My Brother's (8)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi telah tiba. Terik matahari masih belum terlalu panas menyinari kota Jakarta.

"Bang, ayo sarapan."

Fenly tengah menaruh makanan di atas meja. Dua porsi nasi goreng menjadi menu sarapan pagi ini.

"Maaf ya, Fen. Abang harus pergi ke kantor. Pagi ini mau ada rapat sama klien." Ricky tiba di ruang makan dengan setelan rapi kantoran.

Fenly tersenyum tipis. "Yaudah, sarapan ya Fenly taruh dulu di kotak bekal. Abang minum susu putih saja, biar nggak terlalu kelaparan."

"Oke, Fenly. Adik Abang memang paling pengertiaan." Ricky memuji. Dia duduk di salah satu meja makan, lalu meminum susu hingga habis.

"Ini Bang, kotak bekal ya. Jangan lupa harus di habiskan." Fenly menyerahkan kotak bekal berwarna merah.

Ricky langsung mengambil kotak bekal itu. Dia mengelus rambut Fenly sekilas. "Oke deh, Abang berangkat dulu ya. Oh iya, nanti kalau ketemu Aji di sekolah kasih nih uang jajan ya."

Fenly menganggukan kepala kecil. Ricky pun berjalan ke luar rumah. Pak Dino, supir pribadi Ricky sudah menunggu di luar.

Setelah kepergiaan Ricky. Fenly memulai sarapan pagi dengan tenang. Uang jajan untuk Aji dia taruh di saku celana.

"Bi, tolong bereskan meja makan ya. Fenly mau berangkat sekolah dulu." Fenly menyuruh Bibi Andin, ART yang bekerja di rumahnya.

Fenly langsung menuju bagasi. Dia akan menaiki mobil kali ini.

_$_$_

SMAN 1 Pondok Indah...

Siswa siswi terlihat memasuki kawasan sekolah. Ada yang menggunakan mobil, motor, berjalan kaki, naik angkot ataupun di antar.

Mobil merah Fenly telah tiba di sekolah. Sosok Fenly keluar dari mobil menjadi pusat perhatian.

Fenly berjalan pelan menuju kelas. Tatapan kagum dan iri menjadi makanan sehari-harinya.

"Pagi Fenly," sapa siswi berparas cantik.

"Hai, Kak Fenly," sapa siswi bertubuh kecil.

Fenly hanya tersenyum tipis membalas sapaan dari siswi-siswi di sekolah. Menjadi salah satu cowok populer di sekolah karena kepintaran dan paras tampannya.

Kelas XI MIPA 1...

Fenly masuk ke dalam kelas. Dia pun duduk di sebelah Pemuda berkacamata bulat.

"Pagi, Abang ganteng," sapa Pemuda itu tertawa.

"Pagi juga, Bayik." Fenly membalas dengan senyum mengejek.

Zweitson Christian, murid terpintar kedua di kelas setelah Fenly. Merupakan sahabat Fenly sejak duduk di bangku 2 SMP.

Biasanya di panggil Soni atau Bayi. Menyukai hobi di bidang fotografer dan melukis. Gaya estetik menjadi andalannya. Segala prestasi telah Zweitson raih di sekolah.

"Ish! Jangan panggil saya Bayi Paman," ujar Zweitson menirukan salah satu kartun di televisi.

"Hahaha... gue masih muda dan tampan di panggil Paman. Lo perlu ganti kacamata lagi deh, Son," ledek Fenly sambil mengeluarkan beberapa buku pelajaran.

"Bodo Fen bodo. Lama-lama gue boikot juga lo jadi sahabat Zweitson si murid baik dan ramah."

Zweitson mengucapkan kalimat itu sambil tersenyum lebar. Fenly mencubit kedua pipi bayi Soni gemas.

Tak sengaja pandangan Fenly tertuju kepada seorang siswa yang baru melintasi kelasnya. Fenly pun segera keluar kelas meninggalkan Zweitson dalam mode marah ala bayi.

_$_$_

"Aji!"

Pemuda berwajah tampan terus berjalan. Dia tak menghiraukan panggilan dari orang di belakangnya.

"Aji!"

"Dasar Adik nggak tahu diri!"

Setelah mengatakan itu, langkah Fajri terhenti. Fajri membalikan badan malas.

"Nah, gitu dong kalau di panggil nengok," ucap Fenly menyeringai tipis.

Fenly berjalan mendekati sosok Fajri di lorong. "Ada perlu apa Kakak kelas yang terhormat?" tanya Fajri ramah.

"Haha... jangan sok ramah sama gue. Nih! Uang jajan dari Bang Iky!" seru Fenly memberikan uang jajan langsung ke tangan Fajri.

Fajri tak mau menerimanya, tetapi Fenly membisikan sesuatu yang membuat dirinya bungkam. Fenly tersenyum puas.

"Gue mau balik ke kelas. Kalau ada apa-apa nggak usah cari gue." Fenly pun kembali ke dalam kelas meninggalkan Fajri seorang diri.

Fajri mengepalkan kedua tangan erat. Hatinya sangat hancur.

"Bang... Aji juga nggak bakal balik ke rumah seperti neraka bagi Aji. Lebih baik Aji jadi gelandangan daripada harus balik ke rumah."

Kedua mata Fajri sudah berlinangan air mata. Fajri mengusap kasar. Dia pun melanjutkan perjalanan menuju kelas X menahan kesedihan.

"Segitu tak pedulikah kalian kepada Aji."

___BERSAMBUNG___

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro