MTM - 27

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Pagi ini, di meja pantry, hanya keheningan yang menyelimuti Arga dan Seina, keduanya tidak saling adu cekcok seperti biasanya.

Arga nampak fokus dengan makanannya yang tentu saja hasil masakan Seina sesuai janjinya semalam, sedangkan Seina, entah apa yang sedang ia pikirkan tapi yang jelas sejak tadi sebuah senyuman nampak terus terlihat di bibirnya.

Sepertinya karena statusnya dengan Gavin lah yang membuatnya nampak bersinar dan bahagia pagi ini.

Sampai akhirnya keheningan itu terusik karena deringan ponsel milik Seina.

Dari sudut matanya, Arga bisa melihat jika nama Gavin lah yang tertera di layar ponsel milik Seina yang tergeletak di atas meja.

Seina segera mengangkatnya seraya bangkit dari duduknya.

"Iya aku turun yah, Vin."

Setelah sambungan telpon terputus, Seina sudah bersiap untuk meninggalkan Arga kalo saja laki-laki itu tidak mencekal pergelangan tangannya.

"Gue minta lo putusin Gavin, Ja." Arga nampak memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya melempar tatapan lekat pada Seina.

Gadis itu nampak terkekeh selagi tangannya terulur untuk menyentuh kening Arga.

"Lo sakit, Gar?"

"Gue serius, Sei."

"Kenapa?" Seina mulai berusaha masuk ke dalam obrolan Arga.

"Lo kan istri gue, Sei. Lo udah gak single lagi," jawab Arga.

Lagi dan lagi Seina terlihat terkekeh sambil menggelengkan kepala. "Loh, Gar? Bukannya itu kesepakatan kita? Lo bilang dulu meski kita nikah, lo sama gue bebas buat jalin hubungan sama siapa aja?"

"Itu kan ke----" Belum selesai berbicara, ponsel di tangan Seina kembali berbunyi, Gavin kembalie menelpon. Membuat Seina langsung melenggang pergi tanpa berpamitan lagi pada Arga.

Arga menghela napas. Kemudian ia kembali duduk melanjutkan sarapannya dan sedikit tersentak saat ponselnya yang berada di meja televisi berbunyi.

Seina Alexandra: Dibicarain nanti aja yah, Gar!

Seina Alexandra: Kayaknya lo sakit karena ngomong ngelantur, minum obat, Gar. Hahaha.

Arga berdecak, melempar ponselnya ke atas sofa dan beranjak memasuki kamar untuk berganti pakaian, Arga juga akan pergi hari ini. Ia sama sekali sudah tidak napsu untuk menghabiskan masakan Seina.

***

"Aku masuk yah!" Seina menatap Gavin seraya tersenyum manis sebelum turun dari mobilnya.

"Nanti pulang jam berapa? Biar aku jemput," ujar Gavin.

Seina nampak berpikir. Setelah ia hanya tinggal berdua dengan Arga, jam pulang kerjanya sangat tidak teratur demi bisanya sampai di apartment lebih dulu.

Ya memang seharusnya di hari Sabtu dan Minggu atau hari apapun, Seina sebagai pemilik butik berhak untuk tidak masuk--karena butik Seina sendiri buka setiap hari dengan sistem rolling untuk bagian libur karyawannya, tetapi ada pekerjaan yang harus ia selesaikan sehingga memaksanya untuk datang ke kantor pagi ini.

"Gak usah deh, soalnya jam pulang aku gak tentu, Vin. Bisa lebih cepet atau lebih lama," dusta Seina.

Ya semoga saja Gavin mengerti dan tidak kekeuh untuk mengantarnya pulang.

"Oh gitu. Oke deh."

Seina tersenyum manis, ia akan bergerak keluar dari mobil Gavin namun niatnya ia urungkan saat mendengar ponsel Gavin berbunyi.

"Iya, gue udah di jalan."

Sambungan telepon itu langsung terputus setelah Gavin mengangkat dan melemparkan kalimat itu.

"Siapa?" tanya Seina penasaran.

"Kamu kepo yah?" kekeh Gavin.

Seina berdecak seraya mengerucutkan bibirnya, membuat Gavin gemas saja.

"Temen aku, Sei. Buruan gih masuk, pasti karyawan kamu udah pada nunggu boss-nya!" ujar Gavin.

"Oh iya, kalo gitu aku turun!"

Setelah itu Seina benar-benar keluar dari mobil Gavin, melambaikan tangan sejenak sebelum ia masuk ke dalam butiknya.

...

"Ekhem ...."

Seina sedikit tersentak saat deheman sesorang tiba-tiba terdengar saat ia sedang membuat segelas teh untuk menemaninya bekerja.

"Lo rese!!" seru Seina saat ia mendapati Meka sebagai dalang atas keterkejutannya.

Gadis itu nampak terkekeh seraya menyenggol lengan Seina.

"Kaget yah, Sei?" tanya Meka seraya menaikan kacamatanya.

"Masih nanya?" desis Seina.

Mendengar respon Seina, Meka justru semakin terkekeh.

"Padahal gue juga dehem doang. Lo ngelamun yah??" selidik Meka.

"Oh iya, Sei!" seru Meka lagi.

Seina yang kembali terkejut dengan seruan Meka nampak berdecak, menatap gadis itu seraya mengeryitkan kening.

"Kenapa??"

"Lo kemarin jalan ke mana sama Gavin?" tanya Meka to the point.

Dan Seina yang mendengar pertanyaan Meka nampak membelalakan matanya.

Gavin? Jalan ke mana? Bagaimana bisa Meka tau?

"Kok?" Seina menautkan kedua alisnya.

"Kan si Gavin kemarin beli dress di sini, dia bilang buat lo," ujar Meka yang seolah mengerti dengan ekspresi Seina.

"Lo yang ngelayanin?"

Meka menggelengkan kepala. "Bukan lah, si Dinda, kan itu tugas dia buat ngelayanin konsumen."

Seina menatap Meka lekat seraya menaikkan sebelah alisnya. "Terus kenapa lo tau?"

"Kan gue sempet ngintip, terus setelah itu gue kepoin Dinda deh," kekeh Meka.

"Dasar tukang kepo! Persis banget sama Arga," decak Seina.

"Uhuk ...." Meka pura-pura terbatuk saat mendengar Seina menyebut nama Arga.

"Minum nih minum!" Seina menyodorkan salah satu cangkir teh yang dibuatnya pada Meka.

Setelah itu Seina nampak menarik pergelangan tangan Meka menuju tangga rooftop. Seperti biasa, sepertinya Seina akan menumpahkan semua keluh kesah hidupnya pada Meka.

"Ngapain ke rooftop?" Meka masih berusaha mempertahankan posisinya.

"Mau cerita! Ah lo kayak gak tau gue aja!"

"Gue gak mau yah curhatan lo berujung lo ngambek sama gue lagi kayak yang udah-udah," ancam Meka.

Mendengar ocehan Meka membuat Seina tertawa kemudian ia menggerakan salah satu tangannya tidak memegang cangkir teh untuk menjewer telinganya sendiri.

"Gak ngambek lagi, janji," kekeh Seina.

Meka menghela napas kemudian ia mulai mengikuti langkah Seina menaiki satu persatu anak tangga menuju rooftop.

"Ada apa?" tanya Meka setelah mereka duduk manis di bangku rooftop.

Seina masih terlihat menyeruput tehnya, kemudian ia menyunggingkan senyum lebar sebelum menjawab pertanyaan Meka.

"Gue jadian sama Gavin," kekeh Seina.

Gadis itu sama sekali tidak merasa bersalah atas keputusannya untuk menerima cinta Gavin.

Dan Meka nyaris menyemburkan teh yang berada di mulutnya ke arah Seina jika Seina tidak menghindarinya.

"Mekaaaa!" tegur Seina.

"Lo gila, Sei!" seru Meka setelah itu.

"Kenapa sih?" tanya Seina.

"Arga gimana? Kok lo pacaran sama si Gavin?"

Seina mengerutkan keningnya, menatap Meka lekat penuh selidik. "Kenapa lo peduli banget sama Arga? Lo suka sama Arga?"

---
Hahaha udah dulu ah bersambung dulu, kalo dilanjutin ntar kepanjangan banget😂

Ini updatenya ngaret dua jam dari aku bilang di snapgram kalo aku lagi ngetik MTM hehe maaf yah. Btw makasih buat semua komen di part sebelumnya😋

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)arga_dimitra
(at)seina_alexandra

Serang, 23 Juni 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro