[4] Neon Stump

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Berita dari jalanan: seorang kurir pengemudi hoverbike dikabarkan berkendara ugal-ugalan di sekitar Neon Stump, menyebabkan kecelakaan dan kemacetan di beberapa titik. Wah, ada penonton yang jadi kurir di sini? Tolong jangan ditiru, ya. Meskipun kalian buru-buru karena dikejar-kejar deadline, jangan sampai bikin orang lain dead juga.

Selanjutnya, Jackie Jackalope baru saja mengeluarkan cover lagu yang berjudul Waiting for My Rocket to Come. Penasaran? Silakan tonton di kanal WitcHub miliknya.

[SEGERA KONFIRMASI PENGAMBILAN PAKET DI TITIK JEMPUT YANG TELAH DITENTUKAN. KESEPAKATAN BATAL APABILA TAK ADA KONFIRMASI DARI KURIR DALAM 1 X 24 JAM.]

Hanya dua hari sejak pendaftaran dan wawancara daring, Jon langsung disuruh menjemput paket.

Akhir-akhir ini memang jarang ada kurir yang mengambil ekspedisi kelas AA. Apalagi setelah banyak berita kurir hilang dan kecelakaan. Rekam jejaknya sebagai tentara juga cukup banyak membantu. Tak banyak kurir yang punya kualifikasi untuk menggunakan senjata api sekelas plasmo.

Plasmo—nama singkat dari pistol plasma elektrotermal—adalah senapan yang mempercepat lintasan peluru dengan energi listrik bertegangan tinggi; alih-alih memakai bahan kimia seperti bubuk mesiu. Pelurunya memakai partikel plasma yang mampu melelehkan daging dan melubangi tulang—lebih cepat, lebih efektif, dan lebih mematikan daripada peluru logam padat.

Jon benci menggunakan ini. Selain berat, benda ini juga sudah banyak menyebabkan teman-temannya mati dan cacat. Kalau bukan karena Elita, ia takkan mencantumkan portofolio keterampilannya memakai plasmo dalam lamaran.

Pukul tujuh pagi. Selesai mandi, ia memakai rompi anti-peluru, kemeja putih, dan celana loreng militer berkantong plasmo. Ia mengambil ransel, tak lupa blazer dinas dominan merah hitam dengan logo dua sayap rajawali di bagian punggung.

Ia keluar apartemen dan menuju stasiun Auto-Maglev, kembali ke Metro Lumina.

***

Lokasi yang ia tuju adalah rumah dua lantai yang menyerupai dua tumpuk kamus bersampul tebal yang tak pernah dibaca. Rerumputan hijau menghiasi atap dan balkon, sementara anggrek dan tumbuhan paku menggantung di sisi-sisinya. Di depan rumah, tanaman teh-tehan tumbuh liar di dekat pagar, berebut nutrisi dengan hama tali putri hingga berakhir di pintu gerbang berinterkom.

Jon memencet bel hingga tiga kali.

"Dengan siapa?" tanya seseorang di balik interkom. Seorang gadis muda.

"Jonathan Marlo. Saya kurir yang disewa Ismaya Corp untuk menjemput paket. Apa benar di sini titik jemputnya?"

"Oh, bisa tunjukkan kode QR di surel konfirmasi lamaran?"

Jon membuka surel yang dimaksud via D-deck dan memproyeksikan ke kamera interkom. Selang lima detik, pintu gerbang otomatis terbuka. Ia pun masuk. Sesosok robot CCTV yang menggantung di langit-langit teras mengucapkan selamat datang dan membukakan pintu depan.

Seorang gadis bertubuh sintal dengan jaket jersey olahraga berwarna merah menyambut kedatangan Jon sambil duduk di kursi putar. Rambutnya diikat model sanggul sebesar bola kasti, memperlihatkan dahi yang lebar. Alisnya tebal, matanya sipit dengan tatapan bosan. Kulitnya gelap ala gadis pantai dengan bekas tali beha yang jelas di pundak dan tulang selangka.

Knight cup, gumam Jon. Ia mengalihkan pandangan. Di belakang perempuan itu beberapa monitor berbagai ukuran berjajar dan semuanya memutar siaran langsung para VStreamer dari Kriptoverz. Rangkaian kabel di dinding dan di dekat meja terlihat lebih ruwet daripada tali putri di pagar. Belum termasuk bagian-bagian komputer lain yang tampak dibiarkan berserakan begitu saja.

Tepat di depan Jon, meja dari akar pohon berjajar memisahkan dirinya dengan sang gadis. Dari permukaan kaca meja, muncul proyeksi virtual berbentuk dokumen terkait asuransi dan kontrak untuk Jon. Semua sesuai seperti perkataan Ido. Termasuk asuransi yang ditanggung perusahaan apabila terjadi kecelakaan atau hal-hal buruk yang terjadi di luar kendali kurir.

"Tanda tangan di sini, di sini, dan di sini," pandu sang gadis.

Kemudian Jon bertanya, "Maaf sebelumnya. Apa ini salah satu kantor ISMAYA Corp?"

"Oh, bukan. Ini kantorku," bantahnya. "Atau rumahku. Entahlah. Sama saja."

"Anda siapa? Emm—maksud saya, apa posisi Anda dalam ISMAYA?"

"Ah, maaf. Aku belum kenalan, ya?" Ia menampilkan proyeksi profil bisnisnya pada Jon. Namanya Pristina. "Aku cuma salah satu staf di Kriptoverz. Aku yang mengatur distribusi dan pemeliharaan perangkat untuk talenta generasi 10, khususnya Jackie. Talent kocak. Udah delapan kali dia merusak Nekopinya."

Jackie Jackalope. Kalau Almira adalah kelinci karnivora bertanduk unicorn, karakter Jackie adalah kelinci jackrabbit bertanduk rusa antelope. Jon jarang mengikutinya, tapi dia sering mendengar dari Elita bahwa Jackie adalah tipikal streamer pecandu gim yang temperamental. Sampai ada lelucon yang dibuat para penggemarnya bahwa ia sebenarnya bigfoot, bukan jackalope.

Pristina menyodorkan sekotak paket hitam sebesar telapak tangan yang tersegel rapat. Bungkusnya empuk seperti implan silikon, tetapi jika ditekan maksimal, paket kubus tersebut seperti terbuat dari logam berat.

"Bagaimana kita tahu ini asli kalau kurir tak boleh membukanya?" tanya Jon. Meskipun ia tetap dapat satu juta dengan mengirim paket palsu, ia ingin memastikan tak ada kecurangan.

"Kami akan memperlihatkannya setelah paket diterima. Jangan khawatir," ucap Pristina. "Tapi jangan marah padaku kalau paketmu palsu. Semua demi privasi dan keselamatan talent kami."

Gadis itu beranjak dan membuka pintu depan. Di teras, ia mengenakan D-deck yang selama ini menggantung di leher. Usai mengetikkan sesuatu di udara, muncul lubang seluas 4x2 meter persegi di halaman depan. Lalu dari sana, perlahan sebuah motor hoverbike elektrik naik ke permukaan.

Bodinya panjang dengan ujung tumpul seperti torpedo kapal selam yang kawin dengan Harley Davidson. Kedua rodanya cukup besar dan lebar untuk berdiri tegak tanpa penyangga. Ada kapsul parabola transparan sebagai pelindung pengemudi dan penumpang.

Kendaraan ini lebih besar daripada motor listrik yang biasa Jon pakai di Rajawali Express, serta banyak modifikasi dan coretan grafiti di sana-sini.

[Selamat pagi, Pristina. Ke mana kita akan jalan-jalan?]

"Kapan-kapan, Kay. Sekarang dia yang bakal jadi sopirmu," balas Pristina sambil menunjuk Jon.

[Aww, om-om lagi.]

"Motor itu bisa bicara?" tanya Jon.

"Abaikan." Pristina memberi Jon gelang hitam dengan lampu LED. "Pakai itu. Kayzer akan melemparmu keluar kalau benda itu dilepas."

"Apa perusahaan juga menanggung asuransi jika kurir tak sengaja merusak kendaraan yang disediakan?"

"Nah, kami cuma menanggung asuransi jiwa," jawab Pristina. "Tapi jangan khawatir. Kayzer nggak mudah dihancurkan. Cukup pikirkan paket yang kaukirimkan."

Saat Jon menyentuh salah satu setang, kapsul transparan di atas jok terbuka otomatis. Sebelum berangkat, Pristina berpesan, "Kami bisa tahu yang kauperbuat lewat Kayzer. Jangan sekali-kali berpikir untuk membuka paket—meskipun polisi atau pegawai pemerintah yang memintamu."

***

Kayzer adalah hoverbike hibrid. Ia bisa terbang rendah seperti hoverbike murni, tetapi lebih efektif digunakan via jalur darat. Jon hanya memakai fitur hover untuk menghindari kemacetan, yang juga makin jarang terjadi sejak larangan kepemilikan kendaraan pribadi.

Kecuali ada kecelakaan.

Terbang memang lebih cepat daripada mengemudi di atas jalan. Namun, risiko kecelakaan juga lebih besar. Saat awal tren hoverbike dan hovercraft muncul, banyak pengemudi yang terbang ugal-ugalan dan gagal mendarat. Banyak kasus pengemudi yang menabrak gedung, pemukiman, dan kerumunan orang, sehingga rasio korban jiwa jauh lebih tinggi daripada kecelakaan lalu lintas darat.

Pemerintah pun mempersulit persyaratan mendapat SIM kendaraan terbang, minimal memenuhi kualifikasi pilot. Ketinggian maksimal yang boleh dicapai oleh warga sipil pun dibatasi. Hanya 10 meter di atas jalan dan dilarang keluar lintasan.

Meskipun memenuhi semua syarat, Jon lebih suka tetap di darat daripada terbang. Pertama, ia tak suka terlalu banyak berpikir saat berkendara. Metro Lumina adalah kota yang begitu vertikal; penuh pencakar langit, tower, dan jaringan kabel komunikasi nan rumit. Apalagi dengan pembatasan ketinggian, salah perhitungan sedikit bisa fatal. Sulit menemukan titik yang aman untuk mendarat karena minimnya lahan terbuka.

Kedua, boros energi. Klien tak menanggung ongkos bahan bakar. Jon tak mau membuang uang jika jalur darat sudah cukup cepat mencapai tujuan.

Alamat pengiriman kali ini bahkan lebih rumit dan vertikal daripada wilayah Metro Lumina yang lain. Berjuluk Neon Stump (Tunggul Neon) karena jika dilihat dari kejauhan, kota itu tampak seperti tunggul pohon raksasa yang dihiasi lampu neon dan LED saat malam. Wilayah itu tersusun atas gedung-gedung bisnis, hotel, plaza, kasino, pusat pemerintahan, bangunan bersejarah, serta perumahan elite dengan ketinggian rata-rata 500 meter.

Secara administratif, Neon Stump adalah wilayah kota Lumina yang sesungguhnya jika tak memasukkan wilayah urban dan metropolitan di sekitar. Apabila lalu lintas di daerah satelit bagaikan pembuluh darah, daerah ini adalah jaringan otak yang saling terhubung dari satu gedung ke gedung yang lain. Hampir setiap jalan layang yang Jon lalui memiliki selubung transparan bak myelin di sekitar serabut akson. Selain jalan beraspal, ada pula jalur kereta AMARTA, kereta gantung, dan jembatan penyeberangan khusus pesepeda dan pejalan kaki.

Jon dan Kayzer sering berdebat setiap kali mereka berada di persimpangan. Ini bukan kali pertama Jon berurusan dengan chatbot, tetapi sejauh yang ia ketahui, Kayzer adalah chatbot paling cerewet.

[Kubilang belok kiri! Kenapa belok kanan?]

"Lewat sini lebih cepat."

[Dari tadi kau tak pernah menurutiku. Mau kualat?]

"Memang kau bapakku?"

Kuharap aku bisa membisukannya, batin Jon. Ia tak habis pikir kenapa motor perlu diberi kepribadian. Ada sih yang punya ketertarikan seksual dengan kendaraan. Namun bagi Jon, fitur ini hanya menambah-nambah kerjaan.

Pada jam sibuk seperti sekarang, kepadatan penduduk di Neon Stump dapat mencapai 100.000 jiwa per kilometer persegi. Dengan luas yang kurang dari 500 kilometer persegi, tentu jumlah itu sangat berdesak-desakan apabila Neon Stump hanya lahan rata. Namun, wilayah ini adalah bangun tiga dimensi raksasa. Bukan hanya gedung-gedung tinggi, bangunan dan ruas jalan di bawah tanah juga tak kalah kompleks. Kebanyakan warga pun hanya pekerja, pebisnis, dan wisatawan; kurang dari separuh yang menetap. Dalam waktu-waktu tertentu, wilayah ini nyaris seperti kota mati.

Sebuah nomor orang tak dikenal menghubungi Jon.

[Mau dapat uang lebih?]

Terdengar suara bas berdistorsi. Lebih sintetis daripada suara Kayzer.

"Ini pinjol? Maaf, tidak tertarik."

[Kami hanya ingin tahu isi di balik paket yang Anda kirim. Kalau mau, kami beri imbalan dua kali upah yang Anda terima.]

"Saya kurir. Bukan maling atau penjambret."

[Jangan khawatir. Kami tahu cara agar Anda berhenti dilacak. Cukup tunjukan isi paket itu pada kami di lokasi yang kami tentukan. Jika asli, kami akan membelinya sebanyak dua kali jumlah upah Anda. Jika palsu, kami akan menyegelnya kembali.]

"Sekali lagi, saya ini kurir. Dan saya tak berminat merendahkan martabat dengan jadi pencuri."

[Jadi Anda menolak?]

"Menurutmu?"

[Baiklah. Akan saya hubungi jika suatu saat Anda berubah pikiran.]

Sambungan terputus. Bagus, keluh Jon. Pengiriman pertama, ia sudah ditandai oleh pemburu paket.

Ia segera memastikan kejadian itu pada Kayzer.

"Kau dengar barusan?"

[Telepon dari pinjol?]

"Lupakan."

Mungkin Kayzer cuma bisa mendengar suaranya dan tak bisa mendengar suara yang keluar lewat headset D-deck. Atau dia cuma pura-pura sementara Pristina mengawasi dari kejauhan.

Jalur yang Jon lalui kini seperti hutan belantara yang tersesat di megapolitan virtual. Pepohonan tumbuh di atap dan sisi-sisi bangunan, bersebelahan dengan dinding berisi trailer film animasi fantasi. Tanpa cahaya dari gedung dan LED penerang jalan, sinar matahari tak mampu menembus kanopi pohon berdaun lebar plus pipa-pipa, kabel, dan jembatan antarbangunan. Anak-anak dengan D-deck terpasang saling menyabung petbot di taman bundar sambil bermain peran; mengelilingi monster piksel, voksel, hingga hologram hiperrealistis yang menyemburkan pelangi ketika muntah.

Jon dan Kayzer berhenti ketika di depan ada dua mobil polisi memblokir jalan. Muncul dua orang petugas mendekati Jon, beserta dua tracerbot (bot pelacak) mirip kumbang kepik seukuran kepala orang dewasa.

"Apa ada razia SIM?" tanya Jon.

[Tuh kan, sudah kubilang belok kiri tadi!]

Seorang polisi yang berambut pirang menunjukkan sikap hormat dan berkata, "Selamat siang."

Jon membuka kapsul pelindung. Polisi pirang bernama Leon Westerling lalu meminta Jon menunjukkan SIM.

Lalu Leon berkata, "Jonathan Marlo. Ikut kami ke kantor."

"Salah saya apa, Pak?"

"Melanggar batas kecepatan, melampaui batas ketinggian, menerobos lampu merah, dan yang terburuk—" Leon memberi perintah pada tracerbot untuk memutar video. Kedua mata kumbang kepik menyala, memancarkan proyeksi rekaman CCTV di beberapa ruas jalan layang. Sebuah motor hoverbike melesat dengan ugal-ugalan, membuat pengendara truk kontainer oleng karena berhenti mendadak, sementara kendaraan-kendaraan di belakangnya saling menabrak.

"Berhenti," ucap Leon. "Perbesar di sini."

Sang tracerbot pun menuruti perintah seraya memperjelas hoverbike yang dimaksud. Semuanya sama seperti Kayzer. Mulai dari model, warna, hingga grafiti dan plat nomor. Bahkan helm dan jaket pengemudi tersebut serupa dengan yang kini dipakai Jon. Rentang waktunya juga pada kisaran yang sama dengan waktu Jon memasuki Neon Stump.

"Mustahil," kata Jon. "Saya tidak pernah melalui jalur itu."

"Maksud Anda, yang dilihat semua rekaman CCTV itu salah?"

Dengan gugup Jon mencari dashcam di dekat speedometer Kayzer. Lalu ia memutar rekaman perjalanannya hari ini.

"Ini jalur yang saya lalui dengan motor ini. Silakan unduh datanya kalau perlu," ucap Jon mencoba berkooperasi.

Leon memeriksa rekaman tersebut sambil mengernyitkan dahi. Ia menatap Jon, kemudian beralih ke rekannya yang diam sedari tadi. "Pras, periksa semua CCTV di sepanjang jalan yang ditunjukkan di sini."

Rekannya pun berkata, "Siap!" dan segera menuju barikade mobil polisi untuk memberitahu rekan-rekan yang berada di sana. Sementara itu, Leon mengambil kartu memori dashcam untuk memastikan keaslian rekaman menggunakan tracerbot.

"Maaf, Anda tetap harus ikut kami," ujar Leon. "Tenang saja, ini takkan lama jika Anda memang tak bersalah."

"Boleh saya mengantar paket ini dulu?"

Mata Leon tertuju pada kotak hitam di tangan Jon. Ia memindai dari kepala, baju, hingga kantong pistol dan celana militer yang Jon kenakan.

"Anda kurir, huh? Bisa saya periksa isinya?"

"Maaf, cuma klien yang boleh membuka."

Leon memicingkan mata. "Akhir-akhir ini banyak kurir yang ikut menyelundupkan narkoba di balik paket. Saya yakin Anda bukan salah satunya, 'kan?"

"Kalau Bapak masih curiga, silakan ikuti saya ke rumah klien. Nanti akan saya jelaskan," jawab Jon tegas. "Lagi pula, bukannya polisi perlu bukti dan surat perintah tertulis sebelum menuduh secara sepihak? Bisa saya lihat surat tugas Anda?"

Leon dan Jon saling beradu pandang. Sang polisi tak membalas, ia hanya melihat logo ISMAYA Corp di sebelah kode QR paket, lalu tersenyum melepas ketegangan.

Usai berdebat alot, permintaan Jon pun dikabulkan. Ia kembali diperbolehkan mengemudi di bawah pengawasan tracerbot dan hoverbike kepolisian.

"Sialan," umpat Jon. "Kayzer, apa-apaan ini?"

[Apanya yang apa-apaan?]

"Jalur yang dilalui pengemudi ugal-ugalan itu ... adalah jalur yang tadi kausarankan padaku."

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro