16-11-2019

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tema hari-16: "Surat untuk Mantan"

...

Tak Disangka ...

Airin berjalan mondar-mandir seperti bukan dirinya yang selalu tenang. Pagi itu ia terlihat gusar dan kebingungan. Adira dan Danny bahkan ikut khawatir melihat gadis itu, terlebih Danny yang tampaknya tidak mengetahui apa-apa.

"Sudahlah, Rin," kata Adira yang lelah melihat orang di depannya. "Abaikan saja."

"Memangnya apa yang sedang terjadi, sih?" tanya Danny penasaran sambil menyesap kopi paginya.

"Ia dapat surat."

"Surat? Dari siapa?"

"Mantannya—" Semburan kopi panas Danny tidak bisa Adira hindari. Dia berteriak dan langsung berlari ke kamar mandi.

"Airin punya mantan?!"

"Bisa kalian diam? Aku sedang mencoba berpikir di sini," komentar Airin dingin.

"Aku tidak pernah tahu kau punya mantan," timpal Danny sambil meniup-niup kopinya.

"Karena aku memang tidak pernah membicarakannya," sahut Airin masih mondar-mandir.

"Dia mantan pacar sekaligus mentornya," ucap Adira yang telah keluar dari kamar mandi dan bergabung kembali bersama mereka. Kali ini pria itu menutup mulut Danny sebelum kopinya kembali tersembur.

"Lalu kenapa kau sangat gelisah?" Danny bertanya lagi.

"Dia ingin bertemu denganku lagi." Airin duduk di kursi dekat kedua pria itu. Memijat pelipisnya yang pening.

"Lalu apa masalahnya? Tulis saja surat balasan kalau kau tidak mau bertemu dengannya," saran Danny tanpa tahu masalah yang sebenarnya.

"Kuharap bisa. Namun, dia berkata kalau aku tidak membalas surat itu, dia tidak akan berhenti menggangguku."

"Apa yang dia inginkan?" Sekarang giliran Adira yang bertanya.

"Dia ingin bertemu denganku dan bertarung. Kalau aku kalah, aku harus kembali ke dalam pelukannya. Kalau aku menang, dia tidak akan mengusikku lagi, selamanya." Tidak ada kopi yang tersembur lagi dari mulut Danny karena memang sudah habis.

"Klise," cibir Adira.

"Jawab saja tantangannya. Tulis seperti ini, 'Aku menerima tantanganmu, Sayang. Tapi sayangnya kali ini tidak akan ada lagi panggilan sayang untukmu karena aku akan menang. Selamat tinggal, Sayang.'. Aku yakin kau akan menang, aku saja sering kalah melawanmu."

"Mudah mengatakannya, Dan." Gadis itu menutup wajahnya dengan tangan. "Dia itu mentorku. Aku tidak pernah sekali pun menang darinya."

"Hey, hey. Mana Airin yang kukenal? Seharusnya kau itu percaya diri," kata Danny khawatir. "Kami akan membantu. Benar, kan, Dira?" Pria itu melirik Adira yang ada di sebelahnya.

"Tentu saja."

"Sekarang balas surat itu dan kita akan menendang bokong mantanmu," ucap Danny berapi-api. Airin yang melihat itu hanya bisa tersenyum kecil; senyum yang tak pernah ia perlihatkan.

"Baiklah," kata Airin seraya mendekati komputer.

-oOo-

A/N

Kenapa yang ketulis malah mantan pacar, aku kan gak bisa romens D:

Ah, sudahlah. Terlanjur. Lagi-lagi ada yang OOC di sini. Gak apa-apalah, gak ada yang nyadar ha ha.

Wah, nggak kerasa sudah melewati setengah bulan. Semoga saya masih bisa bertahan. '-')9

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro