MTM - 57

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Setelah membaca chat itu Seina diam mematung, ia tidak tahu apa yang harus dilakukan sekarang.

Sedangkan Arga yang mendapati istrinya bertingkah demikian, mengambil ponsel milik Seina dan ikut terdiam setelah membaca chat dari mertuanya itu.

"Gar, kita pulang yah?" pinta Seina lirih.

"Aku nggak ma----" Arga meletakkan telunjuknya di depan bibir Seina.

"Iya. Kita pulang, hari ini juga, setelah dari sini," ujar Arga.

Tak lama seorang waiter datang. Meletakan satu persatu makanan yang telah Arga dan Seina pesan.

"Selamat menikmati makanan Anda," ujarnya sebelum melenggang menjauhi meja Arga dan Seina.

"Udah buruan dimakan," titah Arga.

Seina menggeleng. "Aku nggak napsu makan."

"Tadi katanya lapar? Udah ah buruan. Habis ini kita mau terbang lama, makanan di pesawat nggak akan seenak ini," bujuk Arga.

"Kita beneran pulang hari ini? Nggak besok aja?" tanya Seina.

"Lebih cepat lebih baik kan? Udah buru habisin semua makanannya."

"Iya!"

***

Los Angeles, 08.07 PM

"Udah nggak ada barang yang ketinggalan?" tanya Arga.

Seina menggelengkan kepalanya.

Saat ini mereka sudah bersiap untuk pergi ke bandara. Sekitar pukul 5 sore tadi mereka sudah sampai di apartmen dan langsung mengemas barang-barang secepat mungkin.

Mereka akan benar-benar kembali ke Indonesia malam ini juga.

"Semua makanan yang belum sempat kita makan, aku kasih ke Alexandra yah," ujar Seina sebelum mereka benar-benar keluar dari apartment.

"Iya."

Bertepatan dengan keluarnya Arga dan Seina, Alexandra yang menjadi tetangga apartment mereka nampak akan masuk ke dalam apartment miliknya.

Alexandra nampak terkejut melihat Arga dan Seina yang keluar dengan membawa beberapa koper berukuran besar.

"Kalian ingin pergi ke mana?" tanya Alexandra.

"Kami harus kembali ke Indonesia," jawab Seina yang diangguki oleh Arga.

"Benarkah? Mengapa cepat sekali? Bukankah kalian mengatakan akan tinggal di sini sampai anak kalian lahir?" Wajah Alexandra nampak bersedih selagi tangannya terulur untuk mengusap perut buncit Seina.

"Ada sesuatu yang memaksa kami untuk segera pulang," ujar Arga.

Alexandra menganggukkan kepala berusaha memahami situasi.

"Ah ... kami memiliki banyak stok makanan baru di kulkas, dan karena kami harus kembali ke Indonesia yang mungkin tidak akan kembali ke sini lagi dalam waktu dekat sepertinya. Jadi, ini aku berikan untukmu saja." Seina menyodorkan kantung plastik berwarna putih berukuran besar kepada Alexandra.

"Kenapa merepotkan? Seharusnya aku yang memberikan sesuatu untuk kalian. Sebagai kenang-kenangan," keluh Alexandra.

Ah memang, hubungan Arga dan Seina serta Alexandra memang begitu dekat sejak 2 bulan belakangan.

Terlebih nama belakang Seina yang sama dengan gadis itu, Alexandra, semakin membuat hubungan pertemanan mereka lengket.

Seina sendiri pernah beberapa kali berbelanja dengan Alexandra. Dan beberapa kali juga Alexandra selalu memberikan makanan untuk Seina dan Arga.

Jadi rasanya akan kehilangan Arga dan Seina sebagai tetangga apartmentnya, membuat Alexandra sedikit sedih.

"Tidak apa-apa. Selama ini kan kami yang selalu merepotkan kau." Seina mengusap lengan Alexandra.

"Jadi, apa kalian ingin ku antar menuju bandara?" tawar Alexandra.

"Tolong jangan tolak tawaranku, Ga, Sei? Anggap saja ini pelayanan dariku, ucapan terima kasihku karena belakangan ini kalian menjadi teman baikku. Bagaimana?"

"Tapi kau baru saja pulang bekerja, Al, kau pasti le----"

"Tidak! Aku sama sekali tidak lelah. Aku kembali dari kantor sejak sore, hanya saja memang sampai di apartment pukul 8 karena mengunjungi sebuah restoran bersama teman kantor untuk makan malam bersama." Alexandra memotong ucapan Seina.

Setelah itu Seina dan Arga saling tatap. Seolah berbicara gimana ini? Apa nggak ngerepotin?

"Aku tidak menerima penolakkan! Sebentar, kalian tunggu di sini. Aku akan meletakkan plastik ini di dalam dan langsung mengantar kalian." Alexandra bergerak cepat membuka pintu apartmentnya dan kembali hanya dalam waktu 2 menit.

"Mari ku antar. Aku harus memastikan kembar baik-baik saja," kekeh Alexandra.

"Terima kasih, Al," ujar Arga.

Mendengar itu, Alexandra menatap Arga, memukul lengan Arga.

"Kau! Seperti dengan siapa saja," desis Alexandra.

Ya ... sebenarnya Arga dan Seina sangat bersyukur karena Alexandra bersedia mengantar.

Pasalnya, mereka juga bingung harus pergi menggunakan apa, mengingat jika mobil sewaan Arga sudah dikembalikan sejak satu jam lalu.

"Baiklah ayo cepat! Semoga kalian tidak akan tertinggal pesawat sehingga harus menunggu di bandara sampai besok pagi," kekeh Alexandra.

Arga dan Seina ikut terkekeh. Kemudian mereka bertiga berjalan berdampingan keluar dari gedung apartment menuju mobil milik Alexandra yang akan membawa mereka ke bandara.

***

Jakarta, 07.15 AM

Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama kurang lebih 18 Jam, Arga dan Seina sudah menginjakkan kaki di Kota Jakarta.

Saat ini mereka masih berada di dalam sebuah taksi dari bandara. Mereka masih berpikir ke mana mereka akan pulang.

Ke apartment lebih dulu, atau langsung ke rumah orangtua Seina?

"Kita pulang ke apartment dulu aja gimana? Istirahat dulu. Kamu pasti capek, Sayang. Kita udah di Jakarta, rumah Mama udah dekat. Nggak usah khawatir lagi." Arga mengusap-usap puncak kepala Seina.

"Gimana?" tanya Arga saat tak kunjung mendapat jawaban dari Seina.

"Terserah kamu," sahut Seina. Wanita itu tersenyum tipis.

"Oke."

Kemudian Arga nampak berbicara pada supir taksi untuk membawa mereka ke alamat apartment yang selama ini mereka tempati di Jakarta.

...

Arga dan Seina menghela napas berat saat mereka sudah melangkah masuk ke dalam apartment. Keduanya memutuskan untuk duduk di ruang televisi.

"Kangen juga nggak sih sama apartment ini?" gumam Arga selagi matanya menjelajah seisi apartment yang sudah mereka tinggalkan selama 3 bulan.

Tak ada sahutan dari Seina, hanya sebuah senyum tipis.

Iya, bagaimana bisa mereka akan merasa tenang jika dalam beberapa jam ke depan, hidup mereka seolah terancam.

Arga dan Seina belum bertemu orangtua mereka. Nasib perutnya? Kebohongan yang selama ini mereka tutupi? Semoga semuanya baik-baik saja.

"Mandi, istirahat sebentar, habis itu kita pergi ke rumah orangtua kamu," titah Arga.

Tangan Arga terulur mengusap pipi Seina, laki-laki itu sangat paham dengan apa yang tengah dirasakan istrinya.

"Udah nggak usah khawatir. Kalau sampai terjadi sesuatu pas kita di rumah orangtua kamu, aku yang bakal tanggungjawab," ujar Arga.

"Sekarang mandi, atau mau mandi bareng?" goda Arga.

Seina menatap Arga lekat. Ia memukul lengan Arga.

"Apa sih!"

"Ketawa dong, Sei, udah aku hibur juga," desis Arga.

Seina tak acuh. Ia bangkit dari duduknya. "Yaudah aku mau mandi dulu."

Arga ikut bangkit. "Yaudah, aku mau keluar cari makan untuk kamu sama si kembar."

Arga mengecup kening Seina seraya tangannya mengusap perut buncit Seina.

"Iya. Hati-hati," gumam Seina.

"Iya. Udah kamu nggak usah mikir macam-macam," pesan Arga.

Seina mengangguk.

Setelahnya mereka benar-benar berpisah, Seina beranjak menuju kamar lebih dulu sedangkan Arga sudah melenggang keluar untuk mencari makanan.

Mandi, makan, beristirahat sebentar, dan pergi ke rumah orangtua Seina. Semoga semua akan baik-baik saja.

---
Yaaahhh aku gantung lagi wkwk gapapa ah biar enak pas scene di rumah Seina nggak kegantung yakan?😂

Next laginya kapan yah hm wkwk komen yang banyak😁

Instagram:
(at)ashintyas
(at)oreovanila.story
(at)seina_alexandra
(at)arga_dimitra

Serang, 8 Desember 2018

Love,
Agnes

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro