ke Durmstrang dan melakukan pertukaran pelajar disana selama beberapa bulan."

Karena kepala sekolah dari sekolah itu juga adalah seorang Death Eater.

"Kenapa?" Lee menaruh kepalanya di tangan yang ia letakkan di meja dan menatap Regulus, "apakah kau menghawatirkanku?"

Lee hanya bermaksud bercanda. Lagipula, siapa yang mau menghawatirkan seseorang yang mencurigakan sepertinya? Bahkan sepertinya Cedric dan juga Oliver menjadi sangat waspada dengannya semenjak kejadian di Chamber of Secret. Menunggu Regulus yang menyangkal, namun pemuda itu hanya menatapnya dengan tatapan khawatir.

"Tentu aku mengkhawatirkanmu bodoh. Kenapa kau harus bertanya?"

"Eh?" Lee tampaknya tidak siap dengan jawaban itu. Matanya membulat, ia menatap kearah Regulus yang menatapnya balik dengan wajah heran, "kau... menghawatirkanku?"

"Apakah itu aneh? Maksudku, kau adalah temanku," Regulus menggaruk dagunya tampak sedikit ragu dengan apa yang ia katakan, "yah kau menyebalkan, suka memaksa, terlalu percaya diri. Tetapi, kau juga banyak membantuku selama berada di Slytherin. Entah kau menganggapku teman atau tidak, tetapi kurasa aku menganggapmu sama seperti Cedric, Oliver, dan juga Penny--Lee, wajahmu memerah."

"Maaf, aku hanya tidak menduga jawabanmu. Kau menyerang tiba-tiba dengan jawaban itu," Lee mengibaskan tangannya, memalingkan wajahnya dan menutup setengah wajahnya dengan sebelah tangan. Ia merasakan jantungnya terlalu cepat berdetak, dan wajahnya sangat panas.

'Berhentilah membuatku menyukaimu Reggie...'

***

"Aku menyukai Regulus Potter, mom..."

Lee bergumam dan membiarkan ibunya berada di pangkuannya. Tentu sebagai keturunan Maledictus, ia bisa menggunakan Parseltongue. Itu adalah bahasa yang digunakan ibunya, ia tidak mungkin tidak bisa menggunakannya. Ibunya tampak menatapnya, mendesis pelan, dan mengusap tangannya.

"Aku tahu, aku tidak boleh melakukannya. Bagaimanapun aku menyukainya, bagaimanapun aku ingin melindunginya, aku berada di pihak yang berlawanan dengannya," Lee mengusap tubuh ibunya pelan dan menghela napas, "suatu saat, aku pasti harus berhadapan dengannya, bahkan membunuhnya."

Ibunya kembali hanya menatapnya, Lee tampak tertawa.

"Apakah aku sanggup? Tentu saja tidak, tetapi aku harus melakukannya. Karena kau yang paling penting untukku mom," Lee menekuk kedua kakinya, memeluk ibunya. Ibunya kembali mendesis, kepalanya tertunduk. Dan Lee hanya mendengus pelan, "ini bukan salahmu mom. Aku hanya ingin kau aman dan tidak terjadi apapun padamu."

Karena bahkan Boggartpun menunjukkan jika ketakutan terbesarnya adalah saat Voldemort tidak lagi membutuhkan ibunya, dan ia harus melihat ibunya tewas didepannya karena monster itu.

***

"Peter Pettigrew mulai terendus keberadaannya oleh Sirius Black dan Remus Lupin," Lucius memberikan informasi itu beberapa hari yang lalu, "kita masih membutuhkannya. Bantu dia untuk kabur, bunuh siapapun yang mencoba untuk menghalangimu ataupun Peter."

...

"Meskipun itu Regulus Potter sekalipun."

***

Saat Lee mencoba untuk kabur, berharap Regulus tidak mengejarnya, pemuda itu malah mengejarnya, "kenapa kau membantunya?"

"Kau tidak akan mengerti Reggie," ia tersenyum kecut, "aku harus melakukan ini..."

Regulus terdiam, ia melihat kearah Lee yang bahkan tangannya gemetar meski tongkat itu terarah padanya. Ia menghela napas, mengulurkan tangannya kearah Lee.

"Incarcerous," Lee menepis mantra yang dilepaskan oleh Regulus. Regulus tidak menyerang hanya dengan satu mantra, ia kembali merapalkan mantra lainnya yang dengan mudah ditepis oleh Lee. Beberapa kali juga Lee menggunakan mantra serangan yang juga ditepis oleh Regulus.

"Diffindo!" Satu serangan dari Regulus sukses mengenai Lee, membuat sebuah sabetan yang merobek lengan pakaian yang dikenakan oleh Lee. Saat itulah Regulus melihat tattoo Death Eater yang ada di tangan Lee.

"Confringo."

"Stupefy," Regulus menghindari serangan Lee dan sukses membuat Lee berhenti bergerak selama beberapa saat. Dan di waktu itu juga, ia segera melanjutkan dengan mantra selanjutnya, "Legilimens!"

Lee tidak menyangka Regulus akan menggunakan mantra itu, Snape merahasiakan tentang itu dari siapapun bahkan dari Lee juga semua Death Eater jika ia mengajarkan Regulus tentang Legilimens. Ia bisa merasakan Regulus memasuki pikirannya, melihat semua masa lalunya sebelum Lee bisa melakukan Occulumency dan mendorong Regulus dari ingatannya saat itu juga. Regulus sendiri tampak terkejut, menoleh dengan segera kearah Lee.

"Lee, kau--"

"Expeliarmus," Lee memanfaatkan Regulus yang terkejut, menjatuhkan tongkat sihirnya beberapa meter dari Regulus berdiri. Mereka berdua diam, namun Lee masih tampat mengacungkan senjatanya pada Regulus.

"Kau tahu Voldemort tidak akan mungkin membebaskan ibumu."

"Diam, Reggie..."

"Kau tahu apa yang kau lakukan salah Lee, dan kau tahu kau tidak menginginkan ini. Kau tidak perlu melakukannya," Regulus menatap Lee, Lee mendengus. Bahkan hanya karena melihat masa lalunya, Regulus langsung berpendapat dan berbicara seolah ia adalah orang baik. 

"Jika kau tidak segera mengambil tongkatmu, aku bisa melukaimu Reggie."

"Aku tidak akan melawan lagi," Regulus mengepalkan tangannya, "ada cara lain untuk menyelesaikan ini."

"Tidak ada! Kau tidak mengerti, aku hanya memiliki ibuku di dunia ini! Kau memiliki segalanya, adikmu, ayah dan ibu angkatmu, juga Sirius Black dan Remus Lupin. Jika aku kehilangan ibuku, aku tidak akan punya siapapun lagi," Lee tampak tertawa dan menggelengkan kepalanya, "meskipun aku harus kehilangan lainnya bahkan diriku sendiri, aku akan melakukannya jika itu membuat ibuku baik-baik saja."

"Kau masih punya aku dan yang lain bukan?"

...

"Kau tahu apa yang kukatakan ini benar," Lee tidak lagi tersenyum ataupun tertawa. Ia menatap Lee dengan tatapan kosong, irisnya berubah sejenak menjadi abu-abu dan tanah disekeliling mereka tampak bergetar. 

"LEE!"

"Sectumsempra," Lee mengeluarkan mantra  itu pada Regulus yang masih terkejut dengan tanah yang bergetar disekitar mereka. Sabetan dari mantra itu mengenai telak Regulus hingga ia tergeletak. Lee berjalan, menahan tubuhnya dengan sebelah kaki, "aku memang harus membunuhmu. Meski tidak sekarang, tetapi suatu saat nanti. Lebih baik aku membunuhmu sekarang sebelum aku semakin merasakan perasaan ini padamu."

"Apa maksud--"

"Aku menyukaimu Reggie," Lee tersenyum getir, menatap kearah Regulus yang membulatkan matanya, "sangat menyukaimu hingga aku hampir tidak bisa melukaimu. Hingga aku hanya ingin melindungimu dan melupakan kenyataan jika aku adalah seorang Death Eater. Seseorang yang suatu saat akan berakhir menjadi musuhmu."

"Lee, kau tidak perlu melakukan ini."

...

"Lee, kumohon..."

"Avada Kedavra."

***

"Expeliarmus!"

Cedric mementalkan tongkat milik Lee yang tampak hanya terdiam melihat Regulus didepannya. Lee seolah tersentak, ia menatap kearah Regulus yang tidak bergerak, bahkan bernapas. Matanya membulat, ia menatap kearah Cedric yang sudah siap untuk menyerangnya.

"Menjauh darinya!"

Lee membatu, ia melihat tongkat yang terlempar di dekatnya. Cedric tidak akan melukainya selama Regulus ada di dekatnya. Dengan segera melakukan Apparation dan menghilang sebelum Cedric bisa mendekat. Untuk saat itu Cedric sama sekali tidak mengejar Lee, ia segera mendekat dan menjatuhkan tubuhnya disamping Regulus. Ia memegang leher belakang pemuda itu dan pipinya.

"Reggie... hei, Reggie bangunlah," Cedric menepuk pipi pemuda itu pelan. Namun, tidak ada respon. Ia memegang pergelangan tangan Cedric, mencoba untuk mencari detak jantung yang ia harap masih ada disana. Ia juga menempelkan telinganya pada dada Regulus, terus mencoba untuk mencari tanda kehidupan, "oh god... oh god. Reggie, Reggie please..."

Cedric tahu dari awal. Saat mantra itu mengenai Regulus, ia tahu tidak mungkin pemuda itu akan tetap hidup. Namun ia berharap, sedikit berharap jika serangan Lee meleset. Jika Lee menyebutkan mantra lainnya, jika Lee tidak akan melakukan sesuatu seperti ini pada Regulus. Karena Cedric tahu, pemuda itu memiliki perasaan yang sama dengan Regulus sepertinya dan juga Oliver.

"Bangunlah, bangunlah kumohon... Regulus..."

***

"Ron, apakah itu kak Regulus?"

Cedric membawa tubuh Regulus keluar dari hutan bersamaan dengan beberapa orang membawa kembali Harry dan menangkap Sirius. Lupin menghilang, dan Hermione yang melihat kakaknya dibawa segera menghampiri bersama dengan Ron dan Oliver.

"Ced, apakah dia baik-baik saja?"

Oliver menatap Cedric yang hanya diam dan menggigit bibirnya kuat-kuat. Cedric yakin suaranya akan gemetar jika ia berbicara. Namun, ia menghela napas, menariknya lagi dan menghembuskannya perlahan. Oliver bisa melihat jejak air mata di wajah Cedric, dan ia tahu ada yang tidak beres disini.

"Tidak..."

"Maaf, a-aku terlambat," Cedric hanya bisa bergumam, tidak memiliki tenaga hanya untuk berbicara. Oliver segera menurunkan Regulus dan mencoba untuk mengecek keadaannya sekali lagi berusaha membuktikan kalau Cedric salah. Sementara Hermione tampak mengerti, membulatkan matanya bahkan tidak bisa bergerak dari posisinya dan hanya memegang Ron seolah ia tidak memiliki tenaga, membutuhkan Ron untuk menahan tubuhnya.

"Aku tidak menemukan nadinya..."

"Lee menggunakan mantra kutukan kematian padanya," Cedric terdengar geram. Kali ini bukan hanya karena sedih, namun ia marah. Ia sangat marah pada apa yang dilakukan oleh Lee dan bersumpah saat itu akan melakukan apapun untuk membalasnya, "a-aku tidak bisa melakukan apapun..."

Oliver tertunduk lesu, ia tidak lagi mencoba untuk menemukan tanda kehidupan pada tubuh Regulus.

"Oliver... bagaimana dengan kak Regulus?" Hermione memberanikan diri untuk bertanya, "Cedric?"

...

"Tidak... tidak tidak TIDAK!" Hermione berlari dan menjatuhkan dirinya disamping Regulus, "ia baik-baik saja. Kak Regulus baik-baik saja, aku punya sesuatu yang bisa menyembuhkannya. Uh, mungkin ramuan untuk menghentikan luka, atau..."

Snape masih berdiri, memperhatikan keempatnya yang mengelilingi Regulus. Ia berjalan, mendorong Oliver yang masih mematung disamping Regulus dan mencoba untuk mengecek tubuh itu.

"Professor, ia akan baik-baik saja kan?"

Snape tidak menjawab Hermione, ia menatap tubuh Regulus sebelum ia berdiri dan berbalik begitu saja pergi. Namun, ia tidak melangkah sebelum ia berkata dengan suara yang pelan namun cukup terdengar oleh Oliver dan juga Cedric.

"Bawa jasadnya ke dalam. Aku akan melaporkan pada Dumbledore..."

***

Harry terbangun beberapa saat setelah ia diserang oleh Dementor bersama dengan Sirius. Ia tidak mengingat apapun setelah Dementor itu seolah menghisap jiwanya. Dan saat ia membuka matanya perlahan, ia sudah berada di ruang kesehatan Hogwarts dengan Ron yang tampak tersenyum lelah disampingnya.

"Aku melihat ayahku..."

"Apa...?"

"Dia mengirim para dementor itu pergi. Aku melihatnya."

"Harry, mereka telah menangkap Sirius," Ron tampak mencoba menjelaskan, "sebentar lagi para dementor akan melakukan Kecupan."

"Mereka akan membunuhnya?!" Harry segera bangun dan melihat sekeliling. Ia tidak menemukan siapapun disana selain Ron, "dimana Hermione? Oliver, Cedric, Regulus? Mereka baik-baik saja?"

Ron tidak menjawab.

"Ron?"

"Ia... meninggal," Ron tampak ragu mengatakannya, hanya berbisik namun Harry mendengar dan menoleh pada Ron seolah ia mendengar sesuatu yang salah.

"Siapa?"

...

"Ron, siapa yang meninggal?!"

Ron meneguk ludahnya, tampak menatap kearah Harry.

"Regulus."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro