Extra Chapter

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Satu tahun kemudian...

"Ji, ayo bangun," ucap Pemuda berparas tampan.

"Ji! Bangun oi!"

Pemuda itu berdecak kesal gara-gara sang Adik tak kunjung bangun dari tidurnya. Ia sampai menggoyangkan tubuh sang Adik tak bangun juga.

"Aji! Sekali lagi lo nggak bangun gue granat lo!" bentak sang Kakak yang wajahnya sudah memerah sempurna akibat emosi.

"Eumm... iya-iya Aji sudah bangun nih," jawab Fajri dengan suara parau khas orang bangun tidur, Pemuda pemilik gigi kelinci.

Fajri Maulana Zakno, biasanya di panggil Aji ini mengucek mata pelan. Kedua netranya sedang memulihkan bias cahaya lampu di dalam kamar.

"Nah bagus! Beruntung lo nggak gue granat tadi!" seru Fenly menyeringai kecil.

"Berisik sumpah! Mending Kak Ovel keluar dulu sana, Aji mau mandi." balas Fajri malas. Ia masih mengantuk, sesekali menguap kecil.

Fenly Chrisovel Zakno, anak kedua dari tiga bersaudara. Fenly memiliki ciri-ciri paras tampan, kulit putih bagaikan salju serta surai hitam berpotong pendek.

"Hahaha... yaudah sana. Gue mau siapin sarapan di bawah," ucap Fenly tertawa kecil.

Fenly pun melangkahkan kaki ke luar dari kamar Fajri. Sebelum menutup pintu, kenangan satu tahun dulu seakan terniang kembali di dalam kamar ini.

"Ji... gue minta maaf atas perlakuan Ovel dulu ya. Gue sayang lo dan Kak Iky," ucap Fenly lirih. Ia pun menutupi pintu kamar pelan.

Fajri sempat mendengar ucapan Fenly tadi. Ia tersenyum tipis bahwa sosok Fenly telah berubah seperti dulu kala.

"Aji sayang sama Kak Ovel dan Kak Iky juga," ujar Fajri bahagia.

_$_$_

Ricky Zakno, Pria tertua di keluarga Zakno ini sudah rapi dengan penampilan khas pekerja kantoran. Ia duduk manis di meja makan sejak lima menit yang lalu.

"Tumben sepi amat ya," gumam Ricky.

Ricky duduk sendiri di meja makan. Ia tak melihat batang hidung kedua adiknya.

"Hmm ... menggoda banget lagi ayam goreng sambal udang."

Saat Ricky akan mengambil satu potong paha ayam, suara dengan nada oktaf tinggi membuat pergerakan Ricky terhenti. Ia lebih memilih untuk menutup kedua telinga rapat-rapat.

"Nggak boleh ada yang sentuh makanan sebelum semuanya kumpul!" seru Fenly menatap tajam Ricky bagai Elang.

Ricky hanya menyengir kecil. Padahal ia sendiri yang membuat peraturan itu, ia juga yang melanggar.

"Hehe ... maafin Bang Iky ya. Soalnya abang sudah lapar banget nih," ujar Ricky.

"Tetap nggak boleh!" Fenly menggerakan jari telunjuk ke kanan dan kiri.

Fenly pun duduk di depan Ricky. Ia memeriksa semua makanan di atas piring. Lengkap.

Tak lama Fajri datang menuruni anak tangga. Wajah mengantuknya masih terlihat jelas.

"Pagi Bang Iky ... Pagi Bang Ovel," sapa Fajri. Ia memilih bangku di dekat kanan Ricky.

"Dasar kebo!" Fenly menyindir.

"Kamu semalam begadang lagi Ji." Ricky bertanya.

"Iya Bang," jawab Fajri pelan.

Ricky hanya menggelengkan kepala. Padahal ia sudah memperingati Fajri untuk tidak begadang, apalagi bermain game online.

"Maafin Aji ya Bang Iky," ujar Fajri menyesal.

"Kali ini Bang Iky maafin, tapi kalau sampai begadang lagi. I-phone Fajri Bang Iky sita sementara."

Ricky bersikap bijak. Ia tak mau mengulangi kesalahan satu tahun yang lalu.

Fenly tersenyum tipis. "Dengerin apa kata Abang Iky sama Ovel. Itu juga demi kebaikan kamu."

"Ayey Kapten!" Fajri memberi salam hormat.

Sarapan pagi pun berlangsung di kediaman keluarga Zakno. Tak ada yang berbicara selama makan.

Keharmonisan Kakak Adik terlihat begitu indah. Kasih sayang melimpah membuat mereka menjadi saudara kandung yang akrab dan damai.
.
.
.
.
.

Sekian dan terima kasih ...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro