Sebuah pertemuan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Irwan, Nuno, Jamet, Hamdan, Sarwan, dan Vina sedang makan bersama-sama di kantin. Ya, kali ini Vina sedang ulang tahun. Lumayan bagi anak kos tidak perlu mengeluarkan uang sepeser pun untuk menghemat uang bulanan mereka. Vina sengaja merayakan ultahnya sesudah selesai PKL.

"Sering-sering traktir gini, ya, Vin, " ucap Jamet sambil mengunyah makanan ke dalam mulutnya yang penuh makanan. "Lumayan ini buat anak kos, biar bisa hemat gitu."

Vina memutarkan bola matanya. "Seneng buat lo, rugu di gue, Mamet, " cibir Vina, memanyunkan bibirnya. Dari awal kuliah Vina memang selalu memanggil Jamet dengan sebutan "Mamet", nama plesetan spesial untuk Jamet.

Irwan pun hanya tertawa melihat perdebatan antara Vina dan Jamet yang masih berseteru dan saling ejek.

"Besok bentar lagi si Jamet kayaknya ultah, jangan lupa traktirannya, Bro." Hamdan melihat layar ponselnya dan melihat dua minggu lagi Jamet akan berulang tahun. Ya, ultah Vina dan Jamet hanya berjarak dua minggu saja dan masih bulan yang sama. Vina lahir bulan November awal sedangkan Jamet November akhir.

"Tuh, Mamet, jangan lupa traktirannya, " celetuk Vina, tak mau kalah. Gadis itu menjitak kepala Jamet yang keribo.

Jamet hanya terkekeh. "Gue nggak janji, ya. Kalau ada uang pasti gue traktir, deh. Kalian tahu sendiri, gue aja kadang suka ngutang sama Irwan. Ya, nggak, Wan?" Jamet berkata tanpa dosa di hadapan teman-temannya kalau dia suka berutang pada Irwan. Bagaimana lagi, kadang orang tuanya telat mengiriminya uang, mengingat tidak hanya dia yang butuh biaya, tapi adik-adiknya yang lain pun perlu biaya.

"Gue tunggu traktiran lo, ya, Mamet, " cibir Vina lagi sembari mengibaskan rambutnya.

Jamet mengacungkan dua jempol.

Irwan pun bangkit dari kursi. Kebetulan dia  akan bergegas ke kamar kecil seudah menghabiskan makanannya tadi

Irwan pun berjalan menuju kamar mandi yang tak jauh dari kantin.  Saat akan berbelok,  Irwan tak sengaja menabrak seorang perempuan.  Untung saja perempuan itu tidak terjatuh, hanya menabrak lengannya.

"Lo nggak apa-apa?" tanya Irwan dengan rasa bersalah.

"Saya nggak apa-apa, " jawabnya.

Irwan mengangguk,  lalu ada dorongan apa dia mengulurkan tangan ke perempuan itu.  "Kenalin, gue Irwan."

Perempuan itu engan membalas uluran tangan Irwan.  "Saya Safira."

"Safira?" Irwan mengangguk.  "Oke Safira salam kenal,  dan maaf karena gue nggak sengaja nabrak lo."

Safira mengangguk, lalu berlalu begitu saja.

Irwan pun meneruskan ke kamar mandi dan setelah selesai dia kembali ke kantin.

"Lama amat lo?" tanya Hamdan.  Setelah perseteruan itu,  kini Hamdan bersikap biasa pada Irwan.

"Tadi nggak sengaja nabrak cewek,  Ndan.  Ya,  nggak mungkin, kan gue langsung pergi gitu aja?" Irwan duduk di kursi.

Hamdan berdecak.  "Cantik nggak ceweknya?" Hamdan setengah melirik ke arah Vina yang sepertinya terbakar api cemburu.

Irwan terdiam.

"Cantik,  kan?" Hamdan menaikkan sebelah alis,  masih memandangi raut wajah Vina.

Irwan menggeleng.  "Nggak, lah,  biasa aja kok,  Ndan."

"Halah .... bilang aja cantik?" Hamdan terus memanas-manasi Vina yang tengah diam.

"Apaan,  sih,  lo Ndan,  berisik banget tahu nggak?" Vina sedikit mengebrak meja.

Hamdan hanya terkekeh.  Usahanya menggoda Vina sukses.

"Bro, gue duluan,  ya?" Sarwan bangkit dan berpamitan kepada kelima temannya.

"Oke,  Bro.  Hati-hati,  ya?" Nuno melambaikan tangan disusul keempat temannya.

Irwan terdiam. Ada rasa aneh saat melihat perempuan bernama Safira tadi.  Sepertinya dia pernah melihatnya,  tapi di mana?

"Udah,  lupain aja, " lirih Irwan.

Nuno yang sedari tadi memperhatikan Irwan yang seperti kebingungan pun menepuk bahu Irwan.

"Wan,  lo kenapa?" tanyanya.

Irwan mengangkat bahu.  "Nggak tahu, No,  gue kayak nggak asing sama cewek yang gue tabrak tadi."

Mata Nuno melotot.  "Emang lo pernah lihat dia di mana sebelumnya?"

Irwan menggaruk kepala.  "Gue juga nggak tahu,  No,  tapi beneran muka dia nggak asing."

Nuno diam sejenak,  mencoba mencerna perkataan Irwan.  "Emm ... besok kalau lo ketemu dia,  lo tunjukin ke gue,  ya?  Kali aja gue juga pernah kenal."

Irwan mengacungkan jempol sebagai jawaban.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro