empatbelas: [Manusia bar-bar]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Laura's POV

Asik banget ngeliat Pangeran ngedrama sama gundik pertama alias gue males nyebut namanya karena kebagusan.

Pangeran natap dia cuek banget, sedangkan si gundik ngemis-ngemis pengen balikan. Gue? Makan somay sama bekal yang di bawain Ka Revan buat gue.

Tentunya gue sisain buat Pangeran karena gue baik hati dan tidak sombong sama sekali.

Pangeran natap si gundik dingin banget karena dia paling ga suka cewe drama. Tapi tetep aja dia pacarin yang model drama begini. Kan heran akutu.

"Pang! Tar lagi istirahat abis, gue makan semua nih." Gue yang dari awal bodo amat sama itu titisan demit. Jadi ngajak Pangeran makan dengan tidak berdosanya.

Kasian perut Pangeran yang kotak-kotak tidak di beri asupan. Nanti kalo ilang, pamor dia ilang, ladang pahala ku alias cewe-cewe julid ilang. Kan sedih.

Pangeran dengan budimannya ngikut makan bareng gue sambil sesekali ngasiin gue kol yang di siomay karena dia gak suka tapi aku cinta mati. Sama kol ya, bukan sama Pangeran bergundik seribu ini.

Terus aku dengan cantiknya menerima suapan Pangeran sambil senyum. Baik sekali manusia usil ini padaku.

Kalo nanya gundik itu kondisinya gimana, kayanya hatinya lagi krisis kecintaan. Ngeliat mantannya yang baru di pacarin bentar udah mesra-mesraan sama bahan gibahnya.

Maaf sayang. Suruh siapa ga bisa jadi sahabat cogan. Ups.

Gue ga merhatiin dia lagi sumpah karena terpesona dengan kotak bekal sangat enak ini. Sering-sering aja apa ya gue ngambek ama si Revan?

Ga ah. Kasian. Akukan punya hati yang baik hati.

'Brakk'

Serius gue lagi makan, tiba-tiba udah di lantai aja. Asli sakit bor.

"Aaaahhhkk!" gue reflek teriak gitu karena kaki gue yang kiri kelipet dan ketimpa badan gue. Gue jatuh ke kiri gitu.

Karena awalnya mungkin mau nahan tapi ga jadi, jadinya kaki gue kelipet ke belakang gt dan gue timpa.

Sakit gan. Ga main-main. Gue nangis saat itu juga. Pangeran kaget demi apapun karena sekelas adem ayem aja.

"LO KENAPA SI NYET?!" teriak Pangeran gede banget, kayanya pelakunya Clara. Pangeran itu jarang banget gunain kata kasar ke cewe. Kalo gue ga masuk itungan cewe kali ya.

Tapi kalo dia udah ngomong kasar sambil teriak, marahnya udah di ubun-ubun siap meluncur. Aw. Masi bisa ngelawak gue.

Terus gue dibantuin sama anak-anak cowo di kelas gitu, mau di angkat.

"SAKIT, JANGAN. SAKIT..." gue teriak begitu. Serius gue gamau gerak. Ini sakit banget asli.

Terus semua orang panik karena teriakan gue, pada manggilin guru. Gue ga ngeliat apa-apa lagi selain merem sambil nangis gamau di bediriin karena sakit banget asli.

*.*.*

Author's POV

Laura sekarang menjadi pusat perhatian karena terduduk di lantai sambil berteriak kesakitan.

Bukan hanya Laura yang menjadi pusat perhatian, tetapi juga Clara dan Pangeran. Lebih kepada Clara yang dengan sengaja mendorong kursi Laura.

Pangeran maju ke depan Clara dan mencengkram lengan Clara kuat.

"Lo ngapa?!" Pangeran terlihat menahan amarahnya kepada Clara. Semua perempuan yang berada disana meringis melihat keadaan Clara yang menahan sakit dan tangisnya.

"JAWAB GUE NYET!" teriak Pangeran murka. Dia tak menatap Laura sama sekali karena amarah yang menyelimutinya lebih kental dari rasa apapun sekarang ini.

"Gue gak sengaja..." cicit Clara ketakutan melihat wajah Pangeran tidak menunjukkan adanya rasa persahabatan sedikit pun.

"Gak sengaja? Lo idiot apa gimana? Jawaban lo gak masuk akal sama sekali. Semua disini tau lo dengan SENGAJA ngedorong Laura." Pangeran berucap dengan penuh penekanan.

Clara hanya diam dan menunduk.

Guru-guru datang dan menghentikan semua aksi yang sekarang mereka lakukan.

"Aakkhh! Bu sakit!" Laura berteriak dengan nyaring saat guru UKS menanganinya.

Pangeran mengalihkan pandangannya dari Clara menuju Laura. Laura terlihat menangis kesakitan saat guru UKS mulai mengangkatnya.

Pangeran mengikuti Laura keluar dan membawa semua barang Laura. Papa Laura juga sudah di panggil. Tentunya ada Revan yang setia mendampingi.

Pangeran di perbolehkan untuk ikut ke rumah sakit. Clara? Dia digiring ke ruang BK untuk dimintai keteragan.

*.*.*

Pangeran setia menunggu pemeriksaan Laura bersama Andrico dan Revan. Dia tak perduli akan di marahi lagi dengan Andrico.

"Pulang sana, lo kan masih sekolah." Revan yang membuka pembicaraan kepada Pangeran.

"Gue bakal disini sampe tau Laura gimana." Pangeran benar-benar berbicara datar. Berbeda dengan dirinya saat tertangkap basah tetap mendekati Laura.

Andrico menatapnya dalam. Pangeran benar-benar menganggap Laura temannya. Dan jahatnya Andrico melarangnya bermain bersama Laura.

"Kamu bener-bener khawatir sama Laura?" tanya Andrico. Pertanyaan Andrico bisa dikatakan bodoh. Memang bodoh. Pangeran saja sampai melongo.

"Iya om." Pangeran tidak ingin di usir dari rumah sakit ini, makanya menjawab dengan singkat sambil mengangguk. Padahal ingin sekali Pangeran memaki Andrico saat ini.

"Untung bapaknya Laura lu. Kalo engga, udah gue kata-katain. Yakali gue ga khawatir sampe nekat begini. Sarap." Ucap Pangeran dalam hati.

"Saya mau ke kantin rumah sakit dulu, belum makan siang karena keburu di telpon sekolah Laura. Kamu mau ikut Revan?" tanya Andrico pada Revan. Dan respon Revan hanya menggeleng kemudian Andrico menghilang dari pandangan mereka.

Pangeran lega karena Andrico tak melarangnya untuk menunggu Laura di periksa di UGD.

*.*.*

Haaaiiii!!! Udah lama gak nge up. Jangan lupa vote dan commentnya yaaa.
Thankyouu


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro