🍎30🍎 Alasan Berteman

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gue mau tanya sama lo," kata Prinsha setelah menggigit apel yang Jey beri. Sementara Jey tetap mencatat materi tanpa menoleh ke arah Prinsha yang sejak tadi menatapnya. Karena Jey hanya diam saja, Prinsha pun langsung bertanya saja. "Lo kenapa baik banget sama gue?"

"Gue jahat sama lo. Gak inget gue musuhin lo dua tahun?"

"Bukan gitu. Maksudnya lo itu kenapa mau temenan sama gue? Bawain gue apel, nganterin gue kalau gue mau pergi, kadang anter jemput gue-"

"Kalau gue bilang, kita mungkin gak bakal sama lagi," potong Jey. Cowok itu menghentikan aktivitas menuliskannya dan menatap Prinsha yang sepertinya sangat penasaran.

"Gue kepo. Tapi, gue gak bakal tanya lagi," kata Prinsha sambil melanjutkan makan apelnya. Ada rasa takut saat Jey bilang mereka tidak akan sama lagi. Itu artinya hubungan mereka tidak akan baik-baik saja. Jadi, Prinsha memilih untuk tidak tahu apa-apa.

"Lo baik-baik aja?" tanya Jey.

"Emang gue kenapa?" tanya Prinsha balik.

"Kemarin."

"Gak papa kok. Ada Yuga sama yang lainnya nolongin gue. Eh, tahu gak kalau Yuga itu jadi kayak lo kemarin. Dingin gitu. Gak tahu deh kenapa. Gue nebak sih dia cemburu. Gue jadi seneng," cerocos Prinsha sambil senyum-senyum sendiri. Satu tangannya menopang dagunya dan tangannya yang lain memegang apel yang tersisa setengah lagi.

"Maaf, gue kemarin sibuk, jadi gue gak tahu lo dibawa Bezaru," kata Jey. Kebohongan itu ia buat agar Prinsha tidak tahu kalau ia kemarin juga menyusul ke SMA Progist. Lebih baik Prinsha tidak tahu.

"Gue gak papa, jadi lo gak perlu minta maaf. Lagian ada Yuga kok yang lindungin gue."

Yuga lagi. Sering sekali Prinsha membahas tentang Yuga dihadapannya. Jey benar-benar tidak tahan mendengarnya. Cowok dingin itu berdiri tanpa menatap Prinsha dan langsung pergi dari kelas yang ribut itu.

"Lah, gue ditinggal."

🍎🍎🍎

Prinsha hanya berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Tujuan utamanya adalah mencari Jey yang menghilang bagai ditelan bumi. Sudah lama sekali ia berkeliling, tetapi tidak juga menemukan Jey.

Tempat yang sepi biasanya adalah tempat kesukaan Jey. Ia sudah mencari di perpustakaan, ruang ekstrakurikuler, rooftop, dan juga masih banyak tempat yang sering Jey kunjungi.

Prinsha pun memutuskan untuk pergi ke taman belakang sekolah, tempat favoritnya karena di sana ada pohon jambu biji yang bisa ia ambil buahnya. Prinsha tidak kapok walaupun ia pernah jatuh dari pohon. Ia tetap sering mencuri satu per satu buah itu tanpa ketahuan guru.

Untuk mencari jalan pintas, Prinsha melewati belakang perpustakaan yang sangat sunyi karena jarang ada murid yang lewat. Katanya tempat itu seram, menurut rumor yang beredar. Namun, Prinsha tidak peduli. Ia tidak percaya kalau hantu penunggu itu akan mengganggunya kalau ia hanya lewat saja.

"Ampun! Maafin aku, Kak!" pekik seorang gadis yang rambutnya dijambak oleh Frisel. Di wajahnya sudah ada bekas cakaran yang pastinya adalah ulah Gwela.

Prinsha melihat itu dan terus berjalan mendekati Geng Terell yang melakukan aksi penindasan. Prinsha ingin sekali menolong, tetapi ia sudah membuat kesepakatan dengan Geng Terell kalau ia tidak akan ikut campur. Apalagi tatapan gadis yang tersiksa itu seperti memohon padanya. Prinsha tahu gadis itu karena ia pernah menolongnya.

"Hai, pahlawan kesiangan. Gak ada niatan nolongin?" tanya Lia sambil menyunggingkan senyumannya pada Prinsha yang menatap lurus ke depan.

"Kak Prinsha, tolongin aku, Kak. Aku mohon," pinta gadis itu sambil menangis. Satu-satunya orang yang bisa menjadi pahlawan untuk menghentikan Geng Terell adalah Prinsha.

"Dia salah apa?" tanya Prinsha tanpa menatap mereka.

"Salah dia itu karena dia udah nabrak gue. Dia itu dikasih mata harusnya jalan yang bener," kata Frisel sambil merenggangkan bahunya yang tadinya ditabrak oleh gadis tersebut. Hanya hal sepele begitu Frisel membalasnya berkali-kali lipat. Bisa Prinsha lihat kalau gadis itu mendapat tamparan, cakaran, jambakan, dan juga tendangan.

"Inget gak usah ikut campur," ujar Tere sambil menatap Prinsha dengan sorot mata tajam. Hal itu membuat Prinsha mendengus sambil melirik gadis yang menjadi korban bully itu. Gadis itu masih menatap Prinsha dengan tatapan memohon. Namun, Prinsha tidak bisa berbuat apa-apa.

Prinsha melangkah meninggalkan Geng Terell dan juga si korban bully, lalu menuju taman belakang sekolah yang hijau dan tertata rapi. Bisa Prinsha lihat kalau Jey sedang duduk di bangku panjang sambil memejamkan matanya dan menatap ke atas.

Prinsha tersenyum jahil dan melangkah dengan sangat pelan sehingga tidak mengeluarkan bunyi. Dengan segera Prinsha langsung tiduran di paha Jey yang kini sudah membuka matanya. Prinsha menyengir sambil menatap Jey dari bawah.

"Ngapain lo?" tanya Jey. Ia kembali menengadah ke atas sehingga Prinsha tidak bisa melihat wajah tampannya. Namun, ada pemandangan lain yang membuat Prinsha meneguk ludahnya sendiri, yaitu jakun Jey yang naik turun.

"Lo sejak kapan punya jakun?" tanya Prinsha secara tidak sadar. Jey langsung menepis tangan Prinsha yang hampir menyentuh jakunnya.

"Lo ngaco."

Prinsha langsung bangun dan duduk di rerumputan yang lumayan jauh dari Jey. "Maksud gue bukan itu. Gue tahu lo cowok. Katanya kalau jakun cowok naik turun kayak gitu tandanya lagi gugup. Lo gugup?" cerocos Prinsha.

"Mau jambu biji?" tanya Jey mengalihkan pembicaraan.

"Mau!" seru Prinsha dengan semangat.

"Lo jangan ikutan naik. Nanti jatuh lagi," kata Jey karena Prinsha sudah menaikkan kakinya ke pohon.

"Lo tahu gue pernah jatuh?" tanya Prinsha.

"Tahu. Gue yang bawa lo ke UKS."

"Apa?" Prinsha tercengang. Tentu saja ia terkejut karena ia tidak menyangka kalau yang membawanya ke UKS itu adalah Jey, padahal ia kira Yuga.

Dalam hitungan detik Jey sudah sampai di atas dan langsung memetik buah jambu biji untuk Prinsha. Bukan hanya satu, melainkan banyak sehingga Prinsha menyuruh Jey segera turun agar tidak ketahuan.

"Buruan Jey! Jangan yang masih muda lo petik juga!" seru Prinsha karena Jey juga memetik jambu biji yang masih muda. Kasihan jambu itu karena pada akhirnya akan terbuang.

"Lo gak tahu itu gue?" tanya Jey saat ia sudah berada di bawah. Sekarang mereka duduk di rerumputan dan di depan mereka ada sekitar belasan jambu biji yang Jey petik secara asal. Tahu gitu Prinsha sendiri yang akan memetiknya. Setelah terjatuh, ia tetap sering memanjat pohon itu kok.

Prinsha menggeleng-geleng. "Gue kira Yuga."

"Yuga lagi," kata Jey pelan.

"Kenapa? Cemburu ya? Cie Frozen cemburu," goda Prinsha sambil tersenyum dan menaik-turunkan alisnya.

"Hm."

"Apa? Jangan becanda lo!" Dengan refleks Prinsha berteriak karena Jey malah mengiyakan candaannya.

"Gue gak becanda. Gue suka sama lo. Itu alasan kenapa gue jadi temen lo."

"Jey, lo jangan ngelawak, bukan lo banget. Kalau gue jadi jatuh cinta sama lo gimana?" Prinsha terkekeh garing. Ia berharap kalau Jey benar-benar bercanda, bukannya serius.

"Jangan ngerasa gak nyaman. Gue gak nuntut pembalasan kok. Anggep aja lo gak pernah denger gue ngomong apa. Gue gak mau persahabatan kita jadi hancur karena perasaan gue."

Bohong. Jey berbohong kalau ia tidak ingin perasaannya dibalas. Ia ingin Prinsha membalas perasaannya. Namun, itu tidak mungkin karena cowok yang Prinsha suka adalah Yuga. Ia tidak berhak menuntut pembalasan.

🍎🍎🍎

💜

Kamis, 24 Desember 2020

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro