17. Talita Sakit

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mari lanjut ke cerita!

Selamat membaca!

=====

My Imagination :
Love Without Problem
17. Talita Sakit
_________________________
Sikapmu sungguh membingungkan

=====

DI mobil, Talita menjadi canggung terhadap Khana. Gadis itu merasa bingung harus bersikap apa setelah Khana memeluknya tadi. Talita pun melirik Khana, lelaki itu masih fokus mengendarai mobilnya.

"Maaf ya tadi," kata Khana.

Talita hanya mengangguk samar.

"Gue sama Beby tadi cuma ngobrol-ngobrol doang," jelas Khana padahal Talita tidak meminta penjelasan.

"Oh," ujar Talita singkat. Gadis itu tidak tau harus menanggapi ucapan Khana dengan bagaimana.

Khana pun semakin bingung harus mengatakan apalagi supaya Talita tidak bersikap seperti itu, "besok-besok kalau gue lagi sama siapapun, dan lo perlu sama gue, lo langsung hubungin gue aja. Nanti pasti gue bakalan nyamperin lo langsung," ujar Khana.

Talita hanya mengangguk ragu. Semacam tidak percaya dengan pernyataan Khana. Mana mungkin Khana akan mengesampingkan semua kepentingannya hanya demi Talita.

Beberapa menit kemudian, mereka telah sampai di rumah Khana. Talita pun hendak keluar dari mobil Khana, namun tangan gadis itu dicekal oleh Khana. "Lo marah sama gue?" tanya Khana sambil menatap Talita lekat-lekat.

Talita membuang mukanya setelah beberapa saat, "lepasin Khan," ujarnya merasa tak nyaman.

"Tuh kan, lo marah sama gue," ujar Khana sambil melepas cekalanannya.

"Gue nggak marah, gue ngantuk, jadi gue pengen cepet-cepet tidur," jawab Talita asal.

"Katanya lo nggak susah buat tidur sendiri," ujar Khana.

Talita pun menatap Khana kesal. "Ya terserah gue," kata gadis itu.

"Lo kenapa sih marah sama gue? Gara-gara gue pergi sama Beby?" tanya Khana. "Atau gara-gara kue lo jatuh tadi?" ujarnya setelah mengingat kejadian tadi siang. "Kan gue udah bilang nanti gue ganti, apa perlu sekarang gue beliin?"

Talita mendengus dan menarik tangannya kasar dari genggaman Khana, "kalau lo bisa ganti rasa capek gue buat itu pagi-pagi, gue bakalan maafin lo," kata Talita lalu keluar dari mobil.

Seketika Khana menyadari sesuatu. Talita membuat kue itu sendiri!

=====

SETELAH Talita masuk ke kamarnya, Khana tidak melihat gadis itu menampakkan batang hidungnya. Bahkan saat makan malam pun lelaki itu tidak melihat Talita.

"Talita kenapa nggak keluar?" tanya Ari.

Khana menggeleng, "mungkin nggak laper Ma," ujar lelaki itu. Padahal Khana tahu bahwa Talita tidak ingin melihat dirinya.

"Cari ke kamarnya gih," pinta Ari.

"Mama aja," tolak Khana. Bukannya apa-apa, Khana bingung harus bersikap seperti apa setelah kejadian di mobil tadi.

"Loh, kenapa? Kamu ada masalah sama Talita?" tanya Ari curiga.

Khana terdiam. Kalau pun dia mengatakan tidak, mamanya pasti tahu kalau Khana berbohong.

"Ada masalah apa?" tanya Ari.

Khana masih terdiam.

"Ya udah kalau kamu nggak mau ngasi tau mama, nggak apa-apa kok. Tapi kamu harus nyelesaiin masalah kamu sama dia," kata Ari. "Coba sekarang cek Talita ke atas. Kalau kamu ada salah, sekalian minta maaf."

Khana mengangguk dan bangkit dari duduknya. Lelaki itu berjalan menuju kamar Talita. Sesampainya di depan pintu, Khana mengetuk pelan pintu tersebut.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Tidak ada yang merespon. Khana pun kembali mengetuk pintu tersebut. Tetapi nihil, tidak ada yang merespon.

"Tal," panggilnya.

Walaupun merasa ragu, Khana menurunkan ganggang pintu kamar Talita dan mendorongnya pelan. Khana mengintip dari celah yang tebuka dan bersyukur karena tidak mendapatkan pemandangan Talita sedang berganti bahu. Namun, mata Khana langsung melotot ketika melihat Talita terkulai lemas di atas kasur.

Dengan cepat Khana masuk ke dalam dan menghampiri gadis itu. "Tal, Tal lo kenapa?" tanya Khana panik. Talita hanya bergumam pelan dan tak menjawab ucapan Khana. Lelaki itu menyentuh dahi Talita, "astaga, panas banget."

Khana pun hendak keluar untuk memberi tahu mamanya, tetapi Talita menahan tangannya. Dengan suara lirih dia berkata, "jangan kasi tau Tante Ari, gue nggak mau mama tahu. Gue nggak mau bikin mereka khawatir," ujar Talita.

"Tapi kan—"

"Please," mohon Talita.

Mau tak mau Khana mengangguk kepalanya. "Gue ambilin obat penurun panas ya," kata Khana lalu berjalan menunju kamarnya.

Setelah beberapa menit, Khana kembali membawa obat dan satu gelas air. "Minum dulu," ujarnya sambil menyodorkan pil dan segelas air.

Talita pun melakukan apa yang disuruh Khana. "Makasi ya," ujar Talita. Sialnya, disaat sakit pun Jantung Talita masih berdebar.

Khana mengangguk sambil menaruh gelas kosong di atas nakas. "Mau gue tungguin atau gue tinggal?" tanya Khana.

Talita bingung harus menjawab apa. Sebenarnya gadis itu ingin ditemani Khana, tetapi ia malu mengucapkannya. Talita juga takut kalau suasana menjadi canggung.

"Hmm ... terserah lo," ujar Talita pada akhirnya.

"Ya udah gue tungguin," ujar Khana. "Lo istirahat aja," katanya.

"Iya," kata Talita. Gadis itu hendak tidur, namun ia teringat akan sesuatu, "maaf ya soal tadi."

"Seharusnya gue yang minta maaf, gue nggak ngehargain lo yang udah buat kue itu. Gue juga ninggalin lo tadi sampai akhirnya lo sakit gara-gara tidur di halte," ujar Khana merasa bersalah.

Talita menggeleng, "badan gue emang nggak sehat dari kemarin," kata Talita.

Tiba-tiba ponsel Khana berdering. "Bentar ya gue angkat telpon dulu," ujarnya sambil sedikit menjauh dari Talita.

Talita mengangguk.

"Hallo," sapa Khana. "Ini siapa?"

"Lo inget suara gue kan?"

Ekspresi Khana langsung berubah, "lo dapet nomor gue dari siapa?"

"Rahasia!"

"Hmm ... btw lo pulang tadi sama siapa?" tanya Khana.

"Gue naik taksi," jawab Beby.

"Sori banget tadi nggak bisa nganter pulang," kata Khana yang masih merasa bersalah.

"Nggak papa, tapi lain kali gue nggak mau lo ninggalin gue gitu aja," kata Beby.

"Emang lo pengen makan bareng gue lagi?" tanya Khana.

"Maunya sih gitu," ujarnya.

Khana terkekeh, "ya udah kapan?" candanya. Entahlah, Khana merasa nyaman berbicara dengan Beby. Mungkin karena gadis itu asyik diajak mengobrol.

"Serius nih?" tanya Beby.

"Maunya diseriusin apa dibecandain?" tanya Khana.

"Kalau gue pengen diseriusin emang lo mau?" tanya Beby.

"Tapi gue udah seriusin orang lain, gimana dong?" tanya Khana.

Beby terdiam.

"Lo masih di sana kan?" tanya Khana karena tak mendengar balasan dari gadis itu.

"Yah, gue disalip," ujarnya dengan nada kecewa. "Eh, gue ada urusan, gue matiin dulu ya," kata Beby dan beberapa detik kemudian, sambungan terputus.

Khana pun kembali ke dekat Talita. Ternyata sedari tadi gadis itu menatapnya. "Seru ya telponan sama Beby?" tanya Talita.

Khana mengangguk, "dia orangnya asyik banget soalnya. Gue nggak ngerasa canggung kalau ngobrol sama dia."

"Kalau sama gue lo ngerasa canggung?" tanya Talita.

"Sedikit," kata Khana.

"Oh." Talita benar-benar kecewa mendengar jawaban Khana. Tetapi yang Talita tak tahu, Khana merasa canggung dengannya karena setiap detik Khana berada di dekat Talita, jantungnya berdetak sangat cepat.

=====

Uhh, tak terasa sebentar lagi aku akan kembali sekolah. Dan sebentar lagi cerita ini akan selesai. Ah, aku tidak ingin terbangun dari hayalan ini.

Tapi, ya sudahlah tidak apa-apa.

Terima kasih telah membaca!

Z

=====

Next? Vomment ya!

Sori update kelamaan, karena lagi sibuk. Dan makasi udah nungguin cerita ini ❤️

11-06-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro