MTM - 44

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Tepat pukul 8 malam, Seina dan Arga baru kembali ke apartment setelah bertemu dengan teman-teman SMA-nya.

Seina langsung membanting tubuhnya ke atas sofa begitu ia masuk ke dalam apartment, begitu pula dengan Arga yang ikut mengambil posisi di samping Seina setelah ia berhasil menutup pintu.

Keduanya saling diam, melempar tatapan satu sama lain.

"Kenapa ngeliatinnya gitu banget?" tanya Seina.

Arga menggelengkan kepala seraya terkekeh, "Gak, gue cuma inget obrolan sama anak-anak tadi."

Seina mengeryitkan kening, "Obrolan yang mana?"

"Tentang sinyal cinta kita. Gue gak percaya aja sih ternyata gerak-gerik kalo gue suka sama lo udah mereka cium sejak lama," ujar Arga.

Seina menganggukan kepala paham. Sebenarnya saat di kafe tadi, Seina juga sempat terkejut saat teman-temannya mengatakan jika Seina juga sudah mencintai Arga sejak lama.

Tita dan Dena mengatakan, Seina banyak menggambar random dengan nama Arga di balik buku tulisnya. Sial.

"Gak usah diinget, gue malu kalo inget itu!" decak Seina.

"Gue nyesel kenapa dulu gak pernah iseng rebut buku tulis lo," kekeh Arga.

"Gue bilang jangan bahas itu lagi!" Muka Seina nampak berubah menjadi merah padam. Entah karena ia merasa malu atau marah pada Arga.

"Iya oke," sahut Arga.

Setelahnya Seina nampak bangkit dari duduknya, membuat Arga bertanya, "Mau ke mana?"

"Mandi," jawab Seina singkat.

Gadis itu enggan meladeni Arga lagi, ia bergegas masuk ke dalam kamar agar bisa dengan segera membersihkan tubuhnya yang terasa begitu lengket dan gatal.

***

Sial... Seina benar-benar terkejut saat Arga tiba-tiba mendekatinya yang tengah memilih pakaian di lemari.

Laki-laki itu merengkuh pinggangnya, menciumi tengkuk lehernya yang membuat Seina merasa risih.

"Romantis dulu kek," oceh Arga yang sadar jika Seina berusaha melepas rengkuhan tangannya.

"Risih. Gue mau pilih baju, udah dingin, jangan digelayotin begini ah," decak Seina.

Arga mendesah. Ia mengalah, lebih memilih membanting tubuhnya ke atas sofa.

"Sei?" panggil Arga.

Panggilan pertama, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya, Seina berusaha tak acuh, sampai akhirnya Arga lebih memilih untuk to the point saat Seina keluar dari kamar mandi setelah mengganti pakainnya.

"Soal hamil. Gimana?"

Aktifitas Seina terhenti. Ia tertegun, menatap Arga lekat seraya menggidikan bahu.

"Gue juga gak tau," ujar Seina pelan.

"Kita belum coba," ujar Arga.

"Tapi...." Seina menggantungkan ucapannya, ia nampak mengigiti bagian dalam bibir bawahnya.

Dari kedua sorot matanya, Arga bisa mengetahui jika gadis itu masih ragu padanya. Atau mungkin... gengsi?

"Kenapa? Lo cinta sama gue kan?"

"Iya...," sahut Seina pelan.

"Terus?"

"Kalau pun gue mau coba sama lo, usia kehamilan asli sama apa yang orangtua kita tau gak akan sama, Gar. Kebohongan kita bakal tetep kebongkar," lirih Seina.

Sekarang Arga mengerti. Gadis itu bukan ragu padanya, hanya saja Seina lebih memikirkan bagaimana jika kebohongan mengenai kehamilannya itu terbongkar?

"Yang orangtua kita tahu, kehamilan gue sekarang masuk 22 minggu. Sekitar 14 minggu lagi seharusnya gue ngelahirin. Gue takut, Gar. Gue gak bisa bayangin gimana reaksi mereka," lirih Seina. Suaranya semakin mengecil.

Arga ikut tertegun, tanpa aba-aba, ia menarik Seina ke dalam pelukannya. Mengusap puncak kepala gadis itu lembut.

"Kita coba, oke? Urusan itu nanti kita pikirin belakangan yah?" Arga mengecup kening Seina beberapa kali.

Awalnya Seina terdiam untuk beberapa saat, lebih memilih menikmati kecupan Arga di keningnya tapi kemudian gadis itu mengangguk.

Ia harus percaya pada Arga, suaminya.

Arga pasti akan melakukan yang terbaik dan melindunginya.

***

Ketenangan tidur Seina terusik saat sinar matahari masuk melalui celah gordenganya ditambah dengan deringan nyaring dari ponsel Arga.

Wanita itu menepuk-nepuk lengan Arga, meminta laki-laki itu bangun dan segera mengangkat panggilan masuknya.

"Gar, angkat teleponnya!" desis Seina.

"Ssshhh...." Seina mendesah saat merasa nyeri di seluruh tubuhnya.

Arga sendiri mulai meraba-raba nakas di sisi kirinya, mencari ponselnya yang ternyata memang berisik.

"Kenapa? Hari ini saya gak ke kantor dulu," jawab Arga to the point saat ia sudah merasa menggeser logo berwarna hijau pada layar ponselnya--tanpa melihat nama si penelpon.

"Kenapa gak ke kantor hari ini, Arga?"

Mata Arga yang awalnya masih begitu lengket, kini terbuka dengan lebar. Laki-laki itu segera mengubah posisinya menjadi duduk, menyender pada kepala ranjang.

Sekali lagi, ia menarik ponselnya dari telinga, menatap nama penelpon di layarnya.

"Mama," desisnya. Ikut membuat Seina terkejut.

Astaga ada apa dengan mertuanya yang menelpon saat jam pagi-pagi begini?

"Eh Mama." Arga kembali menyapa Wulan di seberang sana.

"Kenapa cengengesan? Aga kenapa mau gak ke kantor hari ini?" tanya Wulan.

Arga terdiam untuk beberapa saat. Memijat keningnya seraya memikirkan jawaban yang tepat untuk sang Mama.

Lagian mana mungkin ia menjawab karena olahraga malamnya dengan Seina membuatnya malas bekerja hari ini, itu sama saja cari mati.

"Aga... Aga agak kurang enak badan, Ma."

Arga berharap Mamanya akan percaya dengan perkataannya.

"Oh begitu. Kalo begitu istirahat yang cukup. Atau Mama perlu ke apartment kalian? Kan kasihan kalo Sei yang lagi hamil harus urusin kamu yang lagi kurang enak badan juga," tawar Wulan.

Seina yang mendengar suara Wulan karena sebelumnya Arga sempat meloudspeaker panggilan suaranya nampak menggelengkan kepala. Seina kurang setuju jika mertuanya itu main ke apartmentnya hari ini.

"No...," bisik Seina.

"Ah gak usah, Ma. Kata Sei, dia masih sanggup urus Aga kok. Lagian Aga juga bukan sakit parah, Ma. Pusing doang, nanti siang juga pasti mendingan," ujar Arga.

Terdengar helaan napas lega di seberang sana. "Baguslah. Lagian kamu kerja jangan terlalu dipaksa juga. Mama tau kamu lagi kejar target buat lahiran Sei, tapi tetep jaga kesehatan juga."

"Iya, Ma." Arga mengangguk-anggukan kepala meski Wulan tidak akan bisa melihat gerak-geriknya.

"Omong-omong, kenapa Mama telpon Aga pagi-pagi gini?" Arga mengalihkan pembicaraan.

"Oh. Mama sama Papa ada rencana mau ngajak Aga sama Sei liburan," jawab Wulan.

Arga dan Seina sama-sama terdiam. Masih berusaha mencerna ucapan Wulan.

"Liburan?"

"Iya. Ke Bali, lusa. Bisa kan?"

Sepersekian detiknya Arga dan Seina sama-sama membolakan mata terkejut.

"Mendadak, Ma."

"Iya Mama tau, tapi lusa doang nih tiket pesawat diskon," kekeh Wulan.

Astaga mak-mak pencari diskon.

"Kalo kamu ada meeting, dire-schedule lagi aja, kita di Bali juga gak lama kok. 3 hari aja, Ga. Kasian juga si Sei, pasti butuh liburan. Kalian kan gak pernah pergi ke mana-mana setelah nikah," ujar Wulan panjang lebar.

Setelah berbicara meminta persetujuan Seina, akhirnya Arga hanya mengiyakan ajakan sang Mama.

Sebenarnya apa yang dikatakan Mamanya mengenai mereka yang tidak pernah pergi berdua setelah menikah benar, toh saat itu hubungan mereka tidak baik, jadi sepertinya pergi ke Bali besok bisa menjadi liburan dan honey moon untuk keduanya.

"Oke. Kalo gitu Aga istirahat yah! Biar lusa bisa seger dan sehat. Mama matiin dulu teleponnya, Papa udah manggilin terus."

Tut... tut...

Arga berdecak saat sambungan telepon terputus bahkan saat ia belum sempat menyahuti ucapan permisi dari sang Mama.

Dasar.

"Lusa?" tanya Seina.

"Iya. Gak apa-apa kan? Hitung-hitung sekalian honey moon, di Bali kita coba lagi," kekeh Arga.

"It's ok," sahut Seina.

Hahaha sial... ucapan Arga barusan membuat wajah Seina memerah dan memanas.

Gadis itu mengintip tubuhnya di balik bed cover, pakaiannya dan pakaian Arga berserakan di lantai.

Ingatan Seina kembali berputar pada kejadian semalam. Ya semoga itu berhasil dan Seina akan benar-benar mengandung buah cintanya dengan Arga. Jadi ia tidak perlu berbohong lagi.

---
Doain Seina cepet hamil yak wkwk. Paham gak sih kalo mereka di part ini ada anuan wkwk tapi sorry aku cut/sensor karena ini bukan lapak begituan, yang nulis juga belum berpengalaman soal begituan wkwk

Eh btw aku mau kasih tau kalo grup whatsapp MTM SUDAH CLOSE MEMBER YAH!

Tapi aku butuh roleplayer Arga buat di instagram sama grup whatsapp! Ada yang berminat? Bisa kirim pesan ke aku, nanti aku kasih nomor whatsapp aku!😊

Oh lagi, sorry kalo belakangan ngaret banget, aku nulis nunggu dapet feel, itu kadang aku kabarin di snapgram saat aku belum bisa update, maaf juga jadi jarang bales komen, makin ke sini Alhamdulillah komen makin rame jadi sedikit keteteran buat balas😅

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)arga_dimitra
(at)seina_alexandra

Serang, 6 September 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro