Pengorbanan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ehehehe misi bentar ya...
Oke ini hanya basa-basi (busuk) semata.
Part yang sebelumnya bukan ending kok, ngegantung banget klo itu endhingnya.
Semoga part ini bisa me... apa namanya? Itu loh... apa ya? Kayak menusuk kalian tapi bukan mengejek... apa ya?
Yaudahlah baca aja. Selamat membaca...

-------------------

Beberapa hari kemudian...

Len duduk di depan rumahnya sambil melamun. Tiba-tiba ada yang menepuk pundak Len dari belakang.

"Alex! Kau mengagetkanku!"

"Hahaha kau sendiri yang melamun." Kata Alex sambil duduk di samping Len.

"Haha... ya... begitulah..."

"(Pasti tentang Clara hime)."

"Oh Len! Sangat lama tak bertemu."

"Oh, Kiyateru-nii. Ya sangat lama tidak bertemu." Sapa Len sambil tertawa paksa.

"Hei ada apa? Kau tak kelihatan bersemangat..." kata seorang wanita si belakang Kiyateru.

"Tidak apa-apa kok Neru-nee." Kata Len lemas.

"Benarkah? Berutahu kepada kami jika kau sedang kesusahan. Kita semua keluarga bukan?" Tanya Kiyateru sambil tersenyum dan menepuk pundak Len.

Len hanya mengangguk.

"... baiklah, kami masuk dulu ya." Kata Neru sambil mendorong pelan Kiyateru.

"Iya." Kata Len sambil mengangguk.

Setelah Neru dan Kiyateru masuk, Len kembali melamun.

"Apa yang kau pikirkan Len-niisan?" Tanya Alex.

"Eh?" Len langsung melihat Alex bingung.

"Meiko-neesan pernah bilang aku sudah menjadi bagian dari keluarga ini. Apa aku salah memanggilmu begitu?" Tanya Alex sambil melihat Len.

"Tidak, aku hanya kaget kau memanggilku begitu." Kata Len sambil melihat ke depan lagi.

"Jadi aku boleh memanggilmu Len-niisan?" Tanya Alex bagaikan berbinar-binar tapi bohong.

"Boleh kok, aku tidak merasa terganggu." Kata Len sambil melihat ke Alex sebentar lalu melihat ke depan lagi.

Alex tersenyum sebentar lalu melihat ke depan.

Suasana menjadi hening. Mereka berdua sibuk dengan pikirannya masing-masing.

"Hei, Len-niisan."

"Ya?"

"Apakah kau memikirkan Clara hime?"

Tiba-tiba saja muka Len merona merah.

"(Pasti dia mengingat saat Clara hime memeluknya)." Tebak Alex sambil melirik Len.

"Len oniichan pasti sedang memikirkan sesuatu yang aneh ya?" Tebak Miku terang-terangan yang tiba-tiba di depan Len.

"Tidak mungkin! Hanya saja..."

Suasana kembali hening. Len melamun untuk yang ke sekian kalinya. Miku yang berada di depan Len merasa sedih. Miku melihat Alex seperti mengharapkan sesuatu. Permen mungkin#plak.

"Len-niisan, ada yang ingin aku ceritakan kepadamu." Kata Alex memecahkan keheningan.

Len melihat Alex bingung. Sedangkan Miku malah menunduk.

Alex mulai menceritakan apa yang terjadi saat di penjara dan menceritakan semua yang Clara katakan kepadanya dan Miku. Len membuka matanya lebar, ia tak percaya dengan apa yang Alex ceritakan.

"Berkah itu.... Miku?"

Miku hanya mengangguk lemah. Len lagi-lagi membuka matanya tak percaya lalu menunduk.

"Maafkan kami karena merahasiakannya dari mu." Kata Alex dengan nada sedih.

Tiba-tiba Len berdiri yang membuat Alex dan Miku kaget dan melihat Len.

"Len oniichan?"

"Apa yang ingin kau lakukan Len-niisan?" Tanya Alex bingung

"Tentu saja menyelamatkan Clara-sama!" Jawab Len pasti.

Tiba-tiba terdengar suara kuda yang menuju ke arah Len, Alex dan Miku. Saat suara itu mendekat terlihatlah seorang bapak dengan muka ketakutan menuju mereka.

"Pak Josei?!" Seru Len dan Alex serempak.

"Kenapa kau kemari pak?" Tanya Alex.

"Bagainana kau bisa tau tempat ini?" Tanya Len.

"Tidak ada waktu untuk menjelaskan. Ambil ini." Kata pak Josei sambil melemparkan sesuatu lalu pergi dengan cepat.

"Apa itu?" Tanya Luka yang sudah ada di belakang Len dan Alex beserta orang-orang yang tadi di dalam rumah.

Mereka semua keluar karena mendengar seruan Len dan Alex.

Len membuka perlahan di satu sisinya.

"Itu... rokok?" Tebak Gumi.

"Kenapa dia memberi rokok?" Tanya Kaito.

"Tunggu... kalau rokok jangan-jangan..."

Len langsung membuka satu isinya. Terlihat bawah rokok yang di cat biru.

Alex dan Len kaget melihat itu sedangkan yang lain kebingungan arti dari rokok itu.

"Apa kau mau ikut Alex?" Tanya Len sambil melihat Alex.

"Tak perlu di tanya Len-niisan." Kata Alex sambil tersenyum kecil.

Mereka berdua langsung berlari ke arah kuda dan menaikinya dengan cepat.

"Kalian mau ke mana?!" Tanya Meiko.

"Maaf Meiko-nee, kami harus melakukan sesuatu." Kata Len yang sudah bersiap jalan.

"Hati-hati..." kata Ia sambil melambai.

Len dan Alex hanya mengangguk lalu membawa kuda mereka pergi ke suatu tempat.

"Kenapa kau bilang hati-hati?" Tanya Yukari.

"Karena mereka ingin melakukan sesuatu yang hebat." Jawab Ia sambil tersenyum.

"Apa maksudmu?" Tanya Teto.

Ia hanya tersenyum sambil melihat rokok yang tadi di jatuhkan Len.
.
.
.
.
.

Len dan Alex terburu-buru pergi sambil menaiki kuda menuju rumah Clara. Sesampainya mereka di tepi hutan mereka berhenti dan melihat suasana yang suram.

"Alex, aku rasa kita harus berpencar." Kata Len.

"Berpencar? Untuk apa?" Tanya Alex sambil melihat ke arah Len.

"Untuk mempercepat waktu." Kata Len.

Alex hanya diam melihat Len.

(Bukan terpana loh ya!)
.
.
.
.
.
Sementara itu di penjara bawah tanah (rumah Clara). Semua laki-laki di penjarakan di penjara bawah tanah yang lumayan luas dan terdapat beberapa tempat. Yang sebagian sudah terisi oleh beberapa laki-laki yang berada di rumah itu. Semuanya sudah hampir putus harapan dan hanya menunduk lemah.

"Aku harap istriku dan Clara baik-baik saja..." kata paman Rey kawatir.

Yang lainnya hanya mengangguk lemah.

"Kalau begitu, apakah kalian ingin melihatnya?"

"Bagai mana kami bisa melihat?
.....
Eh?!"

Semua melihat ke sumber suara tadiyang bertanya. Ternyata Alex sedang melihat mereka sambil membawa kunci.

"Bagaimana kau bisa ke sini?" Tanya paman Rey.

"Tadi pak Josei datang dan menyerahkan rokok SOS." Jelas Alex sambil membuka pintu penjara itu dengan kunci.

Semuanya masih tercengang tak percaya.

"Ayo kita selamatkan yang lainnya." Kata Alex yang di sambut anggukan mantap dari para lelaki.
.
.
.
.
.
Sementara itu di kamar Clara...

"Ini minum lagi!"

"Ukh..."

Clara di paksa meminum air yang aneh oleh paman Joey. Setelah di paksa meminum badan Clara langsung melemas dan Clara merasa seluruh badannya memanas. Clara langsung jatuh terduduk dengan lemas.

"Apa... itu... ta-tadi...?" Tanya Clara lemas.

"Hanya racun yang biasa." Jawab paman Joey santai

"Racun yang mana paman Joey?"

"Racun yang mana lagi...
Eh?"

Paman Joey dan Clara melihat ke sumber suara. Ternyata yang berbicara itu Len. Len terlihat sangat marah.

"Oh... ini dia pahlawan kesiangan... dari mana saja kau?" Tanya paman Joey.

"Len... mengapa... kau... ke... sini?" Tanya Clara yang berusaha duduk tegak tetapi gagal.

"Clara-sama!" Seru Len.

"Eit... kau tak boleh menyentuh mawarku." Kata paman Joey yang menghalangi Len dengan pedang.

Len melihat paman joey dengan tatapan marah.

"Oh.... menakutkan... hahaha apa yang bisa di lakukan anak kecil sepertimu hah?!" Tanya paman Joey sambil menyiapkan pistolnya.

"Len.... pergi... larilah...." kata Clara lemas.

"Tidak! Aku tidak akan lari lagi." Kata Len mantap.

"Ho~.."

"LEN! PERGILAH! AKU... aku tak mau... kau... terlibat..." kata Clara sambil mencoba duduk tegak lagi.

"Clara-sama." Panggil Len.

Clara menoleh ke Len. Ternyata Len sedang tersenyum melihat Clara.

"Clara-sama sudah menyelamatkan aku. Bukankah aku sudah menceritakan itu?" Tanya Len tetap tersenyum.

"Aku juga ingin menolong Clara-sama bukan untuk membalas budi. Tetapi karena aku di pilih Clara-sama untuk menjadi butler Clara-sama bukan? Jadi aku pasti akan melakukan apapun untuk menyelamatkan majikanku yang berharga. Aku pasti mengeluarkan Clara-sama!" Kata Len panjang Lebar.

Clara yang mendengarkan itu meneteskan air mata haru sambil tersenyum.

"Terima kasih Len." Kata Clara sambil tersenyum senang.

"AHAHAHAHA.... HAHAHAHA... Kau lucu sekali Len. Apa kau yakin bisa mengalahkanku?" Tanya Paman joey.

"Kalau Len... pasti... bi- ah!" Clara yang berusaha berdiri terjatuh lagi.

"Clara-sama!" Len langsung berlari ke arah Clara.

"Clara-sama, bertahanlah!"

"Aku... tidak apa-apa." Kata Clara sambil tersenyum.

Lenpun ikut tersenyum.

Tiba-tiba Clara kaget bercampur takut sambil melihat ke arah belakang Len. Len penasaran akhirnya menengok apa yang ada di belakangnya.

Ternyata paman Joey sedang mengarahkan pistolnya ke arah Len dan siap membidik Len.

Len memeluk Clara untuk melindunginya. Len dan Clara menutup matanya dan bersiap dengan apa yang akan terjadi.

Dor!

Clara sedikit membuka mataanya dan menengok ke atas. Tak ada yang terluka. Len masih hidup.

"Hah... hah... hah.... untung.... masih sempat..."

"ALEX!" Panggil Clara dan Len bersamaan.

Ternyata tadi Alex menembak pistol milik paman Joey.

"Apa kalian baik-baik saja?" Tanya Alex kawatir.

"Aku baik, tapi Clara..."

"Aku baik-baik sa-ah!...." kata Clara lemas sambil mencoba berdiri tetapi tetap gagal, kakinya terlalu lemah untuk berdiri.

"Clara-sama!"

"Clara hime!"

"Jangan memaksakan dirimu." Kata Len kawatir.

"Kau..." Alex melihat paman Joey dengan kesal.

"Dasar bocah. Kau menganggu." Kata paman Joey sinis.

Paman Joey lalu mengambil pistol lagi entah dari mana dan mengarahkan ke arah Alex. Alex juga mengangkat pistolnya ke arah kepala paman Joey. Tiba-tiba paman Joey mengangkat tangan kirinya yang ternyata memegang pistol dan mengarah ke arah Len dan Clara.

"Kau! Sebenarnya berapa pistol yang kau punya hah?!" Tanya Alex marah.

"En... kira-kira masih ada 3." Kata paman Joey santai.

Clara, Len dan Alex kaget. Mereka hampir membeku.

"Jadi... jika kau menembakku, aku akan langsung menembak salah satu dari mereka..."

Len langsung makin erat melindungi Clara.

"...jika kau bergerak, akan aku tembak juga." Sambung paman Joey sambil tersenyum sinis.

Suasana menjadi hening dan membeku. Tak ada yang bergerak 1 milimeter pun. Len dan Alex berusaha untuk melindungi Clara. Pama Joey hanya akan bergerak jika ada yang bergerak.

Tiba-tiba Clara terbatuk dan refleks menutup mulutnya dengan tangannya. Ada sesuatu yang keluar melalui sela-sela jarinya. Darah.

"CLARA-SAMA!"

"CLARA HIME!"

"Ha~ah akhirnya mawar yang paling baguspun akan layu. Padahal aku belum melakukan apapun padanya." Kata paman Joey dengan nada menyesal.

"Apa maksudmu?!" Tanya Alex bingung.

"Apa yang akan terjadi pada Clara-sama?!" Tanya Len panik.

"Clara hime...?"

"Layu. Dia akan layu dan terjatuh di tanah. Kalian pasti mengerti maksudku. Maksudku, Clara sebentar lagi akan ma-ti." Kata paman Joey santai.

"Kau..."

"A..-lex... ja-ngan... ku... mohon..."

"Maaf... Clara hime..."

Alex langsung berlari ke arah paman Joey. Paman Joey juga langsung membidik Alex, tetapi Alex bisa menghindari bidikan paman Joey dengan lincah. Akhirnya Laex diam sesudah berada di dekat paman Joey dan mengarahkan pistol yang dipengangnya ke arah kepala paman Joey.

"Skakmat!"

"He~."

Dor!

Mata Clara, Len dan Alex membulat saat melihat paman Joey tau-tau sudah ada di samping Alex dan mengarahkan pistolnya tepat di samping kepala Alex.

"ALEX!" Panggil Clara dan Len.

"Ini baru namanya

Skakmat."

Dor!

Tubuh Alex terjatuh beberapa detik setelah bunyi tembakan. Setelah terjatuh tidak ada respon sama sekali.

"ALEX!" Teriak Len, walaupun dia tau kalau dia teriak tidak akan terjadi apapun.

"Tidak... mung..-kin... Alex sudah... ukh!" Tiba-tiba Clara merasakan sakit di dadanya yang sangat menyakitkan.

"Clara-sama... ada apa?" Tanya Len kawatir lagi.

"Sakit... sakit sekali..."

"Sekarang giliranmu bocah kesiangan!" Kata paman Joey yang kelihatannya marah.

Len hanya melihat paman Joey dengan pandangan menusuk.

Tiba-tiba Clara kehilangan keseimbangan dan terjatuh begitu saja.

"CLARA-SAMA!"

"CLARA-SAMA! Kumohon bertahanlah! Clara-sama! CLARA!" Panggil Len yang mulai meneteskan air mata.

Clara POV

Oh...
Len.. dia memanggilku Clara.
Senang. Aku sangat senang.
Andai saja aku bisa bergerak.
Aku akan memelulnya.
Aku ingin mengusap air matanya itu.
Sayangnya aku tak bisa bergerak.

Dor!

Tembakan?!
Siapa?Siapa menembak siapa?
Len?Kenapa dia jatuh?
Jangan-jangan Len sudah.... tertembak?
Tidak... tidak mungkin...
Apakah ini semua berkakhir di sini begitu saja?
Aku adalah majikannya.
Seharusnya aku bisa menjanjikan kehidupan yang baik bagi mereka.

Aku merasa pengelihatanku mulai buram karena air mata.

"Clara!" Panggil paman Rey.

Gomennasai... Len... Alex...

"Clara! Bertahanlah!" Teriak tante Amelia.

Kamisama... onegai...

Pengelihatanku mulai menghitam dan aku tak tau apa yang terjadi selanjutnya.

-  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -  -

"Asuka! Bagun!"

Aku langsung membuka mataku lebar dan langsung duduk di kasur.

"Okaasan, Ima nanji?" Tanyaku kaget.

"Tenanglah, kau belum terlambat. Tapi kau akan terlambat jika kau tidur lagi" kata okaasan sambil tersenyum lalu keluar dari kamarku.

"Mimpi?"

Hiyah... akhirnya sudah sampai sini juga hehehehe...
Gomennasai karena arthornya maunya sampe sini jadinya memakan waktu lama deh...

C:"kalau sudah ada target seharusnya lebih cepat dong. Jangan ngaret!"
A:"maafkan aku!"

Oke vomentnya y... di tunggu lanjutannya...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro