Epilog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Gugup?"

Nayla menoleh dan melihat papanya tersenyum lembut padanya. Keduanya saling bertatapan penuh rasa sayang. Pintu utama gereja yang terbuat dari kayu menjadi saksi mereka.  

"Enggak," jawab Nayla. "Cuma takut ngijek gaun sendiri. Nggak lucu kalo nanti aku nyungsep di aisle." Pria paruh baya di sebelahnya menepuk pelan punggung tangan anak perempuan yang sebentar lagi akan menjadi milik lelaki lain.

"Ada papa, Nay. Papa akan pastikan kamu nggak akan jatuh," ujar papa Nayla. Mata Nayla menyipit saat dia tersenyum lebih lebar pada papanya.

"Makasih ya, Pa!" ucap Nayla tulus.

Pintu gereja terbuka. Terdengar alunan wedding march memenuhi gedung itu. Semua yang hadir memandang gadis cantik dalam balutan gaun putih model sweeping train yang membalut tubuhnya dengan sempurna. Hiasan wajah yang terlihat natural menambah keanggunannya. Nayla tersenyum tipis sebelum mengikuti langkah papanya.

Di dekat altar, Andre berdiri menunggu dengan debaran yang menyenangkan dan sorotan mata penuh kekaguman. Ini bukan pertama kalinya dia melihat Nayla memakai gaun itu. Dia sudah melihatnya waktu mereka fitting beberapa minggu lalu. Namun, aura bahagia yang menguar dari Nayla membuat gadis itu terlihat seperti malaikat yang baru turun dari surga.

Tepat sepuluh tahun yang lalu, Andre bertemu dengan Nayla di lorong tempat les musiknya. Saat itu juga, dia telah meletakkan kebahagiaannya di tangan gadis itu. Nayla tidak bertanya apa-apa ketika Andre langsung menentukan tanggal pernikahan mereka. Buat Nayla, semua hari adalah baik, asal dia bersama Andre. Namun, Andre sungguh ingin meresmikan komitmennya di hari yang sama seperti dia telah memilih Nayla hari itu.

Di hadapannya kini, mata gadis itu hanya tertuju padanya. Indah senyum di wajahnya tidak ada yang bisa menandingi. Dan kini, setelah sekian lama, dia akan mengikatkan janji suci di antara mereka. Hanya kematian yang bisa membuat mereka berpisah.

Senyum Nayla semakin lebar begitu jarak di antara mereka menipis. Perlahan tapi pasti, setiap langkah hati-hatinya membawa gadis itu semakin dekat dengan masa depannya bersama Andre.  Begitu sampai di hadapan Andre, papa Nayla mengambil tangan kanan Andre, lalu menyerahkan tangan kiri putrinya yang sedari tadi dia genggam.

"Andre, tolong teruskan tugas saya menjaga Nayla dengan segenap kekuatan kamu. Cintailah dia lebih kamu mencintai diri sendiri seperti yang saya lakukan untuk keluarga saya. Meski begitu, kamu tetap tidak punya hak untuk menyakiti dia," ujar papa Nayla dengan mata berkaca-kaca. Betapa dia begitu merasakan perihnya kenyataan bahwa putri kecilnya telah beranjak dewasa dan akan membangun keluarganya sendiri. Perih yang sekaligus membahagiakan. 

Andre mengangguk mantap, menyanggupi permintaan papa Nayla. Kebahagiaan Nayla adalah kebahagiaannya juga. 

Papa Nayla menoleh pada Nayla. "Dan kamu, Nay, akan tetap jadi putri kecil papa. Selamanya begitu." Sebutir air mata turun membasahi pipi papa Nayla. Nayla mengulurkan tangan kanannya untuk mengusap air mata itu dari wajah pria yang selalu menjadi tempatnya bermanja-manja.

"Papa kan udah janji nggak nangis," bisik Nayla sambil mengusap lembut wajah papanya. "Nanti aku ikutan. Make up-nya bisa luntur." Papa Nayla tersenyum dan mengangguk.

Setelah itu, papa Nayla duduk di bangku yang telah disediakan. Pemberkatan pernikahan pun dimulai. Beberapa kali, papa Nayla masih menyusut hidungnya dan membiarkan istrinya tersedu pelan di sampingnya ketika kedua orang itu saling menukar janji mereka.

"Saya, Andre Valentino, membawa Anda, Nayla Santana, untuk menjadi istri saya. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati Anda sejak hari ini, untuk lebih baik, lebih buruk, untuk kaya, untuk miskin, sakit, dan kesehatan semua hari-hari kehidupan kita, sampai kematian memisahkan kita."

"Saya, Nayla Santana, membawa Anda, Andre Valentino, untuk menjadi suami saya. Saya berjanji untuk mencintai dan menghormati Anda sejak hari ini, untuk lebih baik, lebih buruk, untuk kaya, untuk miskin, sakit, dan kesehatan semua hari-hari kehidupan kita, sampai kematian memisahkan kita."  

Setelah dipersilakan, Andre menangkup wajah Nayla dan mengecup kening wanitanya. Mulai hari ini sampai seterusnya, dia akan menjadi satu-satunya pria yang paling penting dalam hidup Nayla.

Nayla memejamkan mata ketika Andre mencium keningnya. Dia tahu bahwa hari-hari berikutnya hanya dia yang bisa membawa kebahagiaan untuk Andre.

"I love you, Dre!" ujar Nayla.

"Uh, aku keduluan!" gumam Andre, menerbitkan senyum di wajah Nayla. "I love you too, Nay! Always."

***

Cukup ya, kalo diterusin makin nggak jelas.

Promo dulu, boleh?

Itu cerita baru yang sedang saya tulis. Di-update seminggu sekali setiap hari Jumat. Ceritanya nggak se-vulgar cover-nya kok. Saya penulis yang suka serempet-serempet doang. Hahaha...

Sekarang....

Ayoooo, ucapkan selamat tinggal pada Nayla dan Andre. Cerita ini akan mulai dirapikan dan dibuat versi hardcopy-nya seperti pada pendahulunya. Jadi nggak mungkin saya tambah extra part lagi kalau proses editing itu sudah selesai.

Cheers,

Astrid
22 Januari 2017

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro