🍎21🍎 Mengejutkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Reja mendengus kesal saat di sofa ruang tamunya ada saudara tirinya yang menunggu. Padahal sudah berkali-kali ia bilang kalau ia tidak ingin keluarganya berkunjung ke rumah pribadinya, tetapi tetap saja ada yang datang. Zakka, cowok itu tersenyum manis saat melihat Reja datang. Walaupun Reja tidak pernah menyambut kedatangannya dengan ramah, tetapi Reja tidak pernah memperlakukan Zakka dengan kasar. Itu saja sudah cukup bagi Zakka.

“Ngapain? Disuruh bawain makanan lagi?” tanya Reja sambil melempar tasnya sembarangan. Kemudian ia duduk di sofa single, melepas sepatu dan kaus kakinya, lalu melemparnya sembarangan. Reja menatap Zakka dengan ekspresi datarnya, menunggu saudaranya itu berbicara.

Sementara Zakka malah menunduk sambil senyum-senyum. “Aku mau curhat,” katanya. Tak lama kemudian Zakka mendongak dan menatap Reja yang kini sudah mengalihkan pandangannya. Walaupun Reja kesannya tidak peduli, Zakka tetap akan bercerita karena Reja pasti mendengarnya. “Aku suka sama temen sekelas aku.”

Reja menoleh, tampak tertarik dengan arah pembicaraan Zakka. Namun, ia hanya menatapnya saja tanpa berniat berbicara. Ia membiarkan Zakka melanjutkan kalimatnya.

“Awalnya dia cuek, tapi sebenarnya dia perhatian sama aku.” Zakka termenung beberapa saat. Senyum di bibirnya perlahan berganti dengan ekspresi penuh kesedihan. Entah apa yang membuat Zakka sedih, Reja tidak tahu. Reja penasaran, tetapi tidak ingin bertanya dan terus membungkam mulutnya.

“Tapi, sayangnya dia udah punya pacar.” Zakka menunduk untuk menyembunyikan kesedihannya walaupun Reja sudah melihatnya. Mata cowok itu berkaca-kaca, tetapi ia berusaha menahannya agar air matanya tidak keluar. Setelah ia bisa merendam kesedihannya, Zakka mendongak lagi dan tersenyum pada Reja.

“Itu doang?” Reja berdiri sambil tetap memasang ekspresi datar. Zakka hanya mengangguk saja, tidak lupa ia menyunggingkan senyuman pada Reja walaupun ia tidak mendapat balasan. Setelah itu, Reja langsung beranjak pergi menuju kamarnya. Ia meninggalkan Zakka yang sudah merasa lega karena Reja menjadi pendengar yang baik.

🍎🍎🍎

Hari pembagian raport telah tiba. Semua murid SMA Olimpus sudah berada di kelas masing-masing untuk menerima raport mereka. Mereka semua sangat berdebar-debar selama menunggu wali kelas mereka membagikan raport mereka.

Seperti kelas 11 Bahasa A yang sedang menanti-nanti kedatangan wali mereka. Tidak semua, hanya beberapa saja yang berdebar-debar, termasuk Prinsha. “Bisa gak ya gue juara satu lagi?” tanya Prinsha yang tampak cemas. Kakinya tak berhenti bergerak dan ia menggigit kukunya sambil menatap ke arah pintu.

“Jangan dipikirin, lo pasti bisa,” kata Reja sambil menepuk pundak Prinsha beberapa kali. Namun, kata-kata Reja tidak membuat Prinsha tenang. Tingkat kecemasannya malah semakin tinggi.

Suara ketukan sepatu milik wali kelas mereka terdengar nyaring di koridor, membuat semua murid kelas 11 Bahasa A langsung hening. Prinsha sampai merasa dirinya bisa mendengar suara degup jantungnya karena tidak ada suara dari teman-temannya.

Pintu terbuka, menampakkan wali kelas mereka yang tersenyum lebar. Guru itu melangkah sambil menyapa murid-muridnya. “Kita langsung saja beri selamat pada juara satu kita! Tepuk tangan semuanya!” seru guru itu sambil bertepuk tangan. Semua murid di kelas itu pun ikut bertepuk tangan walaupun mereka belum tahu siapa juara satunya.

Setelah bertepuk tangan, ada salah satu murid yang bertanya pada wali kelasnya. “Siapa juara satunya, Bu?”

Wali kelas mereka tersenyum mendengar itu. Kemudian ia menunjukkan sertifikat kejuaraan yang bertuliskan nama salah satu murid kelas 11 Bahasa A. “Selamat kepada …” Guru itu sengaja menjeda kalimatnya sehingga murid-murid pada penasaran.

“Siapa, Bu? Bikin penasaran aja,” celetuk Prinsha tidak sabaran. Ia sangat berharap kalau itu adalah dirinya lagi.

“Jey! Selamat!” Guru itu langsung menghampiri bangku Jey dan memberi Jey sertifikat itu dengan senyum gembira. Sementara Jey hanya mengangguk dan mengucapkan terima kasih pada wali kelasnya.

Lain halnya dengan Prinsha yang langsung memasang ekspresi datar. Senyumnya menghilang entah ke mana setelah mendengar pengumuman kalau bukan dia yang mendapat juara satu. Kini semuanya langsung menatap Prinsha. Mereka pasti tahu kalau Prinsha sedih saat posisinya direbut oleh Jey. Namun, Prinsha tidak mau terlihat sedih dan langsung tersenyum lebar.

“Selamat, Jey,” kata Prinsha agar kelasnya tidak terjebak dalam kecanggungan. Setelah melihat Prinsha yang tampak baik-baik saja, teman-teman sekelasnya kembali fokus pada wali kelas mereka. Berbeda dengan empat cowok yang merupakan teman dekat Prinsha, mereka tahu kalau Prinsha hanya pura-pura terlihat baik.

Setelah beberapa menit membagikan raport, mereka semua berfoto untuk mengabadikan momen. Sebentar lagi wali kelas mereka akan berganti karena kelas mereka juga akan dirolling lagi. Karena itulah mereka harus mengabaikan momen. Setelah itu, wali kelas mereka meninggalkan kelas dan membiarkan murid-muridnya menghabiskan waktu terakhir di kelas 11 Bahasa D.

“Ikut gue.” Jey menatap Prinsha sebentar, lalu keluar dari kelas.

Sementara Prinsha menoleh ke kanan, kiri, dan belakang untuk memastikan Jey berbicara dengan siapa. Ia tidak mau lagi kegeeran seperti waktu lalu. “Gue?” tanya Prinsha sambil menunjuk dirinya sendiri.

“Siapa lagi kalau bukan lo?” tanya Reja. Ia tampak badmood karena nilainya menurun. Walaupun ia pasti masuk kelas unggulan, tetapi tetap saja ia merasa kesal.

Tidak mau menunda waktu lagi, Prinsha langsung berdiri dan berlari ke luar kelas. Ia celingak-celinguk mencari keberadaan Jey yang tidak ia temukan di depan kelas.

“Jey!” seru Prinsha saat melihat Jey sedang bersandar di tangga. Kemudian ia berlari menghampirinya. Rasanya senang karena Jey mengajaknya berbicara, sepertinya ada kesempatan untuk memperbaiki hubungan dengan Jey.

“Kenapa ngajak gue ke sini?” tanya Prinsha. Ia tersenyum walaupun Jey tidak membalas senyumnya. Cowok dingin itu tetap memasang ekspresi datarnya.

“Maaf.”

Senyum Prinsha melebar saat Jey minta maaf padanya. Apakah Jey minta maaf karena sudah menjauhinya selama ini?

“Kenapa minta maaf?” Senyum Prinsha masih bertahan sebelum satu kalimat yang Jey ucapkan membuat senyumnya kembali menghilang.

“Maaf karena gue rebut juara lo.”

Setelah itu, Jey berbalik badan, menaiki tangga dan pergi meninggalkan Prinsha yang menatap Jey. Ternyata berharap lebih itu sangat menyakitkan. Prinsha kira mereka bisa balik seperti dulu, tetapi nyatanya Jey hanya merasa bersalah karena sudah menjadi juara satu. Memangnya Prinsha menyalahkan Jey tentang itu? Kenapa juga Jey harus minta maaf tentang itu?

🍎🍎🍎

Karena sebentar lagi liburan, Regaros merencanakan untuk berpergian selama beberapa hari. Kini mereka sudah mulai menyiapkan sesuatu yang akan mereka bawa. Juga mereka membuat list kegiatan yang akan mereka lakukan.

“Di sana 'kan dingin, kita perlu selimut lebih banyak. Apalagi gue cewek sendirian. Pasti bakalan kedinginan karena gue tidur sendirian,” cerocos Prinsha yang tampak antusias. Bibirnya terus tersenyum, tetapi sorot matanya terus memancarkan kesedihan. Sepertinya Prinsha berusaha keras untuk terlihat baik-baik saja padahal dia belum cukup pandai untuk menutupinya.

“Lo beneran baik-baik aja?” tanya Yuga.

“Apaan sih? Kenapa coba lo nanya gitu?” tanya Prinsha lalu tertawa pelan.

Empat cowok yang duduk di sofa itu malah menatap Prinsha sambil memasang ekspresi datar. Prinsha semakin tidak bisa menahan kesedihannya, tetapi ia masih tertawa pelan. Matanya sudah berkaca-kaca karena ditatap seperti itu. Ia masih belum siap untuk cerita pada mereka, makanya ia terus tersenyum dan tertawa agar terlihat baik-baik saja. Namun, nyatanya ia tidak bisa membohongi mereka.

Perlahan tawa garing Prinsha mereda dan digantikan dengan air mata yang turun. Cepat-cepat Prinsha menunduk agar mereka tidak melihat air matanya walaupun sebenarnya sudah terlambat. Isakan kecil keluar dari bibir Prinsha. Empat cowok itu segera menghampiri Prinsha dan mengelilinginya. Hal itu membuat tangisan Prinsha semakin kencang.

“Gue gak tahan lagi!” pekik Prinsha dan terus mengeluarkan air matanya. Kemudian ia memeluk Yuga yang duduk di sampingnya. Alih-alih memeluk Reja yang merupakan pacarnya, Prinsha malah memeluk Yuga.

“Gue juga gak pengin punya kepribadian ganda. Tapi, kenapa sih dia gak mau nerima gue? Kenapa dia malah jauhin gue? Dan kenapa juga gue gak bisa kehilangan dia? Kenapa? Kenapa hati gue sakit?”

Prinsha menangis terisak-isak di pelukan Yuga. Ia tahu kalau kepribadian lainnya itu berbahaya, tetapi Jey tidak harus menjauhinya seperti ini. Bukankah terlalu kejam untuknya? Masalahnya sudah banyak dan cukup membuatnya menderita, tetapi Jey malah menambah rasa sakit di hidupnya.

“Gue tahu gue lebay, tapi gue sayang sama Jey. Dia sahabat pertama gue,” lirihnya yang mulai tenang. Tangisannya tidak sekencang tadi.

“Lo …” Yuga angkat bicara. Tangannya yang sedari tadi mengelus kepala Prinsha langsung berhenti. Perlahan ia mendorong Prinsha dan menggeser posisi agar menjauhi Prinsha. “Lo peluk gue, tapi bicarain cowok lain? Cih, dia sahabat pertama lo? Bukannya gue? Lo lupa?” ketus Yuga sambil memalingkan wajahnya.

“Hah? Maksudnya?” tanya Ghanu yang tampak terkejut dengan apa yang dikatakan oleh Yuga. Tidak hanya Ghanu saja, Reja dan Deros juga terkejut.

Sementara Prinsha mengusap-usap air matanya dengan kasar dan memasang wajah cemberut. Ia menatap Yuga dengan tatapan tajam. Cowok itu tidak tahu suasana. Sudah tahu kalau ia sedang sedih, tetapi cowok itu malah cemburu pada waktu yang tidak tepat. Eh, tunggu! Cemburu? Apakah Yuga sedang cemburu?

“Gue butuh penjelasan!” seru Reja yang terdengar menggema di ruang tamunya. Prinsha dan Yuga langsung terkejut, mereka melupakan Reja yang berstatus sebagai pacar Prinsha.

“Lo … lo salah denger,” cicit Prinsha. Karena Reja duduk di sampingnya juga, Prinsha langsung menggeser posisinya menjauhi Reja. Ia mendekati Yuga yang juga sedang menggeser duduknya.

“Gue enggak tuli ya,” ketus Reja. Ia menatap tajam Prinsha dan Yuga secara bergantian.

“Oke, fine! Gue jelasin,” putus Prinsha. Tidak ada gunanya lagi merahasiakan semua ini pada Reja dan yang lainnya. Sekarang juga ia akan memberi tahu semuanya. “Yuga itu selingkuhan gue. Gue main di belakang lo sama dia. Kenapa? Mau marah? Dia itu temen waktu gue kecil dan sekarang ketemu lagi. Ya udah, gue jadiin dia pacar kedua gue.”

Yuga melotot kesal. Prinsha menjelaskan itu seolah-olah ia yang bersalah dan merayu pacar temannya. Padahal ia tidak pernah setuju menjadi selingkuhan Prinsha.

“Jangan ngadi-ngadi!” seru Yuga sebelum Reja salah paham. Ia menatap tajam Prinsha yang sedang tersenyum polos. Sepertinya kesedihan cewek itu hilang setelah memfitnahnya.

“Jangan percaya, Ja. Gue gak main belakang sama dia. Gue gak setuju kalau gue jadi yang kedua. Enak aja fitnah gue.” Kini Yuga menatap Reja penuh keyakinan. Semoga saja Reja percaya dengan apa yang dikatakannya.

“Sulit dipercaya,” kata Deros sambil memicingkan matanya curiga.

“Gue setuju,” imbuh Ghanu.

“Yah …,” Prinsha memasang ekspresi kecewa. “… padahal gue pengin ngerasain selingkuh terus bilang kalau gue gak sengaja. Tapi, Yuga gak mau jadi selingkuhan gue.”

“Oke, gue percaya. Gue kira lo bener-bener jadi pengkhianat,” kata Reja. Walaupun sebenarnya ia terkejut mengetahui fakta kalau Yuga berteman sejak kecil dengan Prinsha.

“Pokoknya kalian harus cerita dari awal,” tuntut Ghanu. Ia sangat penasaran dengan hubungan Prinsha dan Yuga.

“Udah hilang sedihnya?” tanya Yuga, mengabaikan Ghanu yang menuntut penjelasan.

“Ternyata fitnah orang bisa bikin sedih gue hilang ya,” kata Prinsha sambil menyengir. Walaupun sebenarnya tidak seratus persen kesedihannya menghilang, tetapi sekarang ia sudah merasa lebih baik.

“Lo dibaikin malah ngelunjak,” ketus Yuga sambil memalingkan wajahnya.

Hening sejenak. Tidak ada yang berbicara sebelum suara Reja yang memecahkan keheningan. “Zakka …” Tangan Reja tampak gemetar saat melihat ponselnya. Rahangnya mengeras dan matanya yang berkaca-kaca. Hal itu membuat semuanya penasaran.

“Kenapa? Zakka kenapa?” tanya Deros. Ia mengintip ponsel Reja yang menampilkan pesan dari Remia, mama kandung Reja.

“… meninggal.”

Selasa, 15 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro