MTM - 10

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah keluar dari ruangan sang Mama, Arga langsung merogoh saku di balik jasnya untuk mengambil ponselnya.

Ada beberapa chat masuk dari Seina. Ternyata Arga lupa sempat mengubah mode diam di ponselnya, pantas saja ia sama sekali tidak menyadari jika Seina menghubunginya.

Seina Alexandra: Agar! Lo di mana?

Seina Alexandra: Gar, gue hamil anak lo! Tanggung jawab!

Arga sempat menggelengkan kepalanya seraya terkekeh kecil. Mungkin itu bentuk pelampiasan kekesalan Seina atas fitnah yang teman-temannya ciptakan, sehingga membuat Seina seolah mengikuti permainan teman-temannya.

Sejenis, yaudahlah gak usah makin diseriusin atau menghibur diri sendiri.

Arga kembali melanjutkan membaca chat dari Seina.

Seina Alexandra: Gar, gue mau ketemu!

Seina Alexandra: Woi lo di mana? Kenapa chat gue gak dibaca? Sok sibuk banget sih!

Seina Alexandra: Agar! Gue makan juga lo lama-lama!

Seina Alexandra: Gar!

Seina Alexandra: Fix! Kalo lo baca chat ini, gue udah bunuh diri karena frustasi udah mengandung anak lo!

Lagi-lagi Arga terkekeh membaca chat terakhir yang dikirimkan oleh Seina.

Tanpa berpikir lagi, Arga langsung menghubungi Seina. Ia sempat meminta nomor ponsel Seina beberapa hari lalu.

"Angkat kali!" decak Arga saat belum ada sahutan apapun di seberang sana, hanya sebuah ringtone tak jelas yang ia dengar.

"Ini cewek beneran bunuh diri?" decak Arga gemas.

"Halo!"

Akhirnya Seina mengangkat telepon dari Arga. Menyapanya dengan nada tak bersahabat.

"Lo ke mana aja, Gar? Gue daritadi chat gak dibaca-baca!" decak Seina tak membiarkan Arga berbicara lebih dulu.

"Nyokap gue masuk rumah sakit, kena serangan jantung ringan karena masalah ini," ujar Arga pada akhirnya.

Setelah itu terdengar teriakan Seina di seberang sana yang berhasil memekakan telinga Arga. "Apa? Serius? Wah gila sih!"

"Temen-temen lo udah keterlaluan," decak Arga setelah mendekatkan ponselnya lagi pada telinganya.

"Temen lo juga! Lo sama gue sekelas!"

"Bodo amat!"

"Tapi Gar, gue beneran mau ketemu sama lo! Kita harus bahas masalah ini!"

"Yakin harus bahas masalah ini bukan karena anak gue yang ada di perut lo pengen ketemu sama Papanya?" goda Arga.

Demi apapun ... laki-laki itu bahkan sekarang bergidik geli karena sudah mengatakan hal demikian.

Dan mungkin sensasi geli yang sama juga dirasakan oleh Seina, karena setelah Arga berbicara, gadis itu terdengar sedikit berteriak.

"Agar! Ih apaan sih? Jijik tau!!"

Arga sempat terkekeh, tanpa suara sampai akhirnya dia menyahuti ucapan Seina lagi, "Sei, salah gue di mana? Kan di chat juga daritadi lo yang selalu sebut kalo lo lagi hamil anak gue lah, kalo lo minta tanggung jawab gue lah."

"Ya kan gue cuma bercanda, gak usah ditanggepin!"

"Lah, gue cuma ikutin permainan lo."

"Udah ah! Gue lagi males debat sama lo, mending langsung ketemu aja, pukul-pukulan!"

"Idih modus banget yah lo mau ketemu gue," kekeh Arga.

"Bacot! Nanti ketemu beneran gue abisin tau rasa!"

Arga tekekeh, lagi, "Yaudah jadi beneran mau ketemu?"

"Iya! Sekarang! Ketemu di kafe yang deket sama rumah sakit aja, ada?"

"Nongkrong di kafe mulu lo, dasar anak kota! Lo mau gue jemput atau jalan sendiri? Kalo gue jemput ya sekalian gue ketemu sama calon mertua," kekeh Arga.

Memang bukannya begitu? Terlepas dari mau atau tidaknya Seina dan Arga menikah tapi keduanya memang harus menikah karena kebohongan teman-temannya, bahkan tadi Mamanya sendiri yang meminta Arga untuk tanggung jawab pada Seina.

"Gak usah, gue jalan sendiri aja. Keadaan rumah apalagi Papa masih panas, nanti kalo dia ketemu lo kan berabe, karena dia taunya ya lo yang hamilin gue, padahal boro-boro gue hamil, tidur seranjang sama cowok juga belum pernah," decak Seina.

"Bokap lo marah? Kenapa gak lo bilang begitu ke orangtua lo."

"Semua susah dijelasin. Lo kepo banget deh! Nanti cerita langsung aja, gue siap-siap dulu, mau touch-up makeup dulu abis nangis."

Tanpa menunggu sahutan dari Arga lagi, Seina langsung memutuskan panggilannya secara sepihak, sempat membuat Arga berdecak kesal.

***

"Sumpah gue pengen mukul lo abis-abisan!" seru Seina.

Gadis itu baru saja masuk ke sebuah kafe--yang berada tidak jauh dari rumah sakit tempat Mamanya Arga dirawat, setelah beberapa menit lalu Arga mengirim lokasi tepatnya.

Tangan Seina terulur untuk mencubit lengan Arga sebanyak mungkin setelah ia duduk di hadapannya.

"Lah? Bukan salah gue!" decak Arga seraya berusaha menjauhkan tangan Seina dari lengannya.

"Biarin! Gue gemes! Gue butuh pelampiasan!"

"Gue butuh terapi di psikolog kayaknya, biar gak shock nikah sama lo," desis Arga setelah ia menyeruput sedikit americano miliknya.

"Gak usah! Biar aja lo shock terus gila atau mati sekalian biar gue gak perlu lihat muka lo lagi," desis Seina.

Tangan kanannya bergerak untuk mengambil cemilan milik Arga.

"Makanan gue!"

"Minta! Lagian lo pelit banget sih, kenapa gak pesenin gue sekalian?"

"Gue mana tau makanan selera lo!"

"Yaudah deh nanti aja gue pesen makannya, sekarang kita bahas ini dulu. Gimana?"

"Gimana apanya?" Arga menaikan sebelah alisnya.

"Lo sama gue dan kebohongan yang mereka semua buat," sahut Seina gemas.

"Yaudah gue tanggung jawab, ah maksud gue ya gue bakal nikahin lo. Ketemu sama orangtua lo buat minta ijin nikahin lo, nyokap gue nyuruh begitu. Dan gue gak mau nambahin beban pikiran dia dengan nolak kemauannya karena keadaan dia juga masih drop," jelas Arga panjang lebar.

Seina sedikit tertegun, jika ia jadi Arga pun dengan keadaan orangtua yang tengah drop pasti akan berusaha tidak menambah beban pikirannya.

"Ah ...," desis Seina.

"Masalah laporan hasil tes kehamilan itu, orangtua lo juga dapet?" tanya Seina ragu.

Arga terlihat menepuk keningnya. "Gue lupa, tadi gue sempet ketemu sama Nevan, dia yang nanganin nyokap gue. Dia cerita semua tentang masalah ini, dan laporan hasil tes kehamilan itu dia yang bikin."

Seina nampak menggertakan giginya. Kedua tangannya terkepal di atas meja.

"Nevan," desis Seina.

"Ah gue bisa laporin Nevan ke atasannya! Mentang-mentang dokter bisa seenaknya bikin hasil tes palsu kayak gitu!"

"Bodoh! Masalahnya bakal lebih rumit dari ini," sahut Arga.

"Terus? Gue harus pasrah nikah sama lo?"

"Ya ... yaudahlah, toh nikah sama gue bukan hal buruk kan, Sei? Gue ganteng kok, gak malu-maluin buat diajak ke acara kondangan," kekeh Arga.

"Gak! Lo mimpi buruk buat gue!" Seina bersikeras.

"Yaudah gue bakal rubah jadi mimpi indah," kekeh Arga lagi.

Seina menggelengkan kepalanya. Kenapa Arga senang sekali mengajaknya berdebat yalord. Padahal untuk saat ini ia tidak memiliki mood untuk sekedar makan pun apalagi harus berdebat banyak dengan Arga.

---
Modus ae lu Bang Arga😑

Btw MTM naik ke rank #303 IN ROMANCE (160518) makasih loh atas antusias kalian semua, semoga MTM bisa terus naik dan nangkring di #10 besar yah. Aamiin. Bantuin dong biar bisa naik wkwk😂

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story

Serang, 16 Mei 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro