Lima : [sekre Papa kok tampan?]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Laura's pov

Oke gais, setelah perdebatan panjang antara Laura cantik dan Papa buluk, Laura akhirnya memutuskan untuk ikut Papa ke kantor. Demi menjaga kelangsungan hidup Papa dari cabe-cabean.

Karena Laura orangnya pengertian, jadi Laura gandeng tangan Papa. Tujuannya agar dia tidak hilang dari peradaban. Hehe. Terus kita jalan dong dari bawah sampe ke atas.

Sesampainya di depan ruangannya Papa, Laura melihat sesosok makhluk Tuhan yang lagi fokus kekomputernya terus alisnya dikerutin gitu.

"Siapa tu?" tanya gue langsung ke Papa. Yang pasti bisik-bisik. Malu.

"Sekretaris Papa. Kan kamu sendiri yang ga mau Papa punya sekre cewe." Ucap Papa dengan nada nyebelin. Iya kalo sekretarisnya cewe, terus muda, ya gamau. Kalo misalnya udah tua, Laura ikhlas!

"Bagus deh... jangan di berhentiin ya Pa. Kasian nanti dia mau beli makanan gimana? Kalo dia jelek dia ga ganteng lagi," Gue bereaksi dengan cepat. Papa geleng-geleng terus senyum.

"Papa tau kamu suka yang begini, biar ga bosen di kantor Papa," ya ampun, sweet amat ini si bapak. Jadi baper...

"Eh Pak! Maaf saya gak sadar Bapak di depan pintu." Ucap si sekretaris Papa sambil nunduk gitu.

"Santai aja. Oh iya ini anak saya, Laura." Ucap Papa sambil ngenalin gue, terus gue senyum. Dia juga ikutan senyum terus Papa ngajak gue ke dalam kantornya.

Gue nurut aja, sekalian pengin tidur. Gatau kenapa abis ngeliat cogan tenaga gue serasa ke kuras gitu. Ga ngerti lagi.

***
Author pov

"Revan, Laura sedang tidur di dalam. Kalau dia nyari saya, kamu temanin dia dulu ya. Saya mau rapat sebentar." Ucap Andrico setibanya di depan ruangan sekretarisnya.

Revan—nama sekretarisnya—langsung menganggukkan kepalanya pertanda mengerti apa yang harus dilakukannya.

"Kalau sudah makan siang, kamu langsung ajak dia pergi makan siang saja ya. Terserah kamu di mana, dia suka apa aja soalnya." Ucap Andrico sambil menepuk pundak Revan yang sedari tadi mengangguk terus.

"Van, jangan ngangguk mulu. Kalo otak kamu tiba-tiba jatuh kebawah gimana? Kan serem saya mungutinnya." Seloroh Andrico pada Revan yang tiba-tiba kaku karena kepergok mengangguk terus-terusan.

"Eh iya, Pak...," ucap Revan dengan wajah segan. Andrico tersenyum, "kamu anggap saya kaya abang kamu aja. Saya ga begitu tua dari kamu kok...,"

Andrico langsung meneruskan langkahnya meninggalkan Revan yang termenung. Kenapa bosnya yang satu ini sangat ramah?

Tak lama setelah Andrico pergi, ruangannya tiba-tiba mendadak ribut dengan musik dan teriakan Laura.

"SUAMIKUH..."
"Ya ampun sayang! Ngapa di buka-buka nanti masuk angin!"
"Astaga badannya, bawa aku bersamamu sayang,"

Revan hanya tersenyum saat mendengar ocehan Laura yang sangat melantur kemana-mana. Juga senyum Laura yang lebar mulai menarik perhatiannya.

Tiba-tiba dering telpon Laura menyadarkan dia dari laptop ayahnya. Dan juga Revan yang sedari tadi memperhatikannya diam-diam.

"Apasih, Pa." Laura menatap Laptopnya dengan kening mengkerut.

"Iya baru bangun." Ucapnya lagi, kali ini dengan senyum yang tipis. Tentunya tertuju kepada laptop yang sedang dimainkannya.

"Papa pulangnya sore? Aku makannya gimana? Papa tega nyuruh aku makan sendiri? Kalo misalnya aku keluar terus  diculik om-om gimana?" Laura mulai mengoceh lagi. Karena kesal dengan tangan satu yang memegang telponnya, akhirnya Laura memilih untuk menghidupkan loud speaker pada telpon pintarnya.

"Yaudah kamu diem aja deh di situ. Nanti Papa suruh Revan bawain makanan aja. Kalo ga mau keluar. Padahal Papa udah nyuruh Revan buat nemenin kamu makan siang sekalian sama dia." Ucap Andrico di sebeang sana.

"Eh! Kalo gitu aku rela makan siang di luar deh Pa. Kan aku harus pengenalan diri gitu sama Ka Revan. Papa jangan suruh dia bawain makanan oke!" Laura dengan cepat menyanggah usulan Andrico secepat cahaya bergerak.

"Yaudah Papa tutup ya, Papa rapat dulu. I love u...,"

"Hati-hati Papa... i love my oppa more...,"

"Papa potong uang jajan kamu ya!"
"Love u too Papaku, yang semangat ya kerjanya, biar bisa beliin aku album comeback suamiku yang baru...,"

Setelah perbincangan yang menarik menurut Revan, akhirnya Revan mengetuk pintu yang sengaja di buka sedikit oleh Andrico.

'Tok tok tok'

Laura menoleh ke arah Revan yang menatapnya dengan senyuman manis. Laura mendadak salah tingkah dibuatnya.

"Laura, saya mau pergi makan. Kamu, mau ikut atau nanti saya bawain aja?" tanya Revan pada Laura. Padahal dia sudah tahu bagaimana jawaban Laura kedepannya.

"Ikut aja, kan kasian Kakak kalau bawa makanan aku. Aku makannya banyak loh," Laura menaik-turunkan alisnya dengan kelakar. Revan berusaha menjaga imagenya agar tetap keren dimata Laura.

"Ayo kalau gitu," ajak Revan sambil menutup pintu yang sudah Laura lewati dan menguncinya.

***

Laura's POV

Susah ya kalo ketemu sama women-women pecinta handsome man. Diliatin mulu Kak Revannya sampe matanya mau keluar kali. Padahal ya, kalau sama Papa gue pasti udah ngusilin ini women-women.

Tapi masa iya gue gandeng tangan Kak Revan tiba-tiba. Kalau dia ilfeel gimana? Bisa hilang harga diri gue.

Akhirnya kita makan disalah satu restoran biasa, ga berbintang. Ternyata Kak Revan humble juga, suka deh Laura.

"Saya tadi dengar kamu nanyi lagu-lagu bahasa korea?" tanya Kak Revan tiba-tiba. Anjir! Gue kira kantor Papa kedap suara. Kenapa bisa sampe keluar.

"Ya gitu, aku lumayan suka." Gue ngomong sok-sokan lumayan. Padahal gue kpopers garis keras teman-teman.

"Saya punya beberapa saudara di Korea, salah satu dari mereka juga ada yang kamu suka." Kak Revan senyum gitukan. Ah sudahlah. Kalo misalnya si Papa ngeliat begini pasti melotot.

Pesonanya itu loh, sama kaya Kang Danielnya gue! Kak Revan itu perawakannya tinggi tegap, putih, pake kacamata, terus juga dia senyumnya manis. Jangan lupa matanya rada-rada kecil gitu.

Ketahuan kan dia orangnya hemat. Mata aja diiritin apalagi keuangannya? Oke Laura mulai melantur!

"Kakak ngomongnya baku banget. Santai aja sama Laura. Laurakan bukan temen kerjanya Kakak...," gue ngomong gitu Kak Revan langsung senyum.

"Kamu sama kaya Papa kamu ya," Kak Revan kalo ngomong kadang suka ambigu. Yaiya gue mirip sama Papa, kalo ga mirip ya gue anak siapa gitu. Masa iya anak dia.

"Kitakan satu hati," gue cuma ngomong begitu sama Kak Revan, terus Kak Revan cuma senyum juga. Abis itu kita makan deh.

Setelah itu dia ngajak gue ke kantor lagi, terus gue diajakin ke kantor lagi. Yaiya masa diajakin ke KUA. Ngimpi kamu Laura!

***
Author's pov

Mereka berdua berjalan berdampingan dengan pelan. Tak lupa dengan bincangan sederhana mereka.

'Brukk'

"Astaga Laura!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro