Ch. 1 - CEO Menyebalkan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Kepalanya menghadap ke atas sedikit. Oke, nice!" Sang fotografer terus membidikkan kameranya ke arah seorang model wanita yang berada di depannya. "Sekali lagi. Satu, dua, tiga. Oke, nice!"

Model cantik itu menatap sang fotografer yang berjalan menghampirinya. "Apa hari ini sudah selesai?"

Fotografer itu mengangguk singkat. "Ya, pemotretan hari ini cukup sampai di sini. Terima kasih, Hyun Ae-ssi."

Choi Hyun Ae menampakkan senyum manisnya. "Sama-sama. Kalau begitu, aku akan pulang sekarang."

Sang fotografer mengangkat kameranya di hadapan Hyun Ae. "Kau tidak penasaran dengan pemotretan hari ini?"

"Aku tidak perlu melihat hasilnya karena aku tahu hasilnya akan sangat memuaskan. Tolong kirimkan saja file-nya melalui email," sahut Hyun Ae terdengar sombong.

"Astaga. Orang-orang yang bernaung di bawah MSC Entertainment memang tidak bisa diragukan lagi kualitasnya." Pria itu menggeleng kecil disertai senyum tipis.

Lagi, Hyun Ae mengulum senyum. "Saya permisi." Dia berjalan menjauhi kerumunan. Gadis dua puluh lima tahun itu tidak menyangka jika manajernya sejak tadi membuntuti dirinya. "Apa hari ini ada jadwal lagi?"

Kim Soo Hee menggeleng pelan. "Eopseo. Kau bisa beristirahat dengan cukup malam ini."

Hyun Ae membalikkan tubuhnya dan memeluk Soo Hee dengan senang. "Ah, gomawo, Eonni. Akhirnya aku bisa menikmati drama kesukaanku tanpa diganggu oleh jadwal yang super padat."

Soo Hee terkekeh geli. "Kalau begitu, kau mau mengambil cuti?"

Hyun Ae melepaskan pelukannya dan menatap Soo Hee dengan horor. "Mwo? Shirreo!" ucap Hyun Ae cepat. "Aku masih membutuhkan uang untuk membiayai hidupku. Kalau bukan aku yang bekerja keras untuk mencukupi semua kebutuhanku, lalu siapa lagi? Memangnya akan ada pangeran berkuda putih yang tiba-tiba datang melamarku dan menjadikan aku permaisuri di kerajaan cintanya?"

Soo Hee menggeleng-gelengkan kepalanya. "Tidakkah kau sadar kalau dirimu menjadi standar kecantikan seseorang untuk dijadikan kekasih? Laki-laki di luar sana seringkali berkata kepada perempuan bahwa mereka harus secantik dan seseksi Choi Hyun Ae."

Hyun Ae tertawa hambar. "Standar mereka terlalu tinggi. Aku jadi kasihan dengan pasangan mereka jika harus dibanding-bandingkan dengan aku. Aku takut mereka mempunyai rasa tidak percaya diri yang akan berdampak untuk kehidupan mereka ke depannya."

Soo Hee menjawab, "Ya, kita tidak bisa mengontrol mulut orang lain, Ae." Saat Hyun Ae hendak masuk ke mobilnya, Soo Hee menepuk keningnya. "Ae, tunggu sebentar!"

Hyun Ae mengurungkan niatnya untuk masuk ke mobil. "Waeyo, Eonni? Jangan bilang kalau—"

"Presdir ingin bertemu denganmu," ucap Soo Hee lesu.

"Ha? Presdir galak itu?" tanya Hyun Ae terkejut. "Ya Tuhan, dia mau apa lagi? Terakhir kali aku bertemu dengannya adalah dua hari lalu dan aku dimarahi habis-habisan olehnya, Eonni. Alasannya sangat tidak masuk akal, hanya karena aku melakukan photoshoot dengan menggunakan pakaian seksi." Gadis itu memutar kedua bola matanya dengan malas.

Soo Hee menatap Hyun Ae dengan tatapan yang sulit dijelaskan. "Sebaiknya kau temui dia sekarang atau dia akan nekat mendatangi apartemenmu."

Hyun Ae mendesah pasrah. "Tidak bisa besok saja, Eonni?"

Soo Hee menggeleng. "Sayangnya, kau tidak bisa menentukan kapan kau akan bertemu dengan Presdir, Ae. Saranku, kau memang harus menemuinya hari ini jika kau ingin melewati harimu besok dengan tenang."

Hyun Ae menggeram kesal. "Arraseo. Aku akan ke kantor agensi sekarang. Sampai jumpa, Eonni! Doakan aku agar tidak mendapat amukan tak jelas lagi darinya." Dia masuk ke mobil dan memacu kendaraannya menuju MSC Entertainment.

***

Bunyi pintu diketuk dari luar, membuat pria itu mengalihkan pandangannya dari laptop di hadapannya. "Masuk!" ucapnya dingin.

Hyun Ae membuka pintu kayu mahal itu perlahan dan menyembulkan kepalanya. "Permisi, Sajangnim. Saya mendengar kabar dari manajer saya kalau Anda meminta saya untuk menemui Anda setelah pemotretan selesai," ucapnya dengan sopan.

Pria itu membenarkan letak kacamatanya yang sedikit turun. "Eo, Hyun Ae-ssi. Ya, aku memang meminta Soo Hee untuk memberitahumu agar langsung ke sini setelah acara pemotretan selesai."

Hyun Ae mengangguk sopan. "Ne, Sajangnim."

Pria itu menatap Hyun Ae datar. "Kenapa kau hanya berdiam diri di situ? Kau tidak pegal setelah seharian berdiri untuk pemotretan dan sekarang kau berdiri di pintu masuk ruanganku?" tanya pria itu sarkastis.

Hyun Ae sedikit memutar kedua bola matanya. "Maafkan saya, Sajangnim. Tapi, Anda belum menyuruh saya untuk masuk."

"Astaga!" Dia menggeram pelan. "Memangnya kau sudah berapa kali masuk ke ruanganku, eh? Sampai untuk masuk saja harus menunggu disuruh. Memangnya kau pembantu yang harus menunggu perintah dulu?"

Ya Tuhan, seandainya saja dia bukan pimpinan tempat aku mencari uang, aku sudah menghajarnya dari dulu! ucap Hyun Ae dalam hati.

"Baik, Sajangnim. Saya masuk." Hyun Ae berusaha untuk mengatur nada bicaranya.

"Ya tinggal masuk saja," sahut lelaki itu tak acuh.

Hyun Ae melangkahkan kedua kaki jenjangnya memasuki ruangan. Ruangan tersebut memiliki dua perpaduan warna, putih dan abu-abu. Hampir semua perabotan di ruangan sang pimpinan agensi berwarna putih dan abu-abu. Sangat melambangkan kepribadiannya yang maskulin.

Hyun Ae berdiri di dekat meja kerja lelaki itu. "Sajangnim, apa–apa saya boleh duduk? Maaf, tapi sejujurnya kedua kaki saya terasa pegal dan kebas." Hyun Ae malu mengatakan hal ini, tetapi dirinya benar-benar merasa kedua kakinya tidak menapak di lantai.

"Duduklah." Suara lelaki itu terdengar sedikit lembut. Oh, atau mungkin kedua telinga Hyun Ae yang salah mendengar?

"Aku lihat dari data terbarumu, beberapa minggu ke depan jadwalmu akan sangat padat," ucap lelaki itu membuka suara setelah lima menit mereka berdua dilanda keheningan.

"Ya, Sajangnim," jawab Hyun Ae singkat.

"Kau lelah?" Pertanyaan atasannya membuat Hyun Ae menaikkan satu alisnya. "Kalau kau merasa lelah, kau bisa mengambil cuti beberapa hari."

"Tidak, tidak." Hyun Ae menggeleng cepat. "Saya ... saya sama sekali tidak merasa lelah. Saya masih sanggup mengerjakan semua sesuai jadwal meski harus sibuk selama satu bulan penuh."

"Kau yakin?" tanya lelaki itu sangsi. "Kau tidak perlu menutupi semuanya, Choi Hyun Ae-ssi."

"Saya sangat yakin. Jadi, Anda tidak perlu membuat saya mengambil cuti," sahut Hyun Ae mantap.

Pria itu berjalan menghampiri Hyun Ae dan berhenti tepat berhadapan dengan gadis itu. Dia memiliki tinggi seratus delapan puluh tiga sentimeter dan terlihat jelas sekali perbedaannya jika berdiri di dekat Hyun Ae. "Kau ini benar-benar keras kepala, ya." Tanpa tedeng aling-aling, lelaki itu menyentil kening Hyun Ae.

Refleks, Hyun Ae memegang keningnya. "Sajangnim, Anda tidak bisa seenaknya menyentuh saya!" sentak Hyun Ae kesal. "Jangan karena Anda pemilik agensi, Anda bisa melakukan apa pun tanpa rasa bersalah. Saya masih punya harga diri."

Lelaki itu tergeming mendengar ucapan Hyun Ae. "Wah! Padahal aku hanya sekadar menyentil keningmu saja, bukan menyentuh gundukan besar di dadamu itu," bisiknya tepat di telinga kiri Hyun Ae.

Hyun Ae langsung menjauh darinya. "Jika tidak ada yang ingin Anda bicarakan lagi, saya permisi pulang. Saya harus mendapatkan tidur yang berkualitas." Dia berjalan keluar dari ruangan itu. "Dasar Marcus Sean Cho sialan! Jantungku tidak bisa dikontrol!" []

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro