17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Suara ketiakan komputer menggema memenuhi ruangan dari divisi pemasaran.

"Highlights Q1 2018:

 Total penjualan kotor sebesar Rp 3.214 miliar, 1,4% dibanding Q1 2017

 Same store sales growth (SSSG) sebesar -3,5%

 Laba bersih stabil dengan tahun lalu di Rp 244 miliar
TY Departement Store mencatat laba bersih Q1 2018 sebesar Rp 244 miliar,
stabil dengan periode yang sama tahun lalu.

Penjualan kotor Q1 2018 tercatat sebesar Rp 3.214 miliar, 1,4% lebih rendah dibanding
Q1 2017 yang tercatat sebesar Rp 3.261 miliar. Pendapatan bersih tercatat sebesar
Rp 1.852 miliar, 0,55% lebih rendah ......"

Aku memijit pelipisku. Angka-angka miliaran itu membuatku pening. Tanganku sudah lelah mengetik data penjualan TY Departement Store tahun lalu sebagai laporan pembanding.

Aku meraup segelas air putih yang sudah disiapkan Paman Choi tadi pagi. Disaat yang lain lebih memilih kopi, bagiku air putih tetap yang terbaik dalam menjaga fokus.

Fokus?

Jangan kalian pikir aku bisa fokus setelah kemarin Bos menciumku tanpa alasan di tempat umum.

Apa yang dia pikirkan sebenarnya?

Aku memijit kembali kepalaku dengan kedua tangan. Lalu, Doyoung datang dan menyadari kegelisahanku.

"Kau baik-baik saja?"

"Ya. Cuma sedikit pusing."

Aku tak berani menatap mata Doyoung. Merasakan sentuhannya di tanganku saja sudah membuatku merasa sangat bersalah. Bagaimana kalau dia tahu aku dan Bos berciuman?

"Ya sudah. Kau istirahat saja. Lanjutkan pekerjaanmu nanti."

"Sebelumnya, aku minta bantuanmu. Karena yang lain sibuk pada urusan masing-masing, bisakah kau antarkan berkas ini ke ruangan Bos? Aku juga harus bertemu dengan Taeil untuk mencocokkan data keuangannya."

Mengantarkan berkas ke ruangan Bos?

Sama artinya dengan bertemu Bos!

Aku membuang nafas kasar. Membayangkan wajahnya sudah membuatku naik pitam. Apalagi jika harus bertemu dengannya langsung?

"Bagaimana dengan Saeron? Ia bisa kan mengantarkannya?"

"Tidak bisa. Saeron sibuk mencopy laporan pemasaran yang akan segera diserahkan ke bagian riset dan pengembangan."

.....................

Dok.. dok.. dok..

Tidak mau mengulangi kesalahan yang kedua kalinya. Sekarang aku sedang berada di depan ruangan bos dengan keterpaksaan.

Sebelum menemuinya, kuketuk pintu ruangan. Aku harap, tindakanku ini tidak mengganggu aktivitasnya di dalam sana.

Selalu saja..

Beberapa kali aku menggedor pintu kaca yang tak transparan itu, pasti tidak ada jawaban.

Hati-hati aku membukanya, dan mengintip ke dalam sana tanpa ketahuan.

Lagi-lagi pemandangan tidak menyenangkan yang aku tangkap.

Apa Jennie datang kemari setiap hari? Atau aku yang selalu kemari disaat yang tidak tepat?

Entah mengapa, melihat mereka begitu mesra membuat hatiku terbakar. Mungkin karena kejadian semalam. Bos sudah mengaduk-aduk emosiku. Menghilangkan fokus dan menerorku semalaman sampai aku tidak bisa tidur. Lalu apa yang dia lakukan?

Apa ia hilang ingatan hanya dalam sekejap mata?

Terserah! Buat apa aku memikirkannya?

Semua pria sama saja! Suka mempermainkan hati wanita! Tidak bertanggung jawab dan berbuat seenaknya!

Tetapi untunglah, aku memiliki Doyoung. Dia pria sempurna yang pernah aku temui. Satu-satunya pria sempurna.

Aku pun mengurungkan niatku untuk masuk dan menyerahkan berkas ini pada Bos.

Lalu bagaimana jika berkas ini penting?

Aku berdecak.

Baiklah. Oke. Maafkan aku yang akan segera menganggu pekerjaan kalian berdua di dalam sana.

Saat aku mau mengetuk pintunya lagi, tiba-tiba saja Bos sudah keluar dari dalam ruangan dengan wajah yang tak terbaca.

"Sohyun?!"

Serunya kaget melihatku.

"Bos ak-----"

Belum juga melanjutkan kata-kataku, Bos langsung menarik lenganku tanpa kuminta.

Sekarang apa lagi?

.

.

.























Aku dan Bos kini berada di dalam mobil. Kami terdiam cukup lama. Aku malas mengajaknya bicara. Aku masih kesal padanya.

"S-sohyun?"

"Hei.. maafkan aku. Kemarin.. aku.."

"Tidak usah diteruskan!"

Paling tidak ia sudah meminta maaf. Tetapi aku malas membahas persoalan kemarin malam. Jadi aku menghentikan arah pembicaraannya.

"Tadi.. kau mau apa?"

Aku menodongkan tumpukan map cokelat yang ada di tanganku.

"Oh.. berkas penting. Terima kasih."

Itu saja?

Lalu apa tujuannya menyeretku kemari?

"Sohyun.."

Dia mulai bicara. Walau aku mendiaminya beberapa menit, ia tak menyerah mengatakan sesuatu yang sesak di dadanya.

"Aku berterima kasih. Kau telah membantuku memahami dan merasakan bagaimana itu ciuman."

Mulutku mengaga tak percaya. Dia benar-benar memanfaatkanku. Tapi dia bangga akan itu?

"Apa maksudmu kau mempermainkanku semalam?"

Tanyaku dengan nada tinggi.

"Tunggu dulu! Akan aku jelaskan!"

Bos memperkeruh suasana hatiku. Ia tampak serius.

"Iya.. maaf karena aku coba-coba saja menciummu semalam. Aku tidak pernah berciuman. Jadi.. ketika aku menyadari ada kesempatan buatku merasakan dan menerapkan teknik berciuman, makanya aku lakukan denganmu."

Mulutku menganga lebih lebar. Sungguh Bos yang tak terduga.

"Kau memberikan sensasi yang berbeda yang bahkan tidak bisa aku rasakan dari Jennie."

Aku semakin panas. Otakku mendidih mendengar penjelasannya.

"Aku juga penasaran padamu."

Aku pun langsung mengarahkan pandanganku pada Bos. Penasaran dengan kalimat selanjutnya.

"Apa kau menikmati ciumanku? Apa aku melakukannya dengan sempurna?"






Aku keluar dari dalam mobil. Membanting pintu kasar dan mengabaikan panggilan Bos yang bertubi-tubi.

.....................

Benda kotak nan datar itu masih menyala terang di depanku. Kacamata bertengger pada kedua netraku. Lelah? Tentu saja. Mataku juga sudah mulai mengantuk.

Drrt.. drrt...

"Halo, Samchon?"

"Sohyun, apa Yuta bersamamu? Samchon menelponnya sejak tadi sore. Tapi tidak diangkat."

"Yuta tidak di apartemen, Samchon. Dia juga tidak menghubungiku kalau mau pergi."

"Bisa kau tolong cari dia? Samchon ada perlu penting dengan anak itu."

"Baik Samchon. Jangan khawatir. Aku rasa, aku tahu Yuta ada dimana."

......................

Arggh!

Aku paling benci kebisingan. Kalau bukan karena peduli pada Samchon, aku tidak akan datang pada sudut tergelap di Kota Seoul ini hanya untuk menyeret anak kunyuk itu.

Kenapa mereka menyetel musik keras sekali?

Apa mereka tidak sanggup membayar listrik? Kenapa lampu disini begitu redup?

Bug.

Beberapa orang berlalu lalang menabrak bahuku tanpa rasa berdosa.

Sombong sekali!

Auhh!! Baunya!!

Aku mencium aroma alkohol dimana-mana. Kukibaskan udara di sekitar hidungku. Lalu aku berjalan sambil menutup hidung hingga akhirnya aku menemukannya!

"Nakamoto Yuta!! Apa kau tidak ingat waktu eoh?"

Aku berjalan mendekatinya dan tanpa ragu menjewer telinganya.

"Kau mabuk??"

"Ahh.. bawelll.. kau lagi, kau lagi!"

"Ayo pulang! Samchon menelponmu sejak tadi"

"Sebentar.... Aku masih belum puas.. "

Aku melirik seseorang di sampingnya. Ternyata ia bersama Ten. Mata anak itu setengah terbuka. Merem melek tidak karuan. Pipinya sudah memerah pun juga hidungnya yang tampak mengeluarkan ingus. Ia menatapku linglung dengan tumpahan alkohol yang membasahi bajunya.

Dia tak pandai minum tapi malah memaksakan diri.

Mataku berkelana lagi hingga aku melihat seorang wanita sedang berciuman panas dengan seorang lelaki yang tak kukenali.

Jennie?!

Wanita itu?! Aissh!

"Tunggu disini! Aku ada urusan sebentar."

Peringatku pada Yuta yang mulai sadar.

.

.

"Yak! Kim Jennie! Jadi ini kelakuanmu di belakang Bos?"

Jennie langsung menghentikan aksinya dan terkejut menyadari keberadaanku.

"Sohyun??"

"Aku akan bilang pada Bos. Kau bukan wanita baik-baik. Kau.. dasar...!!"

"Hey! Aku bisa jelaskan.."

"Bodo amat! Aku melihatnya dengan sepenuhnya sadar. Kau berpagutan mesra dengan pria ini! Licik! Serakah! Setelah kau mengambil Doyoung dariku, aku tak akan biarkan kau mempermainkan perasaan Bosku!"

"Wah! Ternyata kau memang tidak bisa aku remehkan ya?"

Jennie merapatkan jaraknya terhadapku sambil menyilangkan tangan di depan dada. Aku masih berdiri kokoh menantangnya. Lalu tangannya menarik lenganku membuatku langsung terjatuh karena serangannya yang mendadak.

"Coba saja katakan pada si payah itu! Kau tahu? Dia tak pandai mencium! Menjijikkan! Lelaki macam apa itu? Kalau bukan karena uang, pasti aku sudah meninggalkannya!"

"Kurang ajar kau Jennie! Apa itu juga alasanmu mendekati Doyoung? Tidak tahu diuntung! Bos mencintaimu tulus! Bodoh!"

"Heyyy!!!"

Jennie berjongkok dan mencengkeram rahangku.

"Jangan mengumpatiku atau kau akan sengsara! Kau tahu, aku bisa saja mengambil Doyoungmu kembali! Camkan itu!"

"Heh.."

Aku menyunggingkan senyuman.

"Apa aku tidak salah dengar? Kau mau mengambil Doyoung kembali?"

"Jangan harap! Dia mencintaiku, dia tak akan pernah meninggalkanku untuk gadis murahan dan materialistis sepertimu!"







Plakkk!

.

Jennie menampar pipiku. Aku meringis kesakitan. Tetapi aku tetap merasa kuat. Memang begitulah sosok Jennie yang baru aku sadari. Dia materialistis dan serakah!

"Tutup mulutmu Sohyun! Atau aku akan menamparmu lagi!"

"Silakan saja! Kau memang murahan dan materialiatis! Aku membencimu! Kau mengambil Doyoung dariku dan sekarang kau mengkhianati Bosku!"

Jennie mengepalkan tangannya lalu melayangkan kepalan tangan yang telah kaku terbuka lurus itu menuju ke pipi kiriku.

Aku menunduk dan memejamkan mata.

.

"Sohyunnn!!!"



Gassppp!!







"Jangan coba-coba menyentuh sepupuku!"

"Atau kau akan berurusan dengan Nakamoto Yuta!"

Jennie terdiam. Lalu dengan wajah amarahnya ia meninggalkan kami.

"Awas saja Sohyun! Jennie tidak pernah menarik kembali kalimatnya! Kau akan menyesal telah menantangku!"

Yuta pada akhirnya menjadi sepupu yang normal dengan melindungiku dari Jennie.

.

....................

Akhir pekan telah tiba. Aku dan Doyoung berjanjian di cafe langganan kami. Hari ini aku juga libur kerja, jadi waktu emasku bersama Doyoung tidak akan terusik.

Aku telah sampai terlebih dahulu di lokasi. Seharusnya kami bisa saja berangkat bersama. Namun karena urusan pekerjaan Doyoung yang mendesak, akhirnya kami berangkat terpisah.

Aku sudah berpakaian rapi. Menghias diri dengan cantik. Memoles wajah lebih apik dari biasanya.

Aku hanya memainkan ponselku hingga tak terasa, aku sudah menunggu Doyoung selama 2,5 jam!

Aku menghubunginya berkali-kali, tetapi tak diangkat. Aku mulai gelisah. Takut-takut terjadi sesuatu padanya.

Saat aku akan menghubunginya yang kesekian kali, seseorang datang dari arah belakang dan melemparkan beberapa kertas kaku ke atas mejaku.

"Ini apa Sohyun??!"

"Oppa? Kenapa kau baru datang?"

Dengan wajah lugu aku tersenyum menyambut kedatangannya yang sangat terlambat.

"Jawab aku!!! Ini apa Sohyun??!!"

Doyoung terlihat sangat murka. Aku tidak tahu apa sebabnya tetapi sejak tadi telunjukknya menunjuk sesuatu yang baru ia lemparkan di atas meja.

Aku teroaksa mengikuti alur ekor matanya dan menemukan sesuatu yang mengejutkan!

"Kau bermain di belakangku?? Dengan pria itu?"

Mata Doyoung memerah membuatlu semakin kalut.

Bibirku bergetar karena aku bingung harus menjelaskan ke dia seperti apa.

"Ak-aku b-bisa j-jelaskan Op-ppa."

Bohong! Aku sebenarnya tak dapat menjelaskan foto yang aku lihat.

Foto dimana aku dan Bos sedang berciuman!

Hancur sudah hubunganku dengan Doyoung!



















To be Continued.

*Data pemasaran diambil dari sample data milik Matahari Departement Store😅😅😆😆

Next (?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro