05

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hoaahhmmm....

Ini hari Sabtu. Kantor pun libur. Dan ini adalah hari kebebasanku. Akhirnya, waktu yang ditunggu-tunggu telah tiba. Aku tidak harus bangun pagi-pagi untuk bersiap kerja.

Memang kapan kau bangun pagi Hyun? Dua hari ini bahkan kau terlambat. Ck.

Bermonolog dengan diriku sendiri sudah menjadi hobi. Ya, mungkin karena aku kekurangan teman. Yoojung, sahabatku itu sedang ada urusan kerja di luar kota bersama bosnya. Aku harap dia menikmati hari libur padatnya.

Aku menghela nafas. Meregangkan otot-ototku di atas tempat tidur. Beberapa detik kemudian aku terduduk dan meraih ponselku.

09.00 am

Aku meletakkannya kembali di atas nakas. Membaringkan tubuhku pada kasurku yang empuk dan sialnya telepon itu berdering.

"Halo?"

"..."

"Iya benar. Saya sendiri."

"..."

"Baiklah. Anda dan saya bisa bertemu di SM Cafe. Bagaimana kalau pukul satu siang?"

"..."

"Baik. Sepakat. Sampai berjumpa nanti."

".."

"Ya.. sama-sama."

Klien. Hari ini aku mendapat klien. Belum juga aku menuntuskan urusan dengan bosku itu, namun sekarang datang lagi seorang klien. Oke. Yang namanya rezeki tidak boleh ditolak kan? Dan kesempatan tidak boleh disia-siakan.

.............................

"Selamat Siang. Apa ini Nona Song Hyekyo?"

"Iya. Anda Nona Kim Sohyun?"

Aku mengangguk. Dan kami pun berjabat tangan.

Wanita di depanku ini terlihat cantik dengan penampilan sederhananya. Kulitnya terlihat putih seputih susu dan mulus.

"Anda cantik sekali Nona Hyekyo."

"Anda bisa saja.. Anda yang jauh lebih cantik, sepertinya Anda masih sangat muda."

"Benarkah? Ah tidak-tidak. Nona yang terlihat jauh lebih cantik dan muda."

"Tapi umur saya 32 tahun Nona."

"Sungguh?? Wah.. Tapi saya serius. Nona terlihat jauh lebih muda."

Wanita itu tertawa. Bagaimana mungkin 32 tahun? Bahkan kulit wajahnya tak menampakkan sedikit pun kerutan. Luar biasa. Ia justru terlihat seperti wanita usia 20 tahunan.

"Ngomong-ngomong mari berbicara informal saja. Lebih enak."

Ini orang kedua yang mengajakku berbicara secara informal. Pertama ahjumma alias ibu Lee Taeyong. Dan kedua.. Nona Hyekyo.

"Ah... Anda serius?"

"Tentu. Panggil saja aku eonni. Kebetulan.. entah mengapa ketika pertama bertemu aku melihatmu seperti adikku sendiri."

"Oh ya? Baiklah, eonni."

Ucapku sedikit ragu, namun wanita itu tersenyum.

Leganya.

"Jadi, apa yang bisa aku lakukan untuk eonni?"

"Begini. Kau tau kan, di umurku yang setua ini aku masih belum memiliki kekasih. Eomma memintaku untuk segera menikah. Tetapi.. aku merasa sedih karena tidak segera mewujudkan keinginannya itu."

"Kenapa eonni tidak segera mencari pasangan hidup? Maksudku.. eonni cantik. Bagaimana mungkin?"

"Aku yang pemilih, Sohyun. Aku punya trauma dalam masalah percintaan. Dan aku tidak ingin terjebak untuk yang kedua kalinya lagi. Semenjak itu.. aku jadi sulit dekat dengan pria."

Kenapa eonni mengingatkanku pada Doyoung oppa?

Ah. Sudahlah Sohyun. Dia masa lalu. Hanya masa lalu.

"Sohyun?"

Aku membuyarkan lamunanku. Dan mulai menanggapi permasalahan eonni.

"Ya?"

"Sohyun.. bantulah aku menemukan pasangan hidupku. Aku tau.. kau sangat ahli dalam hal ini. Aku banyak mendengar namamu.."

"Ehm.. baiklah. Jadi.. tipe pria seperti apa yang eonni inginkan?"

"Kalau bisa yang tampan, mapan, perhatian, tanggungjawab, dan menghargai wanita. Yang senyumnya manis dan.."

Eonni tersenyum sendirian. Aku menatapnya agak merinding tapi.. ayolah! Setiap wanita tentu menginginkan kriteria pria seperti yang ia sebutkan.

"Baiklah.. baiklah.. eonni. Aku tau apa yang kau sangat butuhkan. Baiklah. Aku akan mencoba mencarikannya untuk eonni. Jika sudah mendapatkannya, aku akan menghubungi eonni kembali."

"Terima kasih, Sohyun. Kau sangat baik."

Eonni memeluk erat diriku. Dan aku memeluknya balik.

Lalu kami sedikit berbasa-basi di cafe itu. Membahas masalah pria, pekerjaan, seluk-beluk masing-masing.

"Baiklah Sohyun. Aku masih ada urusan. Sampai jumpa nanti ya.. aku akan segera mentransfer uangku ke rekeningmu."

"Tidak perlu terburu-buru eonni. Kau bisa mengirimkannya setelah usahaku berhasil nanti."

"Tidak. Aku akan mengirimnya. Aku yakin kau akan berhasil. Daa.."

Eonni sudah meninggalkanku. Punggungnya sudah tidak kelihatan. Aku berbalik dari posisiku berdiri dan berniat mengambil tasku yang ada di kursi. Secara tak sengaja, mataku menangkap pemandangan ini.

Hei! Itu kan Bos Taeyong!

Dengan siapa dia?

Tunggu. Bukankah itu cewek yang kemarin? Yang datang ke ruangan Bos?

Kemarin mereka berpelukan. Sekarang mereka makan siang bersama?

Sepertinya memang ada sesuatu diantara mereka berdua. Aku harus cari tahu.

Aku mengambil posisi dudukku kembali dan mulai mengamati gerak-gerik keduanya.

Belum lama aku mengawasi, wanita itu sudah pamit meninggalakan Bos.

Mereka berpelukan lagi? Siapa wanita cantik itu sebenarnya. Apa Bos sungguh sudah punya pacar? Lalu dia merahasiakan identitas pacarnya?

Mataku masih belum beralih. Dalam sekejap, aku sudah mendapatkan sinyal. Mereka, Taeyong dan wanita itu, tidak menunjukkan perbedaan warna. Itu artinya kedua warna sudah melebur dan....



Mereka berjodoh??




Wanita itu pergi pada akhirnya. Bos juga mulai berbalik pergi menuju mobilnya.

Dengan sergap, aku mengekorinya.

Bos memasuki mobilnya. Aku pun segera ikut duduk di dalam mobilnya hingga membuat Bos terkaget-kaget.

Jret!

Pintu mobil tertutup kencang akibat ulahku.

"Astaga!!! Kau mengagetkanku!"

"Ada apa denganmu huh? Pergi dari mobilku!"

Lanjutnya terdengar begitu cerewet.

Aku hanya meliriknya usil.

"Kenapa denganmu? Apa kau sakit?"

Bos menyentuh dahiku dan memeriksanya.

"Kau tidak sakit? Kau gila. Itu sudah pasti."

Aku hanya menunjukkan cengiran bodohku di depannya.

"Hei!! Pergilah! Apa yang kau lakukan? Kenapa masih disini?"

"Bos.. jadi wanita itu adalah pacarmu? Dan kau menyembunyikan identitasnya dari semua orang. Begitu??"

Aku tersenyum jahil. Buat apalagi Bos menutupi semuanya? Aku sudah tau. Dan dia seharusnya tak perlu malu.

"Wanita? Kau ini bicara apa sih?"

"Bos tidak perlu bohong. Aku tau semuanya.. semuaaannyaaa"

"Ish.. turun!!"

"Nggak mau!"

"Lalu apa maumu?? Huh??"

"Aku mau Bos mengakuinya dulu."

"Mengakui apa?"

"Tentang wanita itu."

"Sudah kubilang. Aku tidak pernah punya pacar."

"Lalu siapa yang bersama Bos tadi?"

"Dia K-A-K-A-K-K-U!"

"Oh ya? Bos pasti bohong. Bos hanya menyembunyikan identitasnya saja. Makanya Bos bilang gitu. Iya kan?"

Wajah Bos terlihat kesal sekali.

"Baiklah. Kalau kau tidak percaya, aku akan membawamu menemuinya. Beres kan?"

"Sudahlah Bos. Aku bisa melihat warna aura cinta kalian menyatu. Jangan mengelak."

"Kau ini bicara apa? Sepertinya jiwa peramalmu sudah keluar ya. Tapi tetap saja. Aku tidak percaya dengan hal-hal begituan."

"Bos nggak percaya? Aku juga bisa buktikan. Aku akan mengajak Bos bertemu klienku nanti. Dan liat sendiri hasilnya."

"Oke. Dan saat itu pula, aku akan memastikan hubungan mereka gagal dan kau tidak akan mendapatkan uangmu."

"Lihat saja nanti.."

Aku dan Bos saling mempertahankan argumen. Dan saling tersenyum meremehkan.

"Pergi."

"Apa?"

"Sana pergi dari mobilku. Urusan kita selesai."

"Apa? Ap-apa? Kata Bos, Bos akan membawaku menemui wanita itu?"

"Tapi tidak sekarang. Dia sibuk. Pergilah!"

"Tapi.."

Bos Taeyong keluar mobil. Membuka pintu mobil yang ada disampingku dan menggeret tanganku keluar dari dalam mobil mewahnya.

"Maaf. Kali ini tidak ada tumpangan untukmu. Sana!"

Astaga! Dia sangat kejam. Benar-benar kejam.

Aku melihat sebal ke arah mobilnya yang mulai menjauh.

...............................

Segarnya!

Tubuhku terasa lebih bugar setelah mandi. Apa mungkin ini efek aku tak pernah mandi di pagi hari? Ah tidak. Maksudku aku hanya tidak mandi pagi dalam kondisi mendesak saja.

Aku duduk di depan cermin. Menatap pantulan wajahku di sana. Dan mengeringkan rambutku.

"Yah.. Sohyun. Kau sangat cantik! Tapi sayang.. kau tidak punya pacar."

Raut mukaku langsung berubah. Menyadari suatu kenyataan yang pedih. Dimana ada seorang wanita cantik, tetapi hidupnya selalu sendirian. Menyedihkan.

Drrttt.. drrttt...


Telepon? Oh apa mungkin eonni?





"Halo?"
.
.

"Sohyun? Apa kau di apartemenmu?"

"Eh.. Nyonya. Maksud saya Ahjumma?"

"Iya Sohyun. Ini aku. Mama Lee Taeyong."

"A-ada apa ahjumma menelponku? A-aku.. aku minta maaf karena masih belum bisa menemukan orang yang cocok untuk anak ahjumma. Aku minta waktunya."

"Panggil saja Taeyong. Tidak usah sungkan. Dan lagipula, aku tidak berniat menanyakan pekerjaanmu. Aku menelponmu karena mau mengajakmu makan malam bersama. Kami mengadakan perayaan kecil. Datanglah ya.. Taeyong akan segera menjemputmu."

"Tapi ahjumma.."

"Tidak ada tapi-tapian. Datanglah.. oke?"

"Ahjum---"
"Halo? Halo?"

Teleponnya putus.








































"Yeahhh!! Yes!! Yes!! Yes!! Woowwwww..."

Aku pun mulai berteriak kesetanan. Baru saja aku akan mengeluh karena sangat kelaparan, eh.. ahjumma menelponku dan mengajakku makan malam di rumahnya.

Beruntung sekali aku!!

Akhirnya.. makan gratis.

Tapi kenapa harus orang itu yang menjemputku? Bisa-bisa mood-ku hilang duluan sebelum mencerna makanan di rumahnya.

Aku mengangkat kedua bahuku. Terserah dengan Lee Taeyong. Yang jelas hari ini aku akan makan malam gratis di rumahnya.

Aku segera menuju lemari pakaian dan memilih pakaian yang layak dan bagus.

Setelah itu aku sedikit bersandan dan turun ke bawah.

............................

"Aishh.. menyebalkan sekali harus mengantar jemput gadis ini."

"Permisi Bos. Aku masih punya telinga. Aku dengar semua yang Bos katakan!"

Teriakku pada Bos yang sedang menyetir di sebelahku. Dia pikir aku tuli? Aku mendengar semua keluhan yang keluar dari mulutnya meski dia berbisik-bisik sekalipun.

"Sensi sekali.."

"Bos aku mendengarnya!"

Bos Taeyong mulai bersiul.

Aku ingin sekali menyumpal mulutnya menggunakan kaos kaki yang belum aku cuci selama sebulan ini.

Menyebalkan!

"Bisakah Bos berhenti bersiul? Aku tidak suka mendengarnya. Berisik."

"Cantik-cantik galak juga."

"Apa? Bos bilang apa tadi?"

"Aku bilang kau cantik. Sekarang apa mau meneriakiku lagi?"

Aku bungkam.

"Yang itu pengecualian Bos"

Aku tersenyum malu-malu. Kapan lagi ada pria yang mengataiku cantik?

Walaupun yang mengataiku barusan adalah orang yang paling mengesalkan di seluruh muka bumi.

"Akhirnya kau diam juga."
"Dasar jelek."

Kata  Bos kembali melirih.

"Yak  Bos?!! Aku mendengarmu!"

"Iya-iya. Diamlah. Kau berisik. Atau kau mau aku tendang dari mobilku?"

Selanjutnya, kami pun saling diam di sepanjang perjalanan. Sesekali Bos bersiul lagi. Kali ini aku abaikan.

............................

Rumah Bos sangatlah mewah dan besar. Bangunan ini terstruktur dengan sangat baik sehingga memunculkan pemandangan yang begitu estetika.

"Sudah.. tidak usah terkagum-kagum begitu. Masuk!"

Astaga.. itu ajakan atau apa ? Kenapa dia tidak bisa berucap lebih lembut pada wanita???

Dengan sedikit menghentakkan kaki, aku berjalan mengikuti Bos.

Sebuah meja makan kecil namun terlihat mahal terpampang di depan mataku. Seluruh anggota keluarga Taeyong ada disana.

Sepertinya.

Itu ahjumma. Pria berwibawa itu sepertinya ayahnya Taeyong. Dan..

Wanita itu?

Ternyata ahjumma juga mengundangnya. Jadi benar bahwa wanita itu punya hubungan spesial dengan Taeyong?

"Sohyun.. kau sudah datang?"

"Ayo kemari. Duduklah!"

Ahjumma mengiring tubuhku pada salah satu kursi yang ada di sana. Dan itu tepat di sebelah wanita yang aku sebut tadi. Aku berubah menjadi tegang.

"Kenapa?"

"Ah.. tidak apa-apa ahjumma."

"O iya Sohyun.. perkenalkan. Dia putri pertamaku. Lee Jieun. Kakak Taeyong."

Kakak?? Jadi Taeyong tidak berbohong???

Mataku kini beradu pandang dengan Taeyong. Aish.. aku jadi malu dibuatnya.

"Kakak?"

Tanyaku.

"Heii.. bukankah kau gadis yang mengantarku ke ruangan Taeyong waktu itu?"

Tanya wanita di sebelahku dengan refleks.

"I-iya. Tidak kusangaka.. ternyata Anda adalah Kakak dari Bos Taeyong."

Jawabku canggung.

"Apa? Jadi Sohyun bekerja di kantor Taeyong?"

Sahut ahjumma.

"Iya Ma. Dia karyawan baru disana."

Jelas wanita bernama Jieun itu

"Sungguh kebetulan yang sangat menarik. Dengan begitu kau bisa mengawasi Taeyong kapanpun. Mengamati setiap gadis yang mendekatinya. Dan carikan mana yang tepat..ya?"

"Iya. Tentu saja Ahjumma."

"Jadi ini peramal yang Mama carikan untuk Taeyong?"

Seorang pria menyela pembicaraan ringan kami.

"Iya yeobo. Bukankah dia cantik?"

"Hmm. Sohyun. Itu kan namamu?"

Pria yang memang ayah dari Lee Taeyong itu tiba-tiba mengalihkan perhatiannya padaku.

Matanya sangat tajam. Mirip anaknya. Sepertinya Taeyong mendapatkan sifat-sifatnya dominan dari ayahnya.

Mengerikan sekali.

"Iya Tuan."

"Aku beri kau waktu satu minggu. Jika kau berhasil menemukan wanita untuk anakku aku akan membayarmu lebih. Tetapi jika kau gagal, aku akan menjodohkan Taeyong dengan putri rekan kerjaku."

"Pa..."

Taeyong terlihat mengeluh tidak suka.

"Papa sudah bilang Taeyong. Kau akan Papa jodohkan dengannya. Lihat saja nanti.. jika gadis ini gagal kau harus mau menerimanya."

"Jadi.. apa kau mengerti? Sohyun?"

"I-iya Tuan.."

"Sudah sudah. Jangan membuatnya takut yeobo. Ayo. Makan. Makanlah Sohyun."

"Sebenarnya ini perayaan kesuksesan Jieun dalam mengembangkan merk pakaian ternamanya. Dia seorang designer. Baru kemarin dia pulang dari London dan memutuskan untuk membuka usaha desainnya di Seoul saja. Dia akan membuka beberapa butik."

"Apa mungkin kau tahu pakaian dengan merk IU?"

Sungguh? IU?? Bukankah itu merk pakaian wanita termahal di dunia?

Mengejutkan!!

"Dia ini perintis merk IU Sohyun.."

"Ah Mama.. jangan membanggakanku seperti itu. Lihatlah.  Sohyun menjadi tercengang sampai-sampai dia lupa menutup mulutnya dan mengabaikan makanannya."

Sahut Jieun tiba-tiba.

Mereka berdua pun tertawa sedangkan ayah dan anak itu tak banyak bergerak dan hanya fokus makan.

Sungguh buah jatuh tidak jauh dari pohonnya!

...............................

"Sohyun..."

Taeyong memanggilku dengan lembut di perjalanan mengantarku pulang. Aku sedikit terhenyak. Dia? Memanggilku dengan lembut? Setan apa yang merasukinya?

"Tumben memamnggilku sehalus itu.."

Jawabku sambil memanyunkan bibir.

"Hei. Dengar.. aku.. aku akan menuruti apapun perintahmu... asalkan kau tak membiarkanku dijodohkan dengan gadis itu!!"

"Hah? Apa aku tidak salah dengar?"

"Aku serius.. tolong.. lakukan apapun asal aku tidak dijodohkan!"

"Jadi kau mulai mempercayai kemampuanku??"

Tanyaku menyelidik.

"Terserah kau saja. Pokoknya bantu aku.. jangan sampai aku dijodohkan!"
.
.




.

.

.

.

Baiklah Lee Taeyong. Kehiduoan cintamu akan segera terpenuhi dengan bantuan kedua tanganku. Dan selama itu.. aku menguasaimu.

Ya...









































To be Continued.

Hai.. author balik lagi..

Gimana?

Pada nunggu TaeHyun beraksi?? Wkwk.

Btw.. siapa ya gadis yang mau dijodohin sama Taeyong?

Papa sama anak sama aja. Sama2 dingin dan ngeri. Haha..

Next (?)


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro