21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Taeyong's POV

Aku membaringkan Sohyun di atas ranjangnya. Tetes demi tetes darah mengalir lewat pelipisnya.

Apa Jennie mendorongnya terlalu kencang?

Aku begitu panik! Karena takut terjadi sesuatu padanya, aku pun berniat menghubungi dokter. Namun, seorang lelaki yang hampir seumuran Sohyun datang dengan membawa kotak obat.

"Apa yang terjadi padanya? Sebenarnya dia kenapa?"

Seseorang yang mengaku bernama Yuta dan merupakan sepupu Sohyun itu juga tampak cemas.

"Dia terluka karenaku. Dia terbentur meja karena didorong mantan kekasihku.."

"Apa?!"

Hal yang membuatku heran adalah, Yuta sama sekali tidak marah padaku. Beruntunglah aku!

"Kita harus memanggil dokter, karena sebelum kejadian itu, kondisi Sohyun sudah demam dan ia mengeluh tidak enak badan."

"Kalau begitu aku yang akan panggil dokter, kau bersihkan lukanya, Oke?"

Saran Yuta sambil menyerahkan kotak obatnya padaku.

"Baiklah."

Yuta pergi dan segera menelpon dokter. Aku pun mengeluarkan kapas dan alkohol, aku bersihkan luka Sohyun agar tidak infeksi. Kemudian aku memplesternya. Dalam hati, aku sangatlah menyesal. Andai aku mempercayai Sohyun, mungkin kejadian buruk ini tidak akan pernah menimpanya.

Sadarlah Sohyun..

.

.

.


"Bagaimana keadaannya Dok?"

"Kondisi Nona Sohyun memang kurang fit, ditambah lagi kelelahan yang dialaminya. Mungkin karena aktivitasnya terlalu padat. Saya sudah memberinya suntikan analgetik-antipiretik, untuk beberapa jam ke depan, demam dan rasa nyeri kepalanya akan berkurang. Jadi Anda tidak perlu khawatir."

Akhirnya aku dapat bernafas lega. Baguslah jika keadaan Sohyun tidak memburuk gara-gara aku.

Setelah dokter pergi, aku memutuskan untuk disini menemaninya. Sebenarnya Yuta memintaku pulang, tetapi aku merasa bahwa kondisi yang dialami Sohyun patut aku pertanggung-jawabkan.

Alhasil, aku hanya memandangi wajahnya selama kurang lebih satu setengah jam. Dan Ia belum sadar juga.

Rasa khawatirku kembali lagi. Bukankah dia belum sempat makan? Ia pasti kelaparan. Bisa-bisanya ia tertidur pulas seperti ini dalam keadaan perut kosong?

Dengan inisiatifku, aku berjalan keluar dan menuju dapurnya. Aku ingin  memasakkan samgyetang untuknya. 

Aku lihat, Yuta sedang berada di sofa depan televisi. Dia tidak sedang menonton, tetapi sepertinya ia tengah berbaring. Mungkin juga tertidur. Ia bahkan tak menyadari gerak-gerik dan suara langkah kakiku menuju dapur yang letaknya tak jauh di belakang sofanya.

Hingga saat aku membuka kulkas,

"Apa yang sedang kau lakukan?"

"Kagetnya!!! Astaga! Kenapa kau muncul tiba-tiba seperti hantu?"

"Apa kau takut hantu?"

"Tidak. Aku tidak takut apapun."

Kataku pada Yuta yang mendadak muncul entah darimana. Apa dia jin yang bisa menghilang dan hadir tiba-tiba? Apa dia bisa berteleportasi?

Sungguh menyeramkan!

Yuta hanya tersenyum geli.

"Kenapa kau peduli sekali pada Sohyun? Apa hubunganmu dengannya?"

Pertanyaan Yuta membuatku mati rasa. Benar, pertanyaan itu yang selama ini bersemayam di pikiranku. Aku sendiri tak tahu jawabannya. Bagaimana aku harus menjawab Yuta sekarang?

Aku masih beraktivitas menyiapkan bahan-bahan makanan yang akan aku masakkan untuk Sohyun.

Iya, Yuta dengan senang hati membantuku. Walaupun pertanyaannya belum aku jawab, ia tidak menuntutku sama sekali. Ia malah terus berceloteh seakan-akan memberitahuku bukti fisik yang membuatku semakin bingung akan perasaanku.

"Kemarin si brengsek itu datang. Wajahnya babak belur. Dalam hati aku merasa puas karena seseorang telah menyalurkan rasa sakit sepupuku padanya."

"Sohyun sudah menceritakan semuanya."

Yuta lalu melirikku. Aku berpura-pura tidak menyadarinya dan terus berkutat memotong bawang putih dan mencuci daging ayam segar dari kulkas Sohyun.

"Kau kan yang memukulinya habis-habisan?"

Aku masih tak meresponnya.

Yuta merebut ayamnya dariku. Ia yang melanjutkan acara mencuci ayamku. Tanpa berbasa-basi, aku langsung mengambil panci dan merebus air serta bumbu-bumbu yang lain.

"Aku perhatikan, kau sangat cemas tadi."

"Kau juga menolongnya sewaktu dia pingsan kehujanan setelah diputuskan Doyoung."

"Kau dengan senang hati menggendongnya dan membawanya ke rumahmu."

"Kau menyelamatkan hidupnya. Apa aku berlebihan?"

Yuta malah tertawa. Aku sungguh malas mengeluarkan suara untuk membalas pembicaraannya yang tidak terlalu penting.

Apa masalahnya kalau aku peduli pada karyawanku sendiri?

Dan aku ingat, Sohyun pula yang memberi sinyal positif atas hubunganku dengan Jennie. Dia matchmakerku. Kalau dia kenapa-napa, bagaimana nasibku?

Benarkan?

Ah! Akhirnya aku menemukan jawaban atas rasa penasaranku.

"Kau hanya kliennya? Apa hubungan kalian hanya sebatas itu? Matchmaker dan klien? Atau sekadar Bos dan bawahan?"

"Aneh sekali."

Apa anak ini tidak bisa menutup mulutnya semenit saja?

Berisik sekali.

"Wah.. wah.. kau sangat cuek ternyata. Aku mencoba mengajakmu mengobrol agar kita lebih dekat. Namun, sudah 45 menit aku menghabiskan pita suaraku tapi kau tidak berbicara sepatah kata pun."

"Yah..Tapi aku akui, walau kau pria yang sangat dingin, kau ini berbakat juga dalam memasak. Sungguh kehangatan seorang pria . Bau samgyetangmu sangat lezat.."

Kalimat Yuta berakhir dengan pujian.

Dalam diam aku tersenyum. Akhirnya, ada juga yang memuji keahlian memasakku. Dan juga.. sekelumit sisi diriku yang lain.

Baru saja aku tersenyum, sedetik kemudian aku melihat Yuta mengambil sendok sayur dan mencelupkannya ke dalam sup.

Ketika sup itu akan masuk ke dalam mulutnya, aku menampiknya!

"Yak!! Ini untuk Sohyun! Kenapa kau mencicipinya duluan?!"

"Sshhhh!! Aaahh.. panass!! Aa.."

"Kau mau membakar kulitku?"

Kata Yuta sambil mendesis kesakitan dan mengelus-elus telapak tangannya yang ketumpahan kuah samgyetang yang masih mengepulkan asap.

"Kalau kau mau mencobanya, ya menunggu Sohyun memakannya dulu."

"Aku kan hanya mencicipi setetes saja. Masa tidak boleh?"

"Tidak!"

"Aissh. Dasar pelit!"

"Kau taruh mangkuk sup ini di atas meja. Aku akan mengecek keadaan Sohyun."

"Seenaknya saja suruh-suruh.. untung kau Bos sepupuku. Kalau bukan..."

Aku mengacuhkan Yuta yang mengomel sendirian dan bergegas menuju kamar Sohyun.

.

.

.

Kenapa dia bangun lama sekali?

Sambil terus menunggunya sadar, aku merebahkan kepalaku di atas kasurnya yang empuk. Aku menggenggam tangannya, rasanya hangat. Itu berarti demamnya memang sudah menurun.

Tak terasa, pandanganku kini menjadi gelap. Aku tertidur.

......................

Aku merasa sangat pusing. Aku coba membuka mataku dan ini sulit!

Ketika kelopak mataku sudah terbuka lebar, aku melihat atap yang sudah familiar.

Ini apartemenku?

Aku mengedarkan pandangan dan melihat surai hitam itu berada disamping lenganku. Tanganku terasa hangat. Aku hendak mengangkatnya namun terasa berat.

Saat aku menggerak-gerakkan jemariku, tanpa aku sadari, aku telah mengganggu waktu istirahatnya.

"Eh, kau sudah bangun?"

Tanyanya sambil menunjukkan senyuman yang belum pernah aku lihat sebelumnya.

"Kau tadi pingsan karena kepalamu terbentur meja. Untungnya dokter sudah memberikanmu obat dan suntikan penurun panas. Bagaimana kondisimu?"

Bos menjadi sangat cerewet padaku. Dan ini pertama kalinya kecerewetannya itu berfaedah. Biasanya ia berceloteh panjang lebar hanya karena masalah yang tidak penting. Tetapi ini berbeda. Dia terlihat sangat mengkhawatirkanku.

"A-aku baik-baik saja sekarang.."

Kataku sambil melirik kepalan tangannya yang melekat di tanganku.

Setelah Bos tersadar, barulah dia melepas genggamannya dan keadaan menjadi semakin canggung.

"Uhm.. Oh ya! Aku tadi sudah membuatkanmu samgyetang. Akan sangat cocok jika dikonsumsi dirimu yang sedang tidak enak badan."

"Bos---bisa memasak?"

Tanyaku sedikit kaget.

"Tentu! Dan kau harus mencobanya!"

Tanpa sebuah alarm, Bos Taeyong langsung mengangkat tubuhku dan menggendongku keluar kamar. Aku begitu takut akan gerakannya yang tiba-tiba ini. Aku pun refleks melingkarkan lenganku pada lehernya dan membuat wajahku semakin dekat pada rahang tegasnya.








Kalau dari dekat, Bos kelihatan sangat tampan. Semakin tampan jika dia menjadi seseorang yang hangat dan perhatian.




Aku tiba-tiba tersenyum sendiri.

Apa yang aku pikirkan?!

Tidak-tidak!!

Arghh!! Aku rasa aku sudah gila!

.

.

Meja makan sudah tampak di depan mata. Bos pun mendudukkanku di salah satu kursi.

"Tunggu!! Kenapa samgyetangku tinggal segini??"

Aduh... teriakan Bos, membuat telingaku bisa langsung tuli seketika! Kenapa dia?

"Maaf, aku tidak bisa menahan air ludahku yang terus menetes!"

Sahut Yuta dari balik sofa sambil berdiri memegang mangkuk dan mengelus-elus perutnya yang terlihat sedikit berisi.

"Yuta!! Kau??!!"

"Jangan marah..."

Jawab Yuta sambil menyunggingkan senyum dan menaik-turunkan alisnya.

Aku pun paham akan situasi ini dan tertawa begitu saja.

"Kau kenapa tertawa?"

"Ish!! Sepupumu itu benar-benar.."

Kata Bos yang masih melirik dendam ke arah Yuta. Yuta tak memedulikan sedikit pun. Ia masih berfokus menyendok makanan dari mangkuk yang dibawanya.

"Sudahlah Bos, dia pasti juga kelaparan. Biarkan saja.."

"Tapi sup ini untukmu."

"Segini saja cukup kok, Bos."

"Ya sudah, aku akan menghangatkannya lagi untukmu. Tunggu disini.. awas saja anak itu!"

.

.

.

.

"Buka mulutmu Sohyun, Aaa?"

Ucap Bos sambil membuka mulutnya sendiri seolah-olah ia hendak melahap sesuatu.

"Bos, aku bisa makan sendiri! Aku sudah dewasa!"

"Kalau kau makan sendiri, kau tidak akan mau menghabiskannya. Nanti usahaku membuat ini jadi sia-sia."

Aku sedikit cemberut. Aku sangat malu! Apalagi, dari tadi Yuta tersenyam-senyum memperhatikan kami.

"Bos... malu dilihatin Yuta.."

Kataku pelan ke arah Bos.

"Bodoh amat. Anggap saja dia nggak kelihatan. Ayo makan?? "

Ya Tuhan! Sejak kapan Bos menjadi seperti ini?

Aku merasa aneh menghadapi sifatnya yang terkesan posesif dan manja begini. Cukup berlebihan.

Dan lebih anehnya lagi, aku suka. Aku suka melihat sisi dirinya yang tak banyak karyawan kantor tahu. Selama ini mereka memandang Bos itu kejam dan dingin. Mengerikan! Namun lihatlah... betapa lembut perlakuannya padaku.

"Bos tidak makan? Tadi Bos juga tidak sempat makan kan?"

"Iya.. nanti aku akan makan. Kau duluan, ayo habiskan. Kunyah terus.. lalu telan!"

Aku bergidik ngeri mendengar kalimatnya barusan. Apa aku ini anaknya?

"Bos bicara begitu seperti aku anak Bos saja.."

Aku pun mentertawainya.

"Jadi mau bikin anak denganku?"

Aku tersedak!!

"Uhukk..uhuk.."

"Kau baik-baik saja? Cepat minum!!"

Gila! Bos memang sedang tidak waras! Kesambet apa dia?

"Sudah baikan?"

"Kau ini kenapa Bos? Apa kau juga sakit?"

"Aku sehat."

Lalu Bos tersenyum, menunjukkan smirk  lebih tepatnya.

Karena aku begitu merasa kesal,  aku menyendok asal sup yang ada di mangkuk dan langsung menjejalkannya ke dalam mulut Bos.

"Hey!! Pelan-pelan kalau kau mau menyuapiku."

"Iih... apa-apaan sih Bos? Kau jadi semakin aneh saja!"

Dan begitulah.

Hari ini Bos merawatku dengan sangat baik. Yang tadinya acara makan soloku, sekarang malah menjadi acara makan duet bersama Bos Taeyong.

Dia menyuapiku. Aku menyuapinya.

Aku hanya menikmati saja waktu-waktu menyenangkan ini selagi aku bisa.

Aku tak banyak memikirkan permasalahan yang membayabgiku tadinya. Yang aku alami hanyalah rasa bahagia yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya. Aku tak pernah sebahagia ini bersama seorang pria.

Tetapi Bos melakukannya. Ia membuatku tertawa tanpa beban. Ia menghiburku tanpa alasan.

"Tunggu!"

Mendadak Bos berhenti menyuapkan makanan ke mulutku. Ia mendekat. Ibu jarinya bergerak menyusuri bibirku.

"Ah.. aku belepotan ya Bos? Maaf."

Kataku setelah ia berhasil membuang sisa nasi yang menempel di bibirku.

Namun ia tak bergerak. Matanya masih menyorot tajam padaku.

Aku tak bisa melakukan apapun selain mengikuti  arah tatapannya. Ia memperhatikan mataku, begitu pun juga aku memperhatikan matanya.

Kami saling  bertatapan. Cukup lama, hingga aku merasakan sentuhannya kembali di permukaan bibirku.





Dia menciumku!






Jantungngu berdegup tak karuan. Bibirnya yang sedikit basah melumat bibirku yang sedikit pucat dan kering. Aku meremas pinggiran kemeja Bos. Ini begitu tiba-tiba seperti aliran saraf sensorik yang menghantarkan impuls saraf ke pusat otakku.

Aku gemetaran. Namun, aku merasa, aku tidak ingin beranjak sama sekali.
















Mungkin kali ini saja aku akan mengizinkan Bos menciumku.





Kali ini.... saja.










































To be Continued.


Aduh! Bingung buat situasinya😣

Update dadakan eh isinya beginian😂😂

Authornya lagi ga mood padahal. Ketemu Taeyong Sohyun, badmood jadi ilang. Baguslah..

Habis ini mau lanjot belajar, padahal besok masih ujian😆

Masihh aja buka wp.

Gpp lah ya✌✌


Next(?)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro