19: Pernah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku menatapnya tajam, entah bagaimana langkahku digiring menuju ke sebuah taman danau yang tidak jauh dari sana. Sepi. Hanya semilir angin yang menemani kami disini, dan sampai sekarang belum ada satupun dari kami yang memulai percapakan.

Temaram keemasan pantulan lampu membuat perasaanku semakin sendu. Sementara dingin yang lewat menusuk kulit ini hadir diantara kebisuan. Aku tidak mengerti...setelah semuanya dia mau kembali?

"Apa kau makan dengan baik?" Seokjin menatapku lembut, "Maaf."

Aku cuma menarik napas, sama sekali tidak menjawab pertanyaan maupun pernyataannya. Aku lebih suka bungkam, karena dia dekat dengan kesunyian. Seperti aku.

"Aku tidak tahu kau pindah kemari," kali ini dia tersenyum, melepaskan maskernya dan membiarkan aku melihat senyum mematikan itu.

Aku berdeham, "Yah, toh tidak ada untungnya juga kalau kau tau,"

"Jangan menghindariku." Seokjin menatapku lurus-lurus.

Aku mendengus, "Siapa?"

"Kau," dia menunjukku, "Berhenti menghindar dan kembalilah ke Seoul."

Ayolah, aku cuma perempuan biasa yang tidak pintar. Jangan membuatku berpikir macam-macam. Apa maksudnya? Oh---atau jangan-jangan cuma aku saja yang berpikir demikian.

Nyatanya Kim Seokjin nampak baik-baik saja, dan semuanya berjalan lancar seperti biasanya. Cuma aku sendiri yang menderita sampai hampir gila. Hanya aku, ya... aku.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro