MTM - 37

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Beberapa saat kemudian, Seina kembali dengan secangkir kopi hitam untuk Arga.

Dengan ragu, gadis itu meletakannya di hadapan Arga, sempat membuat kening Arga berkerut.

"Buat gue??"

"Lo pikir?" sahut Seina sewot.

Arga terkekeh, "Santai Mommy, Daddy cuma tanya kok. Makasih yah."

Tangan Arga mulai terulur meraih cangkir kopinya, menyeruputnya perlahan.

Sedangkan Seina hanya menatap Arga harap-harap cemas. Ia baru membuat kopi hitam masih bisa dihitung dengan jari satu tangan, bagaimana kalo rasa kopi itu tidak enak karena takaran kopi dan gulanya yang kurang pas?

"Enak. Ternyata cewek manja kayak lo bisa juga bikin kopi," ujar Arga selagi meletakan kembali cangkir kopinya ke atas meja.

Mendengar itu, Seina bernapas lega. Syukurlah, setidaknya Arga tidak akan menghinanya dengan kata-kata; Sei gak bisa bikin kopi.

"Iya lah! Gue sih serba bisa! Apa coba yang gak bisa gue lakuin??" ujar Seina membanggakan dirinya.

"Hamil. Ups." Arga terkekeh seraya menutup mulutnya dengan tangan.

"Gue bisa hamil!" seru Seina.

"Masa? Hamil perut silikon kan?" ejek Arga. Laki-laki itu menjulurkan lidahnya untuk mengejek Seina.

"Nggak! Gue bisa hamil kok, tanpa perut hamil silikon lagi!" Seina bersikeras.

"Oh lo mau hamil beneran? Sama gue kan? Hayuk dah!" Arga tertawa.

Arga sudah akan berdiri dari sofa dan akan menyeret Seina masuk ke kamar. Tapi tentu saja, Seina menolak mentah-mentah.

"Gak sama lo! Suatu hari gue bisa hamil beneran, gak sama lo," ujar Seina.

"Ah yaudah gue cari Mommy lain aja," decak Arga.

"Terserah!"

"Yaudah."

"Udah deh, lo mending habisin kopinya, terus mandi. Gue udah bikinin makan malam buat lo, gue tungguin lo," ujar Seina pada akhirnya.

Kedua mata Arga nampak berbinar-binar, laki-laki itu sangat terlihat senang. "Lo masak buat gue lagi, Ja?"

"Iya, dibantuin Meka."

"Meka? Siapa?" tanya Arga.

"Gak usah pura-pura gak tau. Lo kan yang nyuruh dia ke sini?"

Arga terkekeh, "Yah kok tau sih? Dia yang bilang sama lo? Dia beneran ke sini yah?"

Seina menghela napas kasar. Berusaha meredakan emosinya. Pasalnya, sebenarnya ia masih sangat kesal atas tindakan Arga yang seenaknya mengangkat panggilan masuk dari Meka di ponselnya tapi lagi-lagi, Meka sudah menasehatinya.

"Jadi istri gak boleh galak-galak sama suami. Lo mau kualat lagi? Gak berkah hidup lo, Sei!"

"Lo dapet nomor Meka dari mana?" tanya Seina berbasa-basi. Ia ingin mengetes kejujuran Arga.

"Lah, bukan gue yang dapet nomor Meka, Meka yang dapet nomor gue, dari gue," kekeh Arga.

Salah Arga di mana??

"Lo angkat panggilan masuk dari Meka di hape gue kan?"

"Iya. Hape lo bunyi terus, pas gue liat eh lo udah tidur, jadi yaudah gue angkat. Sorry," ujar Arga.

Entahlah. Pada akhirnya mendengar penjelasan Arga, membuat emosi Seina sedikit melunak. Setidaknya laki-laki itu sudah mengatakan maaf kan?

"Terus kenapa lo minta si Meka ke sini? Asli sih kepala gue sakit denger dia ngomelin gue mulu, ngasih wejangan gue mulu," oceh Seina panjang lebar.

Tentu saja, bukannya merasa bersalah, Arga justru tertawa kecil karena ekspresi yang Seina tunjukan saat sedang mengoceh.

Seina sudah kembali cerewet, tidak menangis seperti dua hari lalu. Dan itu membuat perasaan Arga tenang.

"Bagus! Daripada lo ngurung diri terus di kamar," jawab Arga.

"Udahlah. Sekarang gue mau mandi dulu, udah gak betah. Lengket banget nih badan, udah laper juga. Makasih kopinya yah, Ja." Arga bangkit dari duduknya, masuk ke dalam kamar, meninggalkan Seina yang sedang menganggukan kepala karena merespon pamitnya.

***

"Ini lo yang bikin, atau Meka?" tanya Arga selagi mulutnya sibuk mengunyah cak kangkung bikinan Seina.

"Gue. Enak gak?" tanya Seina.

"Enak. Tadinya kalo lo jawab Meka yang bikin, mau gue jawab gak enak," sahut Arga enteng.

"Jadi sebenernya gak enak? Lo cuma mau nyenengin gue doang?"

"Iya. Daripada lo nangis mulu, mending gue bahagiain kan?" ujar Arga cuek.

Entah persoalan makanannya enak atau tidak itu serius atau candaan tapi yang jelas Arga masih terlihat lahap memakan semua hasil masakan Seina dan Meka beberapa jam lalu.

Berbeda dengan Arga yang nampak tak acuh, Seina justru mengerang, ia sudah bersiap untuk menyingkirkan semua masakannya kalau saja Arga tidak melarangnya.

"Mau di kemanain makanannya?"

"Mau gue buang. Gak enak kan? Nanti lo sakit perut, gue yang disalahin."

Bukan. Itu bukan ucapan Seina karena peduli dengan Arga tapi itu sebuah kekesalan yang Seina luapkan.

Seina tidak suka dibohongi seperti itu, kalau masakannya benar-benar tidak enak lebih baik jujur. Seina tidak butuh pujian palsu seperti itu. Itu prinsip hidupnya.

"Lo bisa liat kan? Masih gue makan! Gak sopan banget main mau buang aja," oceh Arga.

"Lagian lo percaya banget sama omongan gue? Musyrik tau gak??" lanjut Arga.

"Makanan lo enak kok. Serius. Gak bohong. Gak usah ngambek gitu," ujar Arga.

Seina memanyunkan bibirnya. Laki-laki menyebalkan seperti Arga memang akan selalu menjadi menyebalkan.

"Jangan lupa Sei! Lo harus terimakasih sama Arga!"

"Sial...," umpat Seina.

Ah semakin Seina ingin melupakan semua wejangan dari Meka, justru semuanya semakin berputar di otaknya.

Haruskah ia berterimakasih pada Arga? Untuk apa?

Arga yang sempat mendengar umpatan Seina, melirik ke arah Seina sekilas.

"Lo kenapa sih? Sekarang gue sering banget denger lo ngumpat gitu? Ada masalah?" tanya Arga acuh tak acuh.

"Bu----" Gadis itu mengurungkan niatnya bicara.

"Kenapa?" tanya Arga lagi.

"Makasih," ujar Seina pada akhirnya.

Setelah itu Seina nampak bergumam tak jelas, sibuk mengutuk dirinya sendiri yang sudah mengatakan kata itu.

Yang ada di pikiran Seina sekarang, bagaimana respon Arga? Apa dia akan mengejeknya habis-habisan?

"Untuk apa?"

"Untuk kepedulian lo dua hari belakangan ini. Makasih makan malamnya, sarapannya dan udah minta Meka datang ke sini," ujar Seina.

Seina nampak menggigiti bagian dalam bibir bawahnya selagi hatinya terus berdoa jika Arga akan merespon baik ucapannya, bukan mengejeknya dengan cara menyebalkan seperti biasanya.

Arga nampak tersenyum tipis, tangannya terulur mengusap puncak kepala Seina.

"Sama-sama. Makasih juga buat kopinya, makan malamnya juga," ujar Arga.

Sekarang Seina merasa detak jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya.

Astaga ... kenapa mendengar Arga bicara lembut dan bersikap seperti itu membuat kerja jantungnya tak karuan??

"Sekarang lo tanggungjawab gue, Sei. Meskipun kita nikah terpaksa karena permainan bodoh anak-anak, tapi lo sama gue nikah beneran. Nikah sah. Ada penghulu dan saksi, di depan orangtua, lo tetep istri sah gue, jadi ya lo emang tanggungjawab gue," ujar Arga panjang lebar.

Dan kini Seina tidak bisa berbicara apapun selain menganggukan kepalanya.

Astaga... kenapa Arga harus bicara dengan lembut seperti ini? Seina jadi lebih senang melihat Arga yang menyebalkan!

"Gue gak mau liat istri gue nangis cuma karena laki-laki kayak Gabin gitu, Sei," lanjut Arga.

Oh shit... rasanya Seina ingin sekali mempercepat waktu agar Arga bisa berhenti bicara dengan sikap seperti ini.

"Terima kasih."

Lagi, akhirnya hanya itu yang Seina lontarkan.

Arga menyingkirkan tangannya dari atas kepala Seina, tersenyum tipis seraya turun dari bangkunya.

"Gue udah selesai makan! Sekarang gue mau bantuin lo buat cuci piring," ujar Arga.

Ia mulai sibuk menumpuk piring kotor di meja pantry, membawanya ke wastafel cuci piring.

"Eh?? Gak usah! Gue bisa sendiri, Gar! Kan gue udah bilang, semua bisa gue lakuin," tolak Seina.

Tentu saja, Seina harus melarang Arga untuk membantunya jika tidak ingin Arga membuat jantungnya rusak karena berdetak secara berlebihan.

Astaga sebenarnya ada apa dengan detakan jantungnya? Seina jatuh cinta pada Arga hanya karena mendengar ucapan Arga barusan? Itu mustahil!

---
Atas tagihan dan obrolan kalian semua di grup MTM, aku jadi semangat ngetik wkwk. Makasih yah!!

Siapa yang belum join grup? Join yuk! Langsung chat ke nomor adminnya yah! Btw ini grup whatsapp!!😘

Btw preorder novel pertamaku tinggal 3 hari lagi sebelum masuk toko buku dalam beberapa waktu ke depan. Yakin gak mau ikut po-nya? Dapet diskon, ttd aku sama gantungan kunci loh 😋

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)arga_dimitra
(at)seina_alexandra

Serang, 2 Agustus 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro