Bagian 2 - Angin Dingin

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Layaknya air yang sedang mendidih dalam ketel, kehadiran Gavin diam-diam menimbulkan gejolak dalam sudut hatiku. Aku tak dapat mendengar apapun selain suara jantungku sendiri. Rasanya hatiku sedang berteriak dan meluap-luap oleh kegembiraan.

Aku berkedip perlahan-lahan ... sungguh khawatir kalau ini hanya halusinasi karena terlalu rindu.

Namun, Gavin terus bersandar di dinding. Sosoknya tidak menghilang, juga tidak mendekat. Lelaki itu hanya menatapku dalam-dalam.

Chen Yi: "Apa kau melihat orang yang kau kenal?"

MC: ...!

Suara Kak Chen yang tiba-tiba terdengar menghentikan langkahku. Pertanyaannya mencegah kakiku tersesat juga mengembalikan fokusku yang sempat terpecah.

Dengan linglung, kuangkat kepala untuk melihat Kak Chen. Pria itu terlihat kebingungan. Di sisi lain, aku yang sempat lemah otak tiba-tiba menyadari sesuatu mengenai penampilan Gavin.

Pembawaan yang berbeda. Gesturnya yang sengaja membuat jarak di antara kami. Misi khusus dan rahasia. Perjamuan pertunangan di mana orang jahat dan orang jujur bercampur baur.

Aku mundur beberapa langkah, memindai sekeliling, lalu mengalihkan pandangan ke arah Gavin.

Kami saling pandang dari kejauhan. Gavin mengangkat gelas anggur, menyesap wine itu dengan sikap seolah memaksa diri mengalihkan pandangan.

Apakah kehadiran Gavin saat ini merupakan bagian dari tugasnya sebagai anggota STF?

Aku menahan semua ketidakyakinan dalam hati. Emosiku yang membuncah tak sebanding dengan perasaan lega melihatnya dalam keadaan aman.

Gavin tidak berinisiatif mendekat. Jadi, kupikir lebih baik jika aku tidak bertindak gegabah hingga menimbulkan masalah untuknya.

Chen Yi: "Hei! Melihat-lihat seorang kakak tampan begitu, tak berarti kakakmu ini sedang tidak ada, kan?"

MC: "Jadi ... kau sedang berlagak sebagai kakakku?"

Chen Yi: "Dasar, Anak Ini!"

Sambil mengatakan ini, Kak Chen mengangkat tangan dengan gestur mirip jurus karate lalu menepuk bagian atas kepalaku.

Mengabaikan candaannya, aku berpura-pura kalau tak terjadi apapun. Aku hanya menyapa teman-teman yang kukenal seraya menekan dorongan untuk menghambur ke sisi Gavin.

Namun, semakin aku berusaha untuk tidak menatap Gavin, tatapanku semakin tak terkontrol. Pandangan mataku selalu saja tergelincir mencari-cari sosok lelaki yang kurindukan itu.

Berbagai macam orang berkerumun menghampiri Gavin. Ada yang menggoda. Ada juga yang hanya berbicara.

Gavin hanya menyimak dengan tenang. Sekali-kali, dia memiringkan kepala seraya mengayunkan gelas anggur. Hanya ketika percakapan mencapai ujung, Gavin menggerakkan mata. Kepalanya bergeming dan dia hanya mengucapkan beberapa patah kata.

Seulas senyuman asing terulas di wajahnya. Sesekali, Gavin menyesap wine dengan malas. Tampak seakan dia sedang menenggelamkan diri dalam rasa mabuk melenakan.

Rona merah merayap diam-diam, naik ke sisi wajahnya, jauh lebih memikat daripada saat pertama aku melihat rona itu di wajah Gavin.

Saat ini, seakan-akan dia sedang mendengar sesuatu yang menarik. Gavin terkekeh geli seraya menarik-narik dasi, dengan santai memperlihatkan bagian dalam kerahnya, samar-samar.

Gavin yang itu terlihat sedikit berbeda dibanding Gavin yang biasa kukenal.

Chen Yi: "Aku belum pernah melihat pemuda itu sebelumnya. Dia bukan dari komunitas kita, kan?"

Setelah menemaniku berjalan-jalan di sekitar ballroom, Kak Chen mengerucutkan bibir, bertanya seraya menunjukkan tempat Gavin berdiri.

MC: "Aku juga belum pernah melihat dia sebelumnya. Orang besar seperti itu mungkin saja punya banyak teman."

Chen Yi: "Ck! Sepertinya dia tuan muda manja dari keluarga kaya."

MC: "Pfft-"

Mendengar kata-kata Kak Chen, keseharian 'tuan muda manja' itu terlintas di benakku. Aku terbahak-bahak, tak bisa menahan tawa lagi.

Chen Yi: "Ada cukup banyak anak dari keluarga kaya bergabung di sini. Dia terlihat seperti itu."

MC: "Apa lagi yang bisa kakak jelaskan?"

Chen Yi: "Aku juga bisa menjelaskan kalau kau terus menatap dia dari tadi. Izinkan aku mengingatkanmu, mencuri-curi pandang itu bukanlah tindakan bijaksana. Walau aku belum bertemu orang dari tempatmu, berhati-hatilah. Aku sedang memperingatkanmu dengan jelas."

MC: "Jangan mengatakan hal-hal tidak masuk akal seperti itu!"

Heran! Bagaimana mungkin Kak Chen yang ahli dalam memperindah detail cerita bisa berbicara omong kosong begini? Merasa kesal, aku pun menyodok lengannya.

MC: "Izinkan aku memberitahumu, aku .... "

(Seseorang): "Maaf, mengganggu .... "

Sebelum kata-kataku rampung, sebuah suara dingin memotong alasan yang sudah kusiapkan.

Rasanya, kalimat dingin itu diucapkan seraya mengertakkan gigi. Aku segera berbalik, dan-

Tanpa kusadari, Gavin ternyata sudah berada di dekatku dan Kak Chen.

Aku menatap Gavin dengan heran. Saat pandangan kami bersitatap, manik matanya sedikit melebar lalu dia segera mengerjap perlahan.

Seakan-akan, tindakannya mendekat ini ada di luar kendalinya.

Namun, dengan cepat Gavin mengontrol emosi. Dia melirikku sekilas lalu mengangkat gelasnya ke Kak Chen.

Gavin: "Andakah Sutradara Chen Yi dari drama tari eksperimental avant-garde "In and Out of The Show"? Saya sangat berharap bisa bertemu Anda."

Beberapa kata terakhir diucapkan dengan enggan, terdengar lirih seringan bulu.

Chen Yi: "Anda terlalu sopan! Saya hanya bermain-main saja! Bagaimana saya harus memanggil Anda?"

Gavin: "Lin. Bermain-main saja bisa meraih beberapa penghargaan internasional? Anda terlalu merendah, Sutradara Chen."

Chen Yi: "Meskipun istriku menyuruhku tetap bersikap rendah hati ... bagaimana aku harus mengatakannya, ya? Haha! Tuan Lin, selera Anda cukup bagus!"

Gavin: [tertawa kecil] "Terima kasih. Saya sebenarnya tidak terlalu memperhatikan drama itu."

Chen Yi: " .... "

Sejenak, suasana menjadi sedikit canggung.

Seulas senyuman terlihat di wajah Kak Chen. Dia menurunkan kepala lalu berbisik:

Chen Yi: "Apakah dia ke sini untuk mencari gara-gara denganku?"

MC: " .... " (Putu: Oh, JELAS. Tunggu aja, sampai rumah kerokan kau, Kak :v)

Sekuat tenaga, aku berusaha mendorong kepala Kak Chen menjauh. Melihat tatapan Gavin yang semakin dingin, sedikit-sedikit, aku bisa merasakan apa yang salah di sini.

Namun, Gavin masih saja berakting. Dia terlibat dalam sebuah obrolan ringan dengan Kak Chen. Gavin bahkan tidak melirikku sedikit pun. Mungkin, dia menyadari kalau kata-katanya tadi kurang pantas. Jadi, dia menahan diri.

Pada saat itu, seorang pramusaji membawa beberapa gelas sampanye. Aku telah akan meraih segelas, tapi, tangan bersarung hitam itu bergerak lebih cepat dariku.

Gavin meletakkan gelas anggur yang tadi dia bawa, lalu mendahuluiku mengambil gelas sampanye itu.

Gavin: "Ini punyaku."

Jemari kami beradu. Kelingkingnya mengait jariku sesaat.

Ia seperti memberitahuku kalau dia tak ingin aku minum.

Kalem, aku ganti mengambil jus buah. Kutatap Gavin dengan kesal. Dia lalu menunduk, meninggalkan aku dan Kak Chen untuk berjalan ke tempat lain.

Chen Yi: "Dari mana Tuan Lin itu berasal? Dia menakutkan!"

Aku tidak mengatakan apa-apa. Aku hanya menatap kelingkingku yang tadi dikait. Kehangatan sarung tangannya membekas dan sedikit terasa panas.

Pesta pertunangan berlanjut lagi dalam suasana damai.

Namun, kehadiran Gavin selalu menarik perhatianku sepenuhnya. Kapanpun. Dimanapun itu.

Ini mungkin bukan hal baik dan bisa mempengaruhi misinya. Aku menepuk-nepuk wajah kemudian pamit sebentar pada Kak Chen, memutuskan memperbaiki riasan wajah sekaligus memperbaiki suasana hati.

Aku pun meninggalkan ballroom utama lalu menuju kamar kecil.

Sayangnya, ketika aku berbelok ke sudut, aku ditarik paksa ke dalam kegelapan.

Saat aku hampir menjerit, sayup suara pintu terkunci terdengar. Ciuman penuh hasrat membara itu terasa akrab, membakarku seketika.

Tiba-tiba, seluruh duniaku seakan melenyap.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro