New Life

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Surat perpisahan Yuni dan Agus tengah diurus oleh pengacara mereka, dan tentu saja kabar itu sudah terdengar mulus hingga ke keluarga besar Agus.

Misis dan Ceres masih ingat saat makan malam seminggu lalu, tanpa kehadiran Yuni yang berada di samping mereka. Reaksi keluarga besarnya yang memandang mereka dengan tatapan mencela, membuat Misis dan Ceres jengah berlama-lama di sana.

Sorot kehilangan dan kekecewaan yang sangat mendalam terpancar jelas di diri Agus. Luka yang ditorehkan memang cukup membuat hati mereka terkoyak, tetapi Yuni tak bisa disalahkan, karena ia juga merasakan perasaan yang sama.

Wijayanto adalah orang yang tertawa paling keras saat mereka menyantap makan malam di kediaman Wijayanto dengan topik pembahasan Agus dan Yuni Pisah. Kakek tua itu yakin bahwa Yuni akan menceraikan anaknya, cepat atau lambat. Mengingat itu semua, membuat Misis terduduk lesu di bangku kantin.

"Sedih mulu, mau dihibur enggak nih?" Reno menusuk-nusuk kedua pipi Misis dari belakang.

Misis yang merasa terusik langsung menghempaskan kedua jari telunjuk Reno dari pipinya. "Lagi enggak mau diganggu, ngerti kan?" Aura judes terpancar dari kalimat Misis membuat Reno terdiam.

Sikap Ceres berbanding terbalik dengan Misis, masalah yang tengah mengguncang keluarganya, ia hadapi dengan biasa-biasa saja, setelah tiga hari ia terpuruk dan menghabiskan sekotak tisu untuk mengelap air mata dan ingusnya yang tak henti-hentinya keluar.

"Kok elu santuy banget dah?" tanya Reno yang melihat Ceres asik mengobrol dengan Teru sembari membahas resep soto ayam lamongan yang tengah ia makan.

"Gua bukan tipe yang sedih harus berlarut-larut, masalah keluarga gua cukup dijadiin pembelajaran. Kalau misalnya gua sedih terus, gua bakalan ngelewatin sesuatu yang berharga dan menyenangkan dalam hidup gua."

Sayangnya ucapan bijak yang keluar dari bibir Ceres tak terlalu terdengar di telinga Reno.

"Hah? Apaan?" tanya Reno dengan suara keras.

Ceres mengedikkan kedua bahunya acuh. "Males jelasin lagi, kuping lu budek."

"Hah? Elu budek?" tanya Reno yang tak jelas mendengar suara Ceres.

Teru terkekeh mendengar obrolan mereka, kebegoan Reno memang mengalir deras hingga ke otaknya.

"Yang di telinga lu cabut dulu," ujar Teru dengan malas.

"Dia pakai earphone? Jadi dari tadi gua ngomong sama orang bego?" tanya Ceres geleng-geleng kepala.

Misis jengah mendengar obrolan absurd mereka, ia menarik earphone yang dipakai oleh kekasihnya. Reno yang berhasil menarik perhatian Misis tersenyum senang.

"Apa?!" tanya Misis kesal saat melihat wajah Reno.

"Tumben kita ke kantin, biasanya Misis ogah banget," ujar Teru menengahi adu tempur yang akan terjadi di antara Misis dan Reno.

"Kalau di tempat sepi, nanti dia makin sedih. Kalau di tempat ramai kayak gini, dia mau nangis pasti malu." Jawaban itu bukan Misis yang menjawab, melainkan Ceres yang angkat suara.

"Kita aneh banget ya? Kok meja ini dilihatin mulu?" tanya Teru lagi saat merasakan banyak pasang mata menatap ke meja mereka.

Jarang sekali mereka berada di kantin saat jam istirahat, tentu saja keberadaan mereka membuat banyak pasang mata menatapnya sekedar ingin tahu tentang hubungan mereka yang selalu bersama.

Ceres menghabiskan es teh manis yang ia pesan. "Misis kan salah satu kesayangan sekolah, wajar dong kalau dia dilirik terus-terusan."

Jangan salahkan mereka yang menarik minat siswa-siswi, karena Misis salah satu murid yang dipercaya dalam olimpiade nasional, Reno yang aksinya menjadi perbincangan saat mengajak Misis jadian, Ceres yang susah diatur, tetapi memiliki bakat di bidang olahraga, dan Teru yang selalu berkecimpung di bidang penelitian dan bela diri.

"Sayangnya, salah satu kesayangan sekolah malah kepincut sama buaya darat," ledek Teru membuat Ceres terbahak.

"Siapa yang lu bilang buaya darat?" tanya Misis yang tak terima pacarnya diolok-olok.

"Aduh, kesayanganku moodnya udah balik. Sini peluk dulu, Babang Reno angen nih," ujar Reno dengan nada menjijikan.

"Gua enggak denger, gua pakai beha," ujar Teru yang bangkit dari kursinya dan melenggang pergi.

Ceres geleng-geleng kepala, menatap kembarannya kasihan. "Harap sabar ya Misis, ngadepin fucek boy kayak dia emang butuh kesabaran ekstra."

Ceres ikutan bangkit setelah mengucapkan turut prihatin atas kemalangan yang menimpa Misis. Bisa budek telinganya jikalau ia tetap berada di sana, mendengarkan hal-hal menjijikan yang keluar dari mulut buaya darat seperti Reno.

"Sayang, kok mereka ninggalin kita? Aku salah apa?" tanya Reno yang memasang wajah tanpa dosanya.

"Kamu cocok mangkal di lampu merah," ujar Misis geleng-geleng kepala, tak kuasa duduk di samping Reno yang menggelikan.

"Sayang! Kok aku ditinggal sih? Kamu jahat ya sama aku!" Teriakan Reno menggelegar di penjuru kantin, menarik pasang mata yang berada di sekitarnya.

"Lu ngomong gitu lagi, gua mutilasi nih," ujar Misis yang sudah berjalan cepat.

Reno berhasil menyelaraskan jalan mereka. "Wih, cewekku galak banget. Udah kayak mama tiri. Kamu mau jadi mama tiri apa mama muda? Kalau mama tiri enggak ada goyangannya, enggak seru. Kalau mama muda kan ada," ujar Reno yang semakin absurd.

Misis menulikan indera pendengarannya, tak ingin mendengarkan kalimat Reno yang menyebalkan.

"Misis? Mau enggak goyang mama muda. Nih, aku tunjukin goyangannya," ujar Reno sembari menarik pergelangan Misis.

Misis menggelengkan kepalanya. "Sumpah, Ren. Malu banget gua."

Siswa-siswi yang memperhatikan mereka terbahak melihat Reno yang mempraktikkan goyang mama muda di lorong sekolah.

"Teru, sini lu goyang juga," panggil Reno yang melihat keberadaan Teru dan Ceres yang jaraknya tak jauh dari tempat Reno bergoyang.

"Bukan temen gua," ujar Teru dan Ceres serempak saat pasang mata yang awalnya memperhatikan goyangan Reno jadi menatap mereka berdua.

"Lu berdua enggak setia kawan nih, sini gua ajarin goyangan mantulnya." Reno menarik Misis menuju tempat Ceres dan Teru berada.

Reno seketika menjadi instruktur goyang mama muda di lorong sekolah, mengajarkan Teru dan Misis yang masih kaku dalam gerakannya. Berbeda dengan Ceres yang sudah asik bergoyang dan mengajak siswa-siswi lainnya untuk ikut bergoyang bersama.

Senyum yang tertahan, perlahan-lahan terbit di bibir Misis. Setidaknya kesedihan yang ia rasakan saat ini ia hiraukan terlebih dahulu, karena ada mereka yang menghiburnya. Benar kata Ceres saat mereka di kantin, bahwa kesedihan yang berlarut akan membuat dirimu kehilangan momen berharga yang berarti.

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro