MTM - 46

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Sekitar pukul setengah lima sore, Arga dan Seina beserta orangtua Arga sampai di Pantai Kuta.

Mereka langsung berpencar. Arga yang berjalan di tepi pantai bersama Seina dan orangtuanya yang entah pergi ke arah mana.

Dari kedua matanya, Arga bisa melihat jika wanitanya sekarang nampak begitu bahagia, bahkan sesekali Seina terlihat mencipratkan air laut ke arah Arga sambil tertawa kecil.

"Bajuku basah, Sayang...," desis Arga.

Tapi tak ada respon baik dari Seina, ia masih terus menjahili Arga yang akhirnya membuat Arga ikut menjahilinya.

Keduanya sempat terlibat aksi saling kejar, seolah mengabaikan para turis yang menatap mereka heran dan sesekali tersenyum tipis.

"Oh kenapa kamu jahil banget sih?" decak Arga.

Laki-laki itu berhasil menangkap Seina, kini tangannya bergerak mengusap puncak kepala Seina yang basah.

"Aku kangen air laut. Udah lama gak pergi ke pantai," ujar Seina.

"Oh begitu? Kalo gitu mulai sekarang aku bakal lebih sering ajak kamu ke pantai deh," ucap Arga selagi tangannya menarik Seina ke dalam dekapannya.

"Jangan begini ah, malu." Seina berusaha melepaskan tubuhnya dari dekapan Arga, pipinya kini berubah menjadi merah padam.

Demi apapun Seina sangat membenci dirinya sendiri. Kenapa sampai saat ini dia masih tidak bisa mengendalikan detak jantungnya?? Apakah itu karena ia terlalu cinta pada Arga?

"Kenapa sih? Mereka gak kenal kita kok. Jadi mereka gak akan peduli sama kita, Sayang...," sahut Arga.

Ia masih menahan Seina di dalam dekapannya, sesekali mencium pipi dan puncak kepala Seina.

"Sunset-nya masih lama...," ucap Arga lagi.

Mata Seina bergerak menatap laut lepas. Iya, sepertinya matahari masih cukup lama untuk tenggelam.

"Terus?"

"Kita lanjutin yang di kamar," ujar Arga tanpa dosa. Bahkan ia sempat mengedipkan sebelah matanya pada Seina.

"Di sini?" tanya Seina gugup.

Tak ada jawaban dari Arga selain sebuah anggukan kepala beberapa kali.

Seina terkekeh, "No!"

"Kenapa?"

"Kamu gila? Ini tempat umum, Gar. Aku gak suka," decak Seina.

"Loh, kan udah aku bilang... mereka gak peduli sama keberadaan kita, toh kalo cuma itu doang juga mereka udah sering liat di negaranya, udah biasa," jelas Arga.

"Aku orang Indonesia, bukan orang barat sana yang biasa ngelakuin hal kayak gitu di tempat umum, Agar." Ada nada kekesalan yang terdengar jelas di ucapan Seina.

"Oh oke, sorry...," balas Arga.

Laki-laki itu mulai merenggangkan dekapannya pada Seina, ia jadi merasa tak enak hati.

Seina sendiri yang menyadari dekapan tangan Arga mulai merenggang, menoleh, menatap suaminya dengan lekat.

"Jangan ngambek," gumam Seina.

Akhirnya wanita itu mencoba memberanikan dirinya untuk memberi sebuah kecupan di pipi Arga.

Mendapatkan itu, Arga kembali berekspresi, matanya nampak berbinar dengan senyum yang terus tersungging di bibirnya.

"Ayo!"

Arga menarik pergelangan tangan Seina, mengajak istrinya sedikit menjauh dari kerumunan pengunjung pantai yang lain.

"Mau ke mana? Sunset-nya?"

"Ikut aku dulu, nanti kita balik lagi ke sini."

Baiklah, tak ada yang bisa Seina lakukan selain mengikuti langkah Arga.

Sampai akhirnya langkah Arga berhenti di tempat yang sedikit sepi dan jauh dari kerumunan turis, Seina sempat bertanya-tanya ada apa dan kenapa suaminya membawanya ke sini, tapi akhirnya ia paham saat Arga kembali merangkulnya, mengecup pipi Seina berkali-kali.

"Aku risih," desis Seina.

"Kenapa sih? Jadi romantis sebentar dulu aja gak bisa?"

Seina menggeleng. "Nggak."

Arga menghela napas gusar. Laki-laki itu menyembunyikan kepalanya di pundak Seina, menghirup aroma parfum yang melekat di leher Seina.

"Lanjutin yang di kamar...," cicit Arga.

Seina menggeleng sambil terkekeh. Di dalam hatinya, Seina sedikit kesal dengan tingkah Arga, kenapa suaminya seolah meminta izin padanya untuk melakukan aksinya? Jika seperti itu kan Seina tidak akan mengatakan iya--meski tidak masalah, mau ditaruh di mana wajahnya jika mengiyakan ucapan Arga?

Wanita memang selalu mendahulukan gengsinya.

Arga mengangkat kepalanya. Tatapannya dengan Seina bertemu. Oh lihatlah bibir Seina yang berwarna peach itu, sangat terlihat begitu manis.

"Gar...," panggil Seina.

"Aku gak akan minta izin lagi," ujar Arga.

Arga menjatuhkan Seina ke pasir, membuat Arga yang masih berdiri harus mencondongkan tubuhnya agar bisa mengecup bibir Seina.

Kali ini aksi Arga berhasil.

Keduanya nampak saling menikmati satu sama lain. Satu menit, dua menit, lima menit, belum ada tanda-tanda yang menunjukan mereka akan mengakhiri ciumannya.

"Aunty, Uncle, kalian lagi napain?"

Arga dan Seina membeku di tempatnya. Mereka masih mempertahankan posisi tubuhnya meski tautan bibir mereka mulai terlepas.

Arga menolehkan kepalanya, begitu juga dengan Seina.

Mata mereka berhasil menangkap sosok seorang bocah perempuan yang Seina perkirakan masih berumur 5 tahun?

Bocah perempuan berkuncir dua itu menatap Arga dan Seina bergantian selagi mulutnya sibuk menjilat lolipop di tangannya.

"Aunty, Uncle pacalan? Kata temenku yang ciuman itu beati pacalan," ujarnya.

Arga nampak menggaruk tengkuknya karena kikuk sedangkan Seina... jelas wajah wanita itu kini memanas, merah seperti udang rebus karena menahan malu.

"Sini...." Akhirnya Arga melambaikan tangannya, meminta bocah perempuan yang entah anak siapa itu untuk mendekatinya.

"Nama kamu siapa?" tanya Arga.

Laki-laki itu sudah duduk di samping Seina, meminta bocah perempuan itu duduk di pangkuannya.

"Alea, Uncle."

"Orangtua kamu di mana?"

Mata Alea nampak menjelajah sekeliling lalu telunjuk kecilnya menunjuk sepasang suami-istri yang berada sedikit jauh dari tepi pantai.

"Terus kenapa kamu ke sini?" tanya Arga.

"Aku mau cali kepiting dong, telus liat Aunty sama Uncle." Alea terkekeh. Deretan gigi kecilnya nampak terlihat lucu.

"Wah Aunty pelutnya ada dedeknya?" Kedua mata indah milik Alea nampak berbinar saat matanya melihat perut Seina yang membesar.

Seina menoleh ke arah Alea, kemudian tersenyum tipis. Astaga... Seina jadi gemas melihatnya.

"Uncle, Alea boleh pegang pelut Aunty?" Alea mendongakan kepalanya, meminta izin Arga.

Setelah Arga menganggukan kepala, bocah perempuan itu nampak berteriak kecil, kemudian tangannya mulai bergerak mengusap perut--silikon, buncit milik Seina.

"Alea pengen punya dedek...," gumam Alea.

"Aunty pengen punya anak kayak Alea." Setelah menahan rasa gemasnya, akhirnya tangan Seina bergerak mengusap pipi chubby milik Alea.

"Yaudah aku aja jadi anak Aunty," kekeh Alea.

"Alea... ngapain di sini?"

Oh... Seina dan Arga serta Alea ikut menoleh. Rupanya wanita yang dilihat Arga--Mama Alea, sudah ada di samping mereka.

Wanita itu tersenyum ramah pada Arga dan Seina.

"Maaf yah Mas, Mbak. Alea ganggu kalian yah?"

"Oh, nggak kok, Mbak. Alea lucu," ujar Seina.

Seina bangkit dari duduknya, diikuti oleh Arga.

"Mama! Alea mau punya dedek kayak Aunty!!" Alea berlari menghampiri Mamanya, berjingkrak-jingkrak seraya menunjuk perut Seina.

"Iya. Iya. Sekarang Papa udah nungguin buat makan malam. Kita samperin Papa dulu. Saya permisi yah...," pamitnya.

Arga dan Seina mengangguk. Alea dan sang Mama pun mulai berjalan menjauh.

"Lucu yah?" gumam Arga.

Seina mengangguk. "Iya. Aku mau deh punya anak perempuan kayak Alea."

"No! Aku lebih suka cowok dulu, baru cewek, biar kakaknya bisa ngelindungin adiknya."

"No! Aku mau cewek."

"Dua-duanya aja?"

Seina terkekeh, "Udah ah aku gak mau bahas dulu, aku gak mau terlalu berharap. Aku belum hamil, Ga."

Arga tertegun. Tersenyum tipis selagi tangannya bergerak mengusap perut Seina.

"Kita harus terus usaha. Aku yakin kamu pasti bakal hamil, Sayang. Alea tadi pegang perut kamu, semoga bisa nular yah," kekeh Arga di akhir ucapannya.

Seina mengangguk. "Udah yuk, liat sunset, sebentar lagi mataharinya turun."

Arga ikut mengangguk. Menggenggam tangan Seina, dan keduanya kembali melangkah ke tempat mereka sebelumnya.

Matahari sudah bersiap untuk tenggelam, siap untuk berganti tugas dengan bulan.

---
Alea ini cuma numpang lewat kok, gak akan berkelanjutan, makanya aku gak sebut-sebut nama Mamanya hehehe.

Btw maap juga ya jadi suka ngaret!😂

Nanti dilanjut lagi kalo komennya udah tembus 1k ah wkakaka mau ikut-ikutan author lain pake target komen😝

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)seina_alexandra
(at)arga_dimitra

Serang, 25 September 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro