Hime-chan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

* Happy Reading *

Suara benda yang terjatuh membuat mataku seketika terbuka. Aku menggeliat, sembari menjilati kaki depan kananku. Haruka terus berjalan ke sana kemari. Sesekali ia duduk, lalu kembali berdiri. Aku tak mengerti apa yang sedang ia lakukan, tetapi aku merasa bosan karena setelah makan tadi, aktivitasku hanya tidur dan tidur saja. Padahal, aku ingin bermain bersama Haruka.

"Hime-chan, maafkan aku. Beberapa hari ini aku sibuk sekali. Sekarang aku juga harus bersiap-siap karena aku akan belajar kelompok bersama teman-temanku."

Gadis itu kembali duduk, memasukkan sesuatu ke dalam benda yang selalu ia bawa di punggungnya ketika pergi. Aku mengeong menatap Haruka yang berjarak tak jauh dari tempatku tertidur. Aku melangkah mendekati gadis itu, lalu mencakar benda keras—yang dilapisi kain dan selalu Haruka duduki—beberapa kali dengan kedua kaki depanku.

"Hime-chan! Jangan mencakar sofa ini! Nanti okaa-san bisa marah. Astaga ...."

Haruka mencoba menarik tubuhku, meski kuku kakiku menancap kuat ke benda tersebut. Aku mengeong dengan nada tinggi ke arahnya.

"Nakal sekali!"

Haruka memegang kaki depanku, lalu menariknya secara perlahan. Ia kembali menaruhku di atas lantai. Aku mengeong sambil menggoyangkan ekorku ke kiri dan kanan, berharap gadis itu mau bermain denganku meski sebentar saja. Namun, ia sama sekali tak memedulikanku. Aku benar-benar bosan.

Aku melangkah mendekati kaki Haruka, mengeluskan kepalaku dengan lembut. Gadis itu hanya tersenyum, membelai tubuhku sekilas, lalu kembali sibuk dengan kegiatannya. Lebih baik aku bermain dengan Momo saja kalau begitu.

Aku berlari ke arah belakang rumah. Mendekati sebuah benda bundar berisi air. Momo tinggal di sana bersama dengan kedua temannya. Aku mengeong ke arah Momo, tetapi yang ia lakukan hanya terus bergerak ke sana kemari. Aku menyentuh benda tersebut dengan kaki depan kananku, mencakarnya berkali-kali. Namun, lagi-lagi Momo sama sekali tak bereaksi.

Aku mengangkat tubuhku, melongok ke dalam benda tersebut. Aku mengulurkan kaki depan kiriku ke dalam air, sambil terus memutar-mutar tanganku. Dingin! Namun, aku tak peduli. Yang terpenting, Momo akhirnya mau bermain denganku.

"Hime-chan, jangan memakan Momo-chan! Kau sudah dua kali memakan ikan peliharaanku."

Haruka langsung merangkul tubuhku, membuatku hanya bisa terus menatap Momo. Siapa yang ingin memakan Momo? Padahal aku, kan, hanya ingin bermain dengannya.

"Aku harus pergi, Hime-chan. Nanti malam, aku baru pulang. Baik-baik di rumah, ya. Nanti kubelikan tuna kaleng untukmu."

Haruka menciumku sebelum akhirnya gadis itu berdiri lalu melangkah keluar. Aku hanya bisa melihat gadis itu berjalan menjauh. Apa Haruka bosan denganku? Kenapa dia tak mau lagi bermain bersamaku?

Sudahlah, lebih baik aku bermain dengan Momo kembali. Aku berlari ke arah halaman belakang, tetapi Haruka malah memasang pembatas agar aku tak bisa melewatinya. Huh, terkadang gadis itu memang menyebalkan! Aku mencoba berjalan ke arah jendela yang terbuka. Aku melompat, menoleh ke kanan dan kiri, lalu dengan sekuat tenaga aku melompat kembali dan mendarat di atas tanah. Ya, berhasil!

Aku berjalan ke arah Momo sambil beberapa kali mengeong ke arahnya. Namun, ia hanya terus bergerak ke sana kemari tanpa memedulikanku. Momo juga membosankan. Aku terduduk, mengedarkan pandangan. Mataku melebar ketika seekor mangsa lewat begitu saja di depanku.

Dengan gerakan cepat, aku berlari mengejarnya. Ia terus bercicit, melewati beberapa tanaman yang tumbuh di sini. Menyenangkan sekali. Setidaknya, meski tanpa Haruka pun, aku tidak akan kesepian.

Namun, ternyata aku salah. Setelah aku bermain-bermain dengan mangsa kecilku itu, ia akhirnya kelelahan. Aku melepaskannya begitu saja karena semuanya sudah tak menarik lagi. Aku kembali berjalan ke arah jendela, lalu melompat masuk. Aku terduduk, merebahkan tubuhku sambil terus menatap ke arah tempat hilangnya Haruka. Kapan gadis itu akan kembali? Aku benar-benar ingin bermain dengannya.

****

Aku berlari dari arah kamar Haruka ketika suara gadis itu terdengar kembali. Akhirnya aku bisa bermain bersama Haruka lagi. Aku mengeong, menyambut kedatangannya. Namun, seketika aku terdiam. Haruka datang bersama seseorang yang sama sekali tak kukenal.

"Hime-chan, perkenalkan ini temanku. Namanya Shota."

Haruka tersenyum ke arahku. Aku menatap ke arah teman gadis itu. Aku tak suka kepadanya! Dia sudah membuat Haruka tak mau bermain denganku. Aku mengeong dengan nada tinggi, lalu berjalan ke arah benda yang selalu Haruka duduki. Dengan malas, aku menempelkan perutku ke lantai, menyandarkan kepala ke kaki kananku.

"Eh, ada apa denganmu, Hime-chan? Kenapa kau terlihat tidak bersemangat?"

Haruka menghampiriku, mengelus tubuhku perlahan, tetapi aku hanya terdiam tak memedulikannya. Gadis itu kembali berkata, "Ah, aku tahu. Kau pasti belum makan. Tunggu sebentar!"

Haruka segera beranjak, mengambil tuna kaleng dari benda yang ditenteng gadis itu tadi. Suaranya cukup berisik, membuatku sedikit tak nyaman. Aku terus memperhatikan gerakan Haruka.

"Ini makananmu. Ayo, dimakan."

Aku terdiam, menatap tuna kaleng di depanku. Aku melihat ke arah Haruka, tetapi gadis itu lagi-lagi berbicara dengan temannya.

"Hime-chan, kenapa kau diam saja? Apa kau tidak lapar?"

Haruka mengelus tubuhku, membuatku semakin kesal. Aku mengeong dengan nada tinggi ke arahnya, lalu mencakar tangan Haruka hingga gadis itu memekik kaget.

"Hime! Ada apa denganmu? Kenapa kau malah mencakarku?"

Aku berlari ke arah kamar Haruka, mengabaikan teriakan gadis itu. Aku tak suka jika Haruka bersikap seperti ini padaku. Aku perlahan merangkak masuk ke ruangan di bawah benda berkaki yang selalu Haruka gunakan untuk tidur. Suara langkah kaki terdengar mendekat. Aku semakin memojokkan diriku ke arah sudut.

"Hime-chan, maafkan aku karena aku tadi berteriak kepadamu."

Haruka menongolkan wajahnya di seberang sudut ruangan. Ia tersenyum kearahku, sambil mengulurkan tangan.

"Kemarilah, Hime-chan. Aku tahu kau marah, karena itu kau berlari ke sini, kan? Maafkan aku ...."

Haruka masih terus menatapku. Tangan gadis itu seakan memaksaku untuk ikut dengannya.

"Hime-chan, sayang ... kemari."

Akhirnya aku menuruti perkataan gadis itu, merangkak ke arahnya dengan perlahan. Haruka mendekapku, lalu membelai tubuhku.
"Aku tahu, beberapa minggu ini aku sibuk dan jarang bermain denganmu. Kau pasti kesepian. Karena itu, besok aku mengajakmu ke Kyoto sebagai permintaan maafku."

Haruka menyejajarkan wajah kami, lalu kembali berkata, "Jangan marah lagi. Temanku sudah pulang, jadi sekarang kita bisa bermain dengan puas."

Aku mengeong ke arahnya, lalu mengeluskan kepalaku ke wajah Haruka.

"Aku tahu, aku juga menyanyangimu ...."

* To Be Continue *

Akhirnya, dipublish juga. Sempat berpikir buat berhenti, tapi karena dukungan orang-orang di sampingku, aku akhirnya putuskan untuk lanjut lagi.

Thanks a lot, guys. Love you all.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro