MTM - 32

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lagi, Seina kembali harap-harap cemas menanti balasan dari Gavin, chat-nya sudah dibaca beberapa detik lalu tapi sepertinya tidak ada tanda-tanda Gavin akan membalasnya.

"Kenapa gak dibales?"

Bertepatan dengan Seina yang menutup mulutnya, ponsel di tangannya bergetar.

Gavin menelponnya.

"Ha ... lo?" sapa Seina setelah ia menggeser logo berwarna hijau di layar.

"Kenapa belum tidur?"

Seina berdecak pelan. Ia pikir Gavin akan menjawab pertanyaannya tapi justru menegurnya karena belum tidur di jam segini.

"Gak bisa tidur ...," balas Seina.

"Tidur. Aku udah mau tidur, masa aku tinggalin kamu tidur?"

"Yaudah tidur duluan aja, tapi jawab pertanyaan aku dulu ...," gumam Seina.

"Pertanyaan apa?"

Mendengar sahutan Gavin dari seberang sana, Seina mengerutkan keningnya.

Kekasihnya pura-pura bodoh atau bagaimana??

Seina nampak menarik napas, menghelanya perlahan sebelum menjawab pertanyaan Gavin.

"Yang di chat."

"Yang mana sih?"

"Jangan pura-pura gak tau, Vin ...," rajuk Seina.

Sepersekian detiknya nampak terdengar suara kekehan menggelegar dari mulut Gavin.

Itu membuat Seina berdecak saat sadar kalo Gavin mengerjainnya dengan pura-pura tak mengerti.

"Kesel yah? Aku seneng banget denger suara kamu pas kesel," kekeh Gavin di seberang sana.

"Kamu nyebelin!"

"Ampun ... jangan ngambek! Aku jawab sekarang yah, tadi selain ke kantor aku ada meeting sama klien di luar," ujar Gavin kemudian.

Seina mengangguk-anggukan kepala paham meski Gavin tidak bisa melihat reaksinya.

"Kliennya perempuan atau laki-laki?"

Seina mengetes kejujuran Gavin, tentu saja.

"Iya perempuan, kamu gak cemburu kan?" goda Gavin.

Seina sempat hanya berdehem sebelum akhirnya ia ijin untuk menutup sambungan teleponnya.

"Yaudah kalo gitu aku mau tidur yah. Selamat malam."

"Selamat malam juga, Sei."

***

Di jam istirahat, Seina dan Meka pergi bersama, sejak pagi keduanya sudah berjanjian untuk makan siang di luar bersama-sama. Ada restoran jepang yang baru buka, jaraknya tidak terlalu jauh dari butik Seina.

"Ini enak!" Seina bergumam selagi mulutnya mengunyah sushi pesanannya.

Meka yang memesan ramen karena tidak menyukai sushi hanya menatap Seina ogah-ogahan saat gadis itu nampak makan dengan lahap.

"Kenapa lo gak suka sushi sih? Ini enak, sushi di sini rasanya beda kayak di tempat lain." Seina setengah berbisik.

Meka menggelengkan kepalanya, membayangkan atau mengingat saat pertama kali ia makan sushi saja sudah kembali membuat perutnya mual.

"Tapi tetep aja dagingnya mentah," ucap Meka.

"Tapi enak, Ka!"

"Terserah!"

Untuk beberapa saat meja mereka begitu hening. Meka dan Seina sibuk dengan makanan mereka masing-masing.

Sampai akhirnya Meka bedehem dan kembali mengajak Seina berbicara.

"Kabar lo sama Arga gimana?"

Sial ... Seina nyaris mati karena tersedak sushi yang baru masuk ke mulutnya, astaga apa Meka tidak bisa menanyakan hal lain yang membuatnya tidak terkejut??

"Eh minum, Sei," kekeh Meka seraya menyodorkan minum milik Seina.

Seina menarik gelasnya kasar dari tangan Meka, ia mendumel tak jelas yang justru membuat Meka semakin terkekeh.

"Sialan lo!" decak Seina setelahnya.

"Ampun astaga, gue gak tau kalo respon lo bakal sebegitunya kaget," jawab Meka. Gadis itu masih sedikit terkekeh.

"Ya lagian lo mikir lah, gue jadian sama Gavin, kenapa yang lo tanya malah Arga?" Kali ini tangan Seina sedikit menoyor kepala Meka pelan yang tentu saja Meka juga ikut membalasnya.

"Kan Arga suami lo. Salah gue di mana?" Meka menjulurkan lidahnya, mengejek Seina.

"Hm."

"Tapi kalo lo tanya soal Arga, biar gue kasih tau. Gue sama dia lagi marahan," ujar Seina di sela-sela mengunyah makanannya, lagi.

Mendengar itu Meka terkekeh, "Lah emang kapan kalian baikan? Pake bilang lagi marahan segala."

"Nah itu lo tau! Udah tau setiap hari gue marahan terus eh masih nanyain kabar Arga ke gue. Next time kalo lo tanya kabar Arga lagi mungkin bakal gue jawab; Arga udah mampus." Seina mengatakan itu dengan satu tarikan napas, mulutnya ia manyunkan setelah mengakhiri ucapannya.

"Sadis banget sih, Neng," kekeh Meka.

Bola mata Seina bergerak melirik Meka gemas. Terus saja terkekeh meski tidak ada yang lucu sama sekali.

"Arga nuduh Gavin selingkuh," ujar Seina tiba-tiba.

Kini giliran Meka yang hampir mati karena tersedak kuah ramennya yang pedas.

Tanpa sodoran gelas dari Seina, Meka langsung menyedot habis minuman miliknya.

"Balas dendam yah lo," lirih Meka.

Seina terkekeh. Awalnya Seina tidak ada niatan sama sekali untuk membuat Meka tersedak seperti dirinya, tapi melihat Meka seperti itu justru membuatnya tertawa bahagia.

"Gak ada niatan begitu kok gue, aseli," ujar Seina masih terus terkekeh.

"Kesel!" decak Meka.

"Yaelah terus gimana nih? Gue lanjutin gak ceritanya?"

"Lanjutin," rengek Meka.

Akhirnya Seina menceritakan semuanya, mulai dari pelaporan Arga sampai komunikasinya dengan Gavin semalam. Meka hanya mengangguk-anggukan kepalanya.

"Pokoknya gue marah. Enak aja dia nuduh kliennya Gavin itu selingkuhannya Gavin," decak Seina.

"Tadi pagi gue gak bikinin tuh Agar sarapan, biarin aja. Gue udah bilang ke dia kalo itu cewek kliennya tapi tuh Manusia Kenyel masih kekeuh nuduh Gavin selingkuh!"

Dari nada bicaranya tanpa Seina mengatakan jika ia kesal pun Meka sudah bisa menilai jika gadis itu memang benar-benar kesal, tidak terima kekasihnya dituduh oleh Arga.

"Kalo Arga bener gimana?" Meka justru memancing kekesalan Seina.

"Menurut lo, gue harus percaya pacar gue atau musuh gue?"

"Orangtua lo ...," kekeh Meka.

"Manusia gak ada yang baik melulu, orang-orang baik di sekitar lo bisa aja nusuk dari belakang, kapan pun, termasuk gue. Tapi kalo orangtua gak bakal nyakitin anaknya," ujar Meka mendramatisir.

"Anjir dah, ini ramen bisa bikin orang bijak, Ka? Gue jadi mau tau resepnya," kekeh Seina.

Tentu saja respon Seina seperti itu pasalnya sepanjang mengenal Meka, baru kali ini ia mendengar Meka berbicara seserius dan sedrama itu.

"Tapi kenapa nyambung-nyambung ke sana anjay? Kita lagi bahas Arga sama Gavin," ujar Seina lagi.

Seina baru akan mendengar Meka berbicara lagi, tetapi terganggu saat ponselnya di atas meja berbunyi.

Arga.

"Ngapain sih chat-chat gue ...," desis Seina.

Seina berusaha tak acuh dengan chat Arga, ia membiarkan ponselnya terus tergeletak tanpa berniat untuk membaca chat Arga.

"Arga yah? Kenapa gak lo baca?"

"Ma----" Ucapan Seina terputus dengan nada dering ponselnya. Kali ini Arga menelponnya.

Dengan malas-malas, Seina menggeser logo hijau di layar ponselnya.

"Halo?"

"Nyokap-Bokap lo sama Nyokap-Bokap gue sore nanti mau on the way ke apartment kita."

Seina menganga. Terkejut tentu saja. Ada apa ini? Tapi yang jelas Seina harus bisa sampai lebih dulu sebelum mereka supaya ia bisa memasang perut hamil silikonnya dulu.

---
Wkwkwk mau ganti update empat hari sekali ah daripada aku dosa ingkar janji mulu bilang dua hari sekali eh taunya ngaret😂

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)arga_dimitra
(at)seina_alexandra

Serang, 15 Juli 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro