02. Jepitan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aku kembali mengetik naskahku, padahal perutku sudah minta diisi. Kenapa mas-mas grab lama sekali memesan makananku? Ahh, daripada memikirkan mas-mas grab, lebih baik aku melanjutkan cerita ini. Oh, iya, tadi sampai mana ya? Sampai ... Khana menelpon Talita!

Selamat membaca kembali!

=====

My Imagination :
Love Without Problem
03. Jepitan
__________________
Ternyata kamu romantis

=====

"HAH?!" Talita kaget bukan main. Gadis itu menjauhkan ponselnya dan membaca nomor yang menghubunginya. Benar, itu nomor yang tidak dikenal. Yang artinya itu bukan Celine, itu Khana!

Astaga, Talita malu demi apapun. Tiba-tiba nyosor ngomong padahal itu Khana. Mau ditaruh di mana muka Talita sekarang? Memalukan sekali memang. Mungkin ini kesialan karena Celine, memang sahabatnya itu pembawa sial! Menyebalkan!

"Hallo." Khana mencoba mencari tahu apakah Talita masih di sana.

"Eh, eh, sori ya tadi gue kira lo Celine. Maaf yaa," ujar Talita.

"Oh, nggak papa."

"Lo ngapain nelpon gue?" tanya Talita. Di pikiran Talita kini sudah membayangkan bahwa Khana akan menembaknya dan mereka akan berpacaran. Ah, sepertinya akan seru berpacaran dengan Khana.

Baru saja Talita ingin tersenyum karena khayalannya itu, tiba-tiba jawaban Khana membuat mood Talita menjadi hancur.

"Maaf lancang minta no telpon lo ke temen gue. Abis lo tadi udah pulang. Soalnya gue mau balikin jepit rambut lo yang jatuh pas tadi kita tabrakan," kata Khana.

Talita tersenyum kecut. Itu jepit rambut pemberian Arya, tidak dikembalikan juga Talita tidak apa-apa. "Buang aja, nggak guna," ujar Talita.

"Loh, kenapa?" tanya Khana.

Ahh, Talita keceplosan. Seharusnya ia tidak bilang begitu ke Khana, kalau Khana tau Talita baru saja habis diputuskan oleh Arya bagaimana? Kan malu.

"Nggak papa, udah nggak suka aja," ujar Talita.

"Apa gara-gara udah jatuh? Sori banget ya Tal, gue udah jatuhin barang lo," ujar Khana merasa bersalah.

Apaan nama Talita disingkat jadi 'Tal', itu sangat mengusik dirinya mengingat tinggi badan Talita yang tidak tinggi. Itu sama saja menghina Talita pendek. Biasanya orang-orang akan menyikat namanya menjadi 'Ta', ini kenapa harus 'Tal'? Nggak sekalian Tali saja?

"Iya nggak papa," ujar Talita. Ia sekarang sudah terlanjur kesal kepada Khana.

"Maaf ya, nanti gue ganti deh," kata Khana.

"Eh, nggak usah," tolak Talita. "Beneran nggak papa kok," kata Talita lagi.

"Oh ya udah," ujar Khana.

"Iya."

Sambungan pun terputus.

=====

TALITA datang agak siang sekarang. Itu karena kemarin gadis itu bergadang untuk membuat tugas matematika. Gara-gara ulangan biologi, tugas matematika jadi ia lupakan.

Gadis itu pun berjalan menyusuri koridor. Ini adalah tahun ketiga ia sekolah di sekolah ini. Ternyata tiga tahun bukan waktu yang lama, tapi bukan waktu yang singkat juga. Entahlah, waktu itu memang susah dijelaskan. Kadang berlalu cepat saat kita tertidur, kadang berlalu lama saat kita menunggu.

Daripada membahas soal waktu, lebih baik kita membahas soal sebuah kotak yang ada di kolong meja Talita.

"Kado lagi?" tanya Celine.

Talita mengangguk. Ini bukan hal yang wah lagi. Semua orang juga sudah biasa melihat tumpukan kado di meja Talita. Tapi sekarang cuma satu dan itu ada di kolong. Tumben, bisanya banyak kado yang ada di atas mejanya.

"Cel, mau?" tawar Talita.

"Nggak ah, kamar gue udah penuh jadi penampungan kado lo," ujar Celine. Gadis itu masih sibuk menyalin tugas matematik. Pantas saja Celine tidak bertanya tentang kejadian kemarin.

Talita pun membuka kotak kecil tersebut. Isinya sebuah jepitan. Kenapa ada yang memberinya jepitan? batin Talita bingung.

Oh, di sana juga ad kertas kecil yang dilipat. Talita pun mengambil kertas tersebut dan membuka lipatnya. Gadis itu pun mem—

=====

Ahh menyebalkan, di saat ideku sedang mengalir deras begini, mas-mas grab datang dan membunyikan belnya berkali. Dengan kesal aku mengambil dompetku dan berlari keluar rumah. Aku membuka pintu dan kutatap mas-mas grab tersebut dengan sengit. Dan hal itu membuat mas-mas grab tersebut bingung. Dia menyerahkan makanan yang aku pesan lalu mengambil uang yang aku serahkan, setelah itu dia ngacir.

Aku pun menutup pintu gerbang dan berjalan kembali masuk ke kamar ku. Sekarang aku jadi malas melanjutkan cerita itu. Lebih baik aku makan dulu, daripada makanannya menjadi dingin.

Akhirnya aku membuka bungkusan makanan tersebut dan memakannya dengan lahap.

Setelah lima menit, aku selesai makan. Memang aku terbilang cepat kalau urusan makan. Bukannya aku rakus, cuma aku nggak suka membuang waktu hanya untuk makan.

Aku pun kembali ke kasurku dan meninggalkan sampah makanan ku di atas meja. Aku tau sebentar lagi semut akan masuk, dan ibuku akan marah-marah. Tapi aku tidak peduli. Aku pun membaca ketikanku pada bagian terakhir.

=====

GADIS itu pun membaca tulis yang ada dalam surat tersebut.

Ini buat gantiin yang kemarin. Maaf udah ngerusakin. ~Khana

Dua kalimat tersebut bisa membuat Talita berdebar. Ia tak tahu bahwa Khana seromantis ini. Ia hanya mengetahui bahwa Khana orang yang terlalu taat peraturan dan serius. Ia tidak tau bahwa Khana akan benar-benar menggantikan jempitannya itu.

"Kenapa senyum-senyum?" tanya Celine. Walaupun dirinya sedang dalam  keadaan genting —karena tidak membuat PR matematika, Celine masih saja sempat kepo dengan kehidupan sahabatnya.

"Ini jepitan," jawab Talita.

"Dari siapa?" tanya Celine penasaran.

"Dari Khana," jawab Talita lagi.

"Tuh kan bener apa yang gue bilang, lo tuh disukain sama Khana. Ahh, sial, gue ditikung lagi sama lo!" ujar Celine kesal.

Talita menggeleng, "dia nggak suka sama gue. Dia cuma gantiin jepitan gue yang dia rusak kemarin."

"Ah, paling modusan dia doang —eh tapi Khana bukan tipe yang suka modusin cewek, mungkin dia serius sama lo," ujar Celine.

"Ya kali! Lo emang nggak pernah denger kalau Khana nggak pernah suka yang namanya pacaran? Mana mungkin dia mau serius sama gue," kata Talita tak percaya.

"Iya juga ya, lagian mana ada sih orang normal yang mau serius sama lo. Kalau lo diseriusin mah yang ada bikin sakit hati," ledek Celine.

Talita menggentok kepala Celine dengan jepitan di tangannya. "Sembarangan banget lo kalau ngomong!  Mending buat PR nya dulu, Bu Kendal udah dateng tuh!"

Celine pun kelabakan menyalin PR Talita.

Sedangkan Talita sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia memikirkan Khana. Ah, lagi-lagi Talita penasaran kepada lelaki itu.

=====

Ah, capek! Aku merenggangkan otot-otot bahuku yang pegal karena aku menunduk. Ku lihat jam dinding yang menempel di dinding kamarku. Jam tersebut menunjukkan pukul setengah tujuh. Aku tidak tau kalau aku menulis sampai malam begini.

Aku pun keluar dari kamarku. Rumahku gelap, pasti karena saudaraku lupa menghidupkan lampu. Mereka memang asyik dengan dunianya sendiri. Aku malas menceritakan tentang saudaraku, jadi untuk yang satu ini jangan tanyakan aku dulu.

Dengan malas aku berjalan menghidupkan lampu depan. Setelah itu aku berjalan ke kamar mandi. Walaupun aku malas mandi sebenarnya.

Ya sudah, aku mandi dulu, nanti aku sambung lagi ceritanya.

Terima kasih telah membaca!

Z

=====

Update lagi! Jangan lupa vomment ya!

18-04-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro