Bab 13 { Strange Day }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hmm ... Persabunan sudah, makan ringan hingga kebutuhan dapur sudah, tinggal obat-obatan juga makanan anjing lalu ... Mungkin aku akan membeli beberapa make-up dan meminta Shisui mengajariku cara memakainya," Gumam sang gadis musim semi sembari membaca ulang kertas yang di pegangnya.

"Ku harap Shisui akan menjemputku tepat waktu," Gumamnya lagi sembari menatap pada keranjang belanjaan yang sudah terisi banyak barang, "Yosh, kita punya waktu setengah jam lagi untuk belanja. Ayo, Bomber ... Alpha,"

Dengan begitu patuh kedua anjing itu mengikutinya dan membuat beberapa pengunjung tempat perbelanjaan mulai memperhatikan mereka. Karena tak biasanya anjing Husky akan setenang ini mengikuti majikannya, bahkan mereka tak di ikat oleh tali.

Sakura seketika mendelik kesal begitu melihat makanan untuk Alpha berada di rak paling atas. Dengan susah payah ia mencoba meraihnya, hingga tiba-tiba kakinya terantuk sesuatu dan hampir saja terjatuh jika seseorang tak menahannya.

Manik emeraldnya seketika terbelalak begitu melihat sosok seorang pria berpakaian serba hitam lah yang kini menahan bahunya, "Kankuro?"

Pria kugutsu itu seketika meremas tangannya sendiri sembari tersenyum canggung saat melepaskan Sakura, "Ba ... Bakka! Jika kau tidak mampu menggapainya, cepat cari bantuan orang lain. Bagaimana jika rak ini jatuh dan menimpamu!" Omelnya membuat kernyitan kekesalan terukir pada pelipis gadis itu.

"Bagaimana bisa aku mencari bantuan jika tidak ada siapapun di sini shannaro!"

"Kenapa kau tidak cari tempat lain saja,"

"Waktuku sudah mepet, di tambah aku malas pergi ke pet shop lain dengan membawa banyak barang begini," Ucapnya membuat Kankuro seketika mengangkat kedua alisnya, lalu memperhatikan barang belanjaan gadis itu.

"Kau belanja sebanyak ini? Apa kau akan pindahan?"

"Ini belanja bulanan. Sudah minggir, aku akan membeli di tempat lain saja. Moodku benar-benar kacau balau setiap kali melihatmu,"

Kankuro seketika ternganga tak percaya dengan apa yang di katakan gadis itu. Ia kini menyentuh bibirnya sendiri sembari merutuk kesal, kenapa ia tidak pernah bisa berbicara manis dan selalu saja asal jeblak, sekalipun tahu Sakura tidak suka jenis pria yang seperti itu.

Saat gadis itu akan pergi, ia pun segera menghalanginya dan mengambilkan beberapa makanan anjing yang di butuhkannya, "Ambilah, aku akan mentraktirmu,"

"Sungguh? Tapi kenapa tiba-tiba?" Tanyanya dengan tatapan menyelidik, membuat pria kugutsu itu mendecih kesal.

"Anggap saja permintaan maafku karena telah berkata seenaknya,"

Sakura kini merasa bingung dengan perubahan sikapnya. Biasanya pria itu akan segera pergi setelah mengomel, tapi entah kenapa kali ini ia malah tetap mematung di tempat sembari memalingkan wajahnya ke arah lain seperti menunggu sesuatu.

"Kankuro ..." Panggilnya membuat pria itu segera menoleh dengan tatapan berbinar dan entah ada angin apa Sakura tiba-tiba menyentuh keningnya, hingga Kankuro segera mundur dengan wajah yang begitu merah.

"Suhu tubuhmu normal-normal saja. Sepertinya kau tidak demam, shannaro,"

"Te ... Tentu saja aku tidak demam, bakka!" Teriaknya yang membuat pria itu segera menutup mulutnya sendiri, karena sadar dengan tingkah memalukannya itu, "Uhmm maksudku Sakura. Aku hanya sedikit kepanasan di sini,"

"Oh kalau begitu aku pergi dulu nee. Kau tidak perlu repot-repot mentraktirku. Jaa,"

Namun, lagi-lagi pria kugutsu itu menahannya dengan menggengam pergelangannya, "Chotto, ada yang ingin ku bicarakan,"

"Uhmm lain kali saja ya. Aku sudah di tunggu," Tolaknya secara halus sembari mencoba melepas genggaman pria itu.

"Aku harus pulang ke Suna besok. Aku mohon sebentar saja,"

"Baiklah, datang saja ke alamat ini nanti malam," Ucapnya sembari menyodorkan sebuah kertas.

Kankuro dengan cepat membaca setiap tulisan pada kertas itu lalu mengangguk senang, "Baiklah, aku akan segera datang. Kalau begitu aku pulang dulu nee,"

Belum saja Sakura menjawab, pria itu sudah kabur duluan dari sana. Ia yang tak ingin mengulur waktu lebih lama di sana pun segera mengambil beberapa barang yang di butuhkan dan keluar dengan cepat.

Saat ia tengah menunggu Shisui di dekat pintu masuk pusat perbelanjaan itu. Sesosok pria berpakaian serba hitam tiba-tiba menghampirinya. Pria itu berperawakan tinggi besar, memiliki jenggot dan kumis yang tebal. Ia juga terlihat memakai kacamata dan topi hitam yang membuat Sakura mulai curiga sekaligus semakin waspada.

Bomber dan Alpha tiba-tiba menggeram dengan begitu kencang saat sosok itu berdiri di sisinya. Dengan terburu-buru Sakura menenangkan kedua Husky itu, lalu bergeser cukup jauh darinya. Akan tetapi entah kenapa sosok pria itu terus mengikuti dan membuatnya semakin risih.

"Ckk, kemana sih swike itu. Apa dia nyasar ya?" Gumamnya membuat sosok pria serba hitam yang tiba-tiba sudah ada di sisinya lagi itu terkekeh kecil.

Sakura yang benar-benar sudah tidak nyaman dengan sosok itu segera menghadapkan diri padanya dengan tatapan yang begitu tajam, "Tuan, maaf anda ini siapa ya? Dan kenapa anda terus mengikutiku sedari tadi shannaro!"

"Kau begitu cantik nona muda. Siapapun pasti akan tertarik padamu," Ucapnya sembari mencolek dagunya, membuat Sakura menjengit kaget dan langsung mengelap dagunya.

"Jangan bersikap kurang ajar shannaro! Apa kau tidak tahu aku ini istri siapa!" Teriaknya sembari menunjuk-nunjuk pria itu.

"Apa kau juga tidak tahu siapa aku. Hingga berani mengacungkan telunjuk padaku," Ucapnya membuat gadis itu semakin merasa dongkol, karena pria itu berani memegang telunjuknya dengan erat.

Netra emerald itu seketika menatap malas pada langit yang mulai semakin menggelap, lalu kembali menajamkan pandangannya pada pria itu, "Kau pasti dari kaum bangsawan atau dari kalangan atas yang gila harta juga kedudukan. Hingga tidak perduli dengan yang namanya sopan santun,"

"Pfft kau benar-benar pintar nona muda," Ucapnya sembari mencoba menyentuhnya lagi. Namun, untungnya Sakura dengan sigap bisa menepis tangannya, "Kau juga sepertinya tidak takut denganku. Benar-benar luar biasa,"

Jantungnya seketika berdegup kencang saat menyadari kalau pria itu sudah berhasil memojokannya di ujung sebuah gang. Ia juga semakin panik saat melihat kedua anjingnya tiba-tiba sudah terkapar di ujung jalan sana.

"Jangan berani-berani mendekat shannaro!" Teriaknya sembari melayangkan tinjuan pada pria itu dan entah bagaimana bisa, ia mampu menangkap kepalan tangannya tanpa meleset atau terluka sedikitpun.

"Kau begitu kuat. Aku jadi penasaran siapa suamimu,"

"Kau tidak perlu tahu, shannaro!" Teriaknya sembari mencoba melepaskan tangan pria itu yang masih mencengkram kepala tangannya.

"Kenapa? Apa dia pria berpangkat tinggi hingga kau takut menyebut namanya?"

"Lepaskan!"

"Tidak akan pernah,"

"Shisuiii!" Teriaknya membuat sosok itu seketika terbelalak.

Pria aneh itu tiba-tiba menyunggingkan senyum simpul saat Sakura melayangkan tatapan tajamnya lagi. Perlahan ia melepaskan tangan Sakura, lalu membuka topi juga kacamatanya, "Nee, ada apa kau memanggilku?"

Netra emerald itu seketika terbeliak, begitu melihat mata pria itu begitu mirip dengan mata milik suaminya, "Kau?"

"Nee, ini aku Uchiha-Shisui. Hehe," Ucapnya dengan begitu santai sembari tertawa kecil.

Gemeretak kekesalan pada kepalan tangannya kini kembali terdengar. Bulu kuduknya seketika berdiri saat melihat manik emerald istrinya kini lebih tajam dari sebuah belati.

Gadis itu tiba-tiba melepas sebelah sepatu haknya dan memukul lengan pria itu, "Kau benar-benar ingin membuatku jantungan shannaro! Kau begitu senang melihat raut panikku tadi hah!" Teriaknya sembari terus mencoba memukul pria itu dan untungnya ia mampu menghindar dengan mudah.

"Ia ... Ia ampun. Aku hanya menguji penyamaran ini saja sayang! Tenanglah," Ucapnya membuat Sakura berhenti mengejar dan memukulinya, "Penyamaran apa shannaro?"

"Aku akan menjelaskannya di rumah. Ayo kita pulang," Ucapnya sembari menggenggam tangan gadis itu dan menuntunnya keluar dari sana.

"Bomber, Alpha sudahi akting kalian kita pulang," Titahnya membuat kedua Husky itu tiba-tiba bangun dan menggonggong senang.

"Jadi kalian benar-benar sepakat untuk mengerjaiku shannaro!" Teriaknya sembari mencubit pinggang pria itu hingga menjengit.

"Awawaw! Sakura itu geli tahu,"

"Salah sendiri!" Gerutunya sembari bersedekap dengan wajah yang begitu kesal, lalu berjalan cepat mendahuluinya.

Shisui yang merasa bersalah pun segera mengejarnya dan kembali menggenggam tangan gadis itu, "Sakura tunggu,"

"Berisik aku ..."

"Woah jidat!" Teriak sang gadis pirang yang tiba-tiba sudah ada di hadapan mereka, "Kau ... Kau diam-diam menjalin hubungan dengan Om-om?" Tanyanya membuat mereka terbeliak kaget.

"Pi ... Pig! Jangan mengada-ada dia ini ..."

"Tsunade-samaaaaa! Shisui-sannnn! Sakura berselingkuh dengan om-om!" Teriaknya sembari berlari dari sana.

"Pig tunggu, kau salah sangka shannaro!"

Saat ia akan mengejarnya Shisui tiba-tiba menahan tangannya sembari menggeleng, "Biarkan saja, tidak akan ada yang mendengar biang gosip sepertinya,"

"Biarkan bagaimana shannaro! Cepat lepaskan ini sebelum orang lain melihat dan mempercayai gosip yang di sebarkan Ino," Ucapnya sembari menarik jenggot itu dengan sekali tarik, hingga Shisui berteriak kesakitan.

"Itteeee! Sakura apa kau benar-benar ingin melepas wajahku juga?"

"Nee, aku ingin mengganti wajahmu agar lebih sulit di kenali saat penyamaran,"

Srak!

"Awww! Sakura kumis tipisku juga ikut tercabut tahu!" Teriaknya membuat gadis itu mengernyit, lalu menatap bekas lem pada kumis tempelan itu.

"Pfftt hahhaah gomen-nee, soalnya aku benar-benar kesal sekaligus geli saat melihat kumis dan jenggot ini,"

Shisui pun segera mengusap-ngusap wajahnya yang kini memerah sembari menepuk-nepuknya, "Hancur sudah perawatan wajah 900 Ryo ku," Gumamnya membuat gadis itu semakin terkekeh geli.

Melihat raut wajahnya yang kini terlihat begitu kesal. Sakura pun segera memberikan kecupan singkat pada pipinya, hingga pria itu terkejut, "Ayo kita pulang. Aku ingin memberimu hadiah atas penyamaranmu yang berhasil menipuku,"

"Kau ingin memberiku hadiah apa hmm?"

Gadis itu segera meletakan telunjuknya di depan bibir sembari mengedipkan sebelah matanya, "Rahasia," Ucapnya sembari melenggang pergi dari sana.

Shisui yang mengerti dengan isyaratnya pun segera mengambil semua tas belanjaannya dan berlari menyusul gadis itu.

"Uhmm gomen-nee, tadi Kakashi meminta bantuan kecil jadi aku sedikit terlambat," Ucapnya membuat Sakura segera memegang tangannya.

"Biar aku bawa satu,"

"Jangan membawa yang berat-berat. Biar aku saja yang membawa semua ini," Tolaknya sembari menyodorkan sebuah es krim dari dalam tas itu, "Tolong bukakan,"

Tanpa banyak berbicara Sakura pun segera mengambilnya dan malah menggigitnya, "Sakura cepat berikan. Tenggorokanku benar-benar kering sekarang,"

"Kau buka dan makan sendiri saja. Tenggorokanku juga sangat kering karena terus berteriak sejak tadi," Baliknya membuat Shisui menghela pelan dan tiba-tiba ia menggigit es yang di pegang Sakura.

"Shisui!"

"Berisik," Ucapnya sembari mengecup pipi gadis itu hingga ia menjengit, saat merasakan sensasi dingin dari bibirnya.

Ia pun kembali memakan es itu sembari berpura-pura tak mengalami kejadian barusan. Hingga ia tiba-tiba teringat akan Kankuro yang begitu ingin datang ke rumahnya malam ini. Sakura pun segera berjalan cepat, menyamakan langkahnya dengan Shisui yang sudah berada beberapa langkah di depannya.

"Uhmm Shishui, tadi aku bertemu dengan Kankuro," Ucapnya sembari menyuapkan es itu padanya.

"Kankuro-dono?" Ulangnya sembari menoleh dengan tatapan penuh tanya.

"Nee, dia bilang ingin membicarakan hal penting denganku jadi aku menyuruhnya untuk datang ke rumah malam nanti. Apa boleh?"

"Jika kau sudah mengatakan ya, untuk apa meminta izinku lagi hmm? Lagipula ini merupakan sebuah kehormatan besar saat salah satu bangsawan Suna mau datang ke rumah sederhana kita," Ucapnya dengan begitu santai, sembari memperhatikan kedai makanan di sekitar jalan itu.

"Oh ya, apa Kazekage juga akan datang?"

"Tidak, hanya Kankuro saja,"

"Wakatta, kita beli apa ya untuk menjamunya?"

"Bagaimana kalau kita pesan makanan di kedai Yakini-Q? Kankuro kemarin bilang ingin makan makanan dari sana," Ucapnya membuat Shisui mengangguk pelan lalu menuliskan sesuatu pada sebuah buku kecil yang ia keluarkan dari sakunya.

"Baiklah, Alpha. Tolong pergi ke kedai Yakini-Q. Berikan kertas ini pada pelayan di sana," Titahnya membuat Anjing itu menggoggong senang dan langsung berlari saat Shisui menyematkan kertas itu pada kalungnya.

*******

Nyaringnya suara bel pada pintu utama rumah itu, membuat Sakura yang tengah menata meja tersentak kaget. Manik emeraldnya kini melirik pada jam yang kini menunjukan pukul delapan malam.

"Shisui, tolong buka pintunya. Aku masih menata meja!" Teriaknya namun entah kenapa tidak ada suara jawaban apapun dari pria itu.

Mendengar suara bel yang semakin nyaring, ia pun segera meletakan piring yang di pegangnya lalu berjalan cepat ke sana.

"Nee, Kank ..." Ucapannya seketika terhenti begitu melihat sosok yang datang adalah Itachi bukan pangeran Suna itu.

"Uhmm apa Shisui ada di dalam?"

"Nee, sepertinya dia ketiduran. Masuklah,"

"Maaf, aku masih ada keperluan lain Sakura. Tolong sampaikan saja surat ini," Ucapnya sembari memberikan sebuah gulungan berwarna hijau, lalu menghilang dari sana.

Baru saja ia akan menutup pintu, tiba-tiba sebuah tangan menahannya. Manik emeraldnya seketika terbelalak kaget melihat sosok seorang pria tampan, mirip seperti Kankuro versi tanpa coretan wajah.

"Gomen aku terlambat Sakura," Ucapnya dengan terengah-engah, membuat Sakura semakin tidak percaya sosok pria di hadapannya kini adalah Kankuro.

"Kau?"

Sang pria kugutsu yang menyadari Sakura tak mengenalinya pun segera merapikan jas dan rambutnya sembari tersenyum simpul, "Kau pasti pangling dengan penampilanku kan? Bagaimana? Aku tambah tampan kan jika memakai jas seperti ini?"

"Pfft kau benar-benar berbeda Kankuro. Ayo masuk,"

"Tunggu dulu. Uhmm ini untukmu," Ucapnya sembari menyodorkan sebuket bunga mawar juga dua batang coklat.

"Ah arigatou-nee,"

Kankuro seketika tersenyum puas melihat reaksi bahagia gadis itu. Ia pun segera mengikuti langkahnya, sembari mengamati setiap sisi rumah yang terasa begitu klasik dan menenangkan.

"Sakura, aku tidak tahu kalau kau menyukai rumah dengan design klasik seperti ini," Ucapnya mencoba memecah keheningan diantara mereka.

"Nee, Kankuro duduklah. Aku akan menyimpan bunga ini dulu," Alihnya sembari menarik sebuah kursi di sisi meja makan itu.

Dengan sekuat hati Kankuro pun menahan buncahan rasa bahagianya karena tak ingin membuat Sakura ilfeel. walau begitu sulit, ia terus menahan diri agar tidak bertindak seenaknya dan tetap duduk dengan tenang.

Hingga tiba-tiba ia di kejutkan dengan sebuah tepukan pelan pada pundaknya.
Kankuro begitu terkejut saat menoleh dan melihat Shisui sudah ada di belakangnya.

"Konbawa Kankuro-dono," Ucapnya sembari menundukan kepala.

"Ehmm nee. Kenapa kau ada di sini?"

"Hemm? Tentu saja aku ada di sini karena ..."

"Ah aku tahu, kau juga pasti sedang berkunjung kemari kan? Ayo duduk, Sakura sedang menyimpan bunga yang ku berikan," Selanya sembari menepuk-nepuk kursi di sisinya.

Shisui yang tak mengerti dengan apa yang di maksud pria kugutsu itu pun hanya tersenyum tipis dan mengikuti apa yang di inginkannya. Saat pria itu menuangkan teh untuknya dengan begitu berhati-hati, Kankuro tiba-tiba merasa ada yang aneh dari sikapnya.

"Silahkan di minum," Ucapnya membuat pria kugutsu itu terkejut dari lamunannya.

"Ehh iya, arigatou-nee,"

Suasana yang hening di ruang makan itu membuat kecanggungan diantara mereka semakin besar. Kankuro yang biasanya cerewet seketika di buat bungkam oleh pertanyaan-pertanyaan yang semakin bertambah banyak pada fikirannya.

Untungnya tak begitu lama Sakura sudah kembali dengan membawa sebuah mangkuk berisi sup, "Gomen-nee, aku tadi lupa harus membawa ini,"

"Tidak apa Sakura. Duduklah, sudah waktunya makan malam," Lagi, ucapan Shisui kini terasa semakin aneh apalagi gadis itu langsung menurutinya.

Kecurigaannya semakin besar begitu melihat Sakura menyajikan makanan pada piring Shisui. Ia benar-benar tak mengerti dan semakin penasaran dengan kedekatan mereka berdua.

"Heemmm Sakura, ini sangat enak. Apa kau memasaknya sendiri?" Tanyanya membuat gadis itu tersenyum simpul.

"Tidak, kau bilang ingin makan makanan di kedai Yakini-Q. Jadi kami memesannya tadi,"

"Ohh ku kira kau yang memasaknya,"

"Jika aku bisa memasak seperti ini maka aku sudah bisa membuka kedai sendiri Kankuro," Ucapnya membuat kedua pria itu terkekeh.

"Nee kau benar juga. Oh ya, Shisui-san aku mendengar rumor dari orang-orang kalau kau sudah menikah. Apa benar?"

"Ya, saya sudah menikah,"

Kankuro seketika merasa begitu lega mendengarnya. Ia kini sangat senang begitu mengetahui jika Shisui bukanlah saingannya dalam memperebutkan hati sang gadis musim semi.

Ia pun segera menambah lagi makanannya karena moodnya sedang benar-benar bahagia sekarang. Sakura dan Shisui yang melihatnya tiba-tiba sangat bersemangat, hanya bisa saling melempar tatap bingung satu sama lain.

"Oh ya, apa istrimu tahu kau ada di sini?" Tanyanya membuat pria itu semakin mengernyit tak mengerti, "Nee, dia tahu. Memangnya kenapa Kankuro-Dono?"

"Tidak apa-apa hihihi. Ehmm ayo di tambah lagi makanan ini sangat enak,"

"Ya, lalu kapan anda akan menikah Kankuro-dono?"

Pria kugutsu itu tiba-tiba mendongak sembari tersenyum lalu melirik pada Sakura, "Sebentar lagi,"

"Itu sangat bagus Kankuro. Akhirnya setelah sekian lama Sunagakure akan mendapat penerusnya shannaro. Siapa gadis yang beruntung itu hmm?"

"Kau,"

Buar!

Sakura seketika menyemburkan air yang tengah di teguknya hingga terbatuk. Shisui pun segera menepuk-nepuk pundaknya sembari meminumkan air putih agar ia lebih tenang, "Apa maksud anda Kankuro-Dono?"

Kankuro pun segera mengeluarkan kotak cincin dari balik saku jasnya, "Aku ingin menikahimu Sakura. Aku sangat mencintaimu,"

"Hah!" Pekik Sakura sembari menggeleng pelan pada Shisui yang kini menatapnya dengan penuh tanya.

"Kedatanganku kemari itu untuk melamarmu Sakura. Tolong terimalah, aku akan memberimu segala kebahagiaan di dunia ini dan ..."

"Tunggu dulu. Kankuro kau tahu kan kalau aku sudah menikah?"

Pria kugutsu itu seketika mengernyit bingung lalu menggeleng, "Pernikahanmu dengan Sasuke sudah sah di batalkan karena ia kabur saat hari H. Jadi kini kau pasti masih sendiri kan? Aku mohon berikan aku kesempatan untuk menyembuhkan luka di hatimu itu,"

"Mattaku," Gumamnya sembari memijat pangkah hidungnya, "Pernikahanku tidak pernah batal. Itu masih terjadi akan tetapi dengan pengantin pria yang berbeda,"

"Apa maksudmu Sakura? Apa ada yang menggantikan posisi Sasuke saat itu?"

"Nee,"

Kankuro seketika terkejut bukan main mendengar jawaban gadis itu. Hatinya kini benar-benar terasa hancur. Namun, demi mendapat kejelasan ceritanya ia harus menguatkan diri, "Siapa yang menggantikan posisi Sasuke?"

Gadis musim semi itu seketika menoleh pada Shisui yang tengah berdiri di sisinya. Sementara Kankuro nampak masih memperhatikan cincin yang tersemat pada telunjuk Shisui, lalu bergulir pada kalung yang di kenakan Sakura.

"Jadi Shisui-san adalah suamimu?" Tanyanya sembari terus berusahat sekuat tenaga mempertahankan suaranya agar tidak gemetar.

"Nee, Gomen ku kira kau sudah mengetahui itu,"

Pria kugutsu itu tiba-tiba terkekeh lalu menutup kembali kotak cincinnya, "Ya ampun, pantas saja kalian begitu dekat. Tolong maafkan aku karena tidak tahu mengenai hal ini Shisui-san,"

"Tidak apa Kankuro-Dono. Saya mengerti, saya harap anda menemukan gadis yang lebih baik,"

Kankuro seketika tersenyum nanar mendengarnya. Bagaimana ia bisa menemukan gadis lain jika Sakura selalu berada di dalam hatinya. Sekuat apapun ia mencoba melupakan atau menghilangkan perasaannya, tetap saja itu sangat sulit. Namun, melihat Sakura begitu bahagia dengannya ia pun tak punya pilihan lain selain mengalah.

"Nee, aku pasti akan mendapat gadis yang lebih baik. Mungkin aku akan mencoba melamar Shizune-san, Tsunade-sama, Ino atau Tenten," Ucapnya sembari terkekeh.

"Jadi anda tidak benar-benar menyiapkan lamaran ini untuk Sakura? Dan masih ada gadis lain sebagai cadangannya?"

"Nee, aku hanya ingin segera menikah agar takhta Sunagakure jatuh ke tanganku. Hahahah!" Ucapnya di iringi tawa yang menggelengar membuat Sakura dan Shisui semakin merasa aneh akan sikapnya.

"Kalai begitu aku pamit nee. Tenten atau Ino pasti masih ada di sekitar alun-alun. Jaane!"

Shisui kini melirik pada sang gadis musim semi yang masih bengong melihat kepergiannya, "Aku kira dia benar-benar mengajukan lamaran itu shannaro,"

"Apa kau kini berharap menjadi pendampingnya?" Tanya Shisui dengan raut cemburunya yang menggemaskan sembari bertopang dagu.

"Pfft, tidak. Aku hanya merasa masih sangat aneh saja,"

"Kalau begitu, kapan kau akan memberikan hadiahmu itu hmm?"

Sakura pun segera menoleh dengan tatapan terkejut karena baru teringat akan ucapannya tadi. Ia pun dengan cepat bangkit berdiri lalu berlari ke kamarnya, "Nanti sajaaa!" Teriaknya membuat Shisui menghela begitu mendengar suara kuncian dari dalam kamar.

"Dan terjadi lagi ..." Senandungnya sembari membereskan piring di meja itu.

Srakk ...

"Shisui ..." Panggil sebuah suara yang begitu manis membuat pria itu seketika menoleh dan terbelalak kaget, begitu melihat Sakura menyembulkan kepalanya sembari mengerling jahil.

"Ada apa?"

Gadis itu tiba-tiba memperlihatkan sebelah kakinya yang begitu mulus dan beberapakali menghentakannya, hingga sebuah gelang yang ada di pahanya bergemerincing, "Kau tidak ingin hadiahmu?"

Pria itu seketika mendongakan kepalanya sembari menghela, "Kami-sama jangan sampai gagal lagi kali ini karena aku pasti akan langsung sekarat," Gumamnya.

"Shisui ..." Panggilnya lagi membuat pria itu seketika menatapnya dengan tajam.

"Nee, aku akan mengambilnya sekarang!" Teriaknya sembari berlari ke arah Sakura yang langsung menutup pintu dengan kencang dan terus berlari menghindarinya.

"Kau tidak akan pernah bisa menangkapku, wee!" Ledeknya sembari melompat ke sana kemari. Hingga Shisui harus menggunakan sharingannya untuk menangkap gadis itu.

Begitu ia mendapat pencerahan kemana gadis itu melompat. Shisui buru-buru berlari ke sana dan menangkapnya, "Kena kau hmm," Ucapnya sembari mengecup pipi gadis itu.

"Kata siapa?" Tanya sebuah suara membuat Shisui tersenyum simpul melihat Sakura yang asli tengah duduk di tengah ranjang. Bunshin yang ia peluk kini seketika menghilang saat Shisui menepuk pundaknya.

"Aku tidak akan pernah melepaskanmu," Ucapnya sembari melompat padanya hingga gadis itu berteriak kaget karen tiba-tiba tak bisa melepaskan diri.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro