Bab 19 { Magic or Curse }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ohayooo, maaf ya author belum bisa update tepat waktu karena jadwal author di real life bener2 padet. Mungkin minggu depan jadwalnya bisa kembali normal, semoga aja ya. Author juga ngerasa ga enak nunda2 terus, tapi mau begimana lagi. Author susah banget buat megang hp or lepi, jadi sekali lagi maaf ya atas keterlambatannya. 😊

*****

Riuh ramainya para peserta dari kelima desa utama yang tengah berkumpul di sebuah lapangan seketika teredam saat Shisui muncul dan memasuki tempat itu bersama para peserta dari Konoha. Sebagian besar dari mereka terlihat langsung menundukan kepala sembari tersenyum, memberi hormat pada pria itu saat ia berjalan lewat. Sebagian lain nampak dengan jelas melakukan itu hanya untuk menarik simpati dan perhatian Shisui, seperti para penjilat.

"Wouufff ... Wouff ... Grrrr!"

Mereka seketika tersentak kaget mendengar gonggongan anjing yang begitu keras. Seluruh pasang mata kini terbelalak tak percaya melihat Shisui ternyata membawa seekor Husky yang  begitu besar, tinggingnya bahkan hampir seperut pria itu.

Walau mulut anjing itu terlihat sudah di pasang pengaman yang begitu kuat, tetap saja mereka merasa sedikit takut juga khawatir. Raut wajah juga tatapan Husky itu terlihat begitu sangar, hingga membuat sebagian dari mereka tak berani mendekati Shisui.

Saat ia duduk di sebuah bekas pohon yang telah di tebang, untuk minum. Beberapa peserta yang merasa tertarik pada Husky itu pun menghampirinya, sembari tersenyum, "Shisui-san, darimana kau mendapatkan anjing sebesar ini? Anjing di rumah tetangaku juga tidak ada yang tumbuh sampai setinggi ini," Ucap Deidara sembari terus mencoba menyentuhnya.

"Ini anjing liar, aku baru menemukannya di pinggir hutan menuju kemari,"

"Haah!" Pekik para peserta yang duduk di sekitarnya.

"Shisui-san, bagaimana kau bisa membawa anjing liar kemari? Bagaimana jika dia mengamuk atau sembarang menggigit orang?"

"Aku sudah mengamankannya, tenang saja. Jika kalian ingin aman, cobalah berteman dengannya dan sesekali ajak main juga bicara. Lama-lama dia akan terbiasa dengan kalian sama seperti Bomber dan Alpha," Jelasnya membuat mereka mengangguk mengerti.

"Lalu apa kau akan mengadopsinya setelah pelatihan ini Shisui-san?"

"Entahlah. Semua keputusan rumah tidak lagi di pegang olehku,"

Saat Shisui akan meletakan kembali botol minumnya ke tas. Husky putih itu tiba-tiba kembali berontak dan terus mencoba menggigit Deidara yang berhasil menyentuh kepalanya.

Untung saja Shisui telah mengikatnya dengan dua buah tali. Hingga ia bisa dengan lebih mudah menahan dan menariknya mundur, jika tiba-tiba berontak seperti ini.

"Shi ... Shisui-san, dimana Bomber? Anjing itu sepertinya sangat buas, lebih baik anda lepaskan saja ke alam liar?" Tanya salah satu anbu Suna yang masih mencoba memberanikan diri menyentuh Husky itu.

"Bomber terluka saat misi kemarin, jadi aku titipkan pada Sakura,"

"Apa anda tidak masalah memegang dua ninken yang masih amatir? Jika mereka melakukan sedikit kesalahan, anda akan langsung di diskualifikasi,"

"Tidak, sepertinya husky putih itu mantan ninken. Lihat, ada bekas luka memanjang pada mata kirinya yang tertutup," Sahut anbu dari Ame yang hampir kehilangan telunjuknya saat menyentuh hidung anjing itu.

"Rrrr ... Raaawwrr!" Gonggong husky itu dengan begitu kencang hingga membuat mereka jatuh terduduk.

Melihat anjing itu mulai kembali berontak dan mulai susah di kendalikan. Shisui pun terpaksa menarik tali kekangnya dengan sedikit keras, agar ia mau kembali mundur dan duduk.

Akan tetapi, bukannya menurut dengan sikap sabar Shisui. Anjing itu malah semakin berani memberontak hingga pria itu tak punya pilihan lain untuk mendisiplikannya, selain dengan Sharingan.

Begitu manik matanya berubah menjadi merah, anjing itu seketika merungkut juga meringik, "Duduk,"

Satu perintah dengan nada yang tegas darinya, sukses membuat anjing itu terduduk dengan kepala tertunduk. Shisui pun segera mengusap kepala anjing itu agar merasa tenang, "Gomen, jika kau bersikap baik. Aku tidak akan melakukan itu,"

Sebagian peserta yang masih awam nampak saling berbisik, membicarakan sifat dan watak Shisui yang begitu berbeda dari prakiraan mereka selama ini. Walau nada bicaranya, terdengar begitu tegas juga keras. Aura yang menguar dari tubuhnya malah terasa dingin juga tenang, tidak seperti Uchiha lain yang pernah mereka temui.

Saat mereka tengah menelisik lebih dalam tentang sifat pria itu. Tiba-tiba seorang anbu Suna mendekat, lalu berdiri dengan sikap angkuh di sisi Shisui.

"Taichou, lebih baik suruh istri anda datang kemari untuk mengantarkan Bomber dan bawa pulang salah satu anjing ini. Mereka pasti akan membawa masalah besar untukmu," Celetuknya membuat tatapan Shisui menajam karena tahu maksud sesungguhnya kenapa ia mengatakan hal itu.

"Aku tidak akan pernah mengizinkan atau membiarkan Sakura memasuki kandang buaya,"

"Tapi ..."

"Ini medan latihan bukan medan perang. Akan lebih baik jika para ninken amatir ini bergabung. Siapa tahu saat para ninken ini keluar, mereka bisa lebih hebat dari Bomber," Jelasnya membuat anbu itu mendecih kesal lalu pergi dari sana begitu saja.

Para peserta lain yang mulai mengerti maksudnya, tiba-tiba meneriaki juga merutuki anbu Suna itu karena merasa begitu kesal melihat ulahnya yang mencoba mengusik ketenangan Shisui.

Shisui yang tidak suka suasana yang terlalu bising pun segera bangkit dari tempatnya, lalu bergerak pergi dari sana tanpa mengucapkan sepatah kata apapun.

Walau sudah bukan hal asing lagi baginya, melihat beberapa pria masih menyukai juga menanti Sakura. Tetap saja hatinya merasa dongkol, apalagi saat melihat status mereka yang seharusnya fokus bekerja melindungi dan mengayomi masyarakat malah mementingkan ego juga keinginan diri sendiri.

Shisui kini terduduk di sebuah pohon sembari memikirkan perasaan di dalam hatinya. Ya, sejujurnya ia belum benar-benar yakin jika Sakura akan bertahan dalam hubungan ini. Bagaikan badai yang bisa menghilang kapan saja, ia percaya perasaan menggebu-gebu Sakura juga akan sama seperti itu seiring berjalannya waktu. Apalagi kini mereka terpisah dengan jarak yang cukup jauh.

Mengingat usianya yang masih sangat muda, fikiran juga hati Sakura pastinya masih terpencar kemana-mana dan sangat mudah di goyahkan. Sama halnya saat ia memutuskan untuk menikah dengan Sasuke, gadis itu sudah sangat yakin dengan keputusannya. Namun, dalam satu masalah dan satu tekanan dari orang tuanya, keyakinan juga keputusannya langsung berpindah haluan.

Sasuke dan ibu dari Sakura sama-sama memiliki sifat nekat juga ngotot, Ia benar-benar merasa khawatir akan asumsi juga bayangan buruk yang terus terngiang pada kepalanya saat ini. Hatinya kini merasa begitu tak karuan, ia khawatir dua orang itu akan menyakiti atau memberi tekanan besar pada hati hingga fikiran Sakura yang bisa membuatnya merasa stress.

"Setelah menjadi anggota 12 penjaga negara api, jendral utama klan Uchiha dan kapten anbu Konoha. Apa dia masih belum puas hingga berani mengikuti pelatihan ini? Apa dia juga akan menduduki posisi hokage nanti?" Sinis salah satu peserta dari Kirigakure dengan nada cukup keras, membuat lamunan pria itu buyar.

Para peserta dari konoha nampak begitu geram mendengarnya. Sai bahkan langsung memegang tantonya dengan kuat, karena tidak terima ketuanya dikatai seperti itu.

Saat ia akan menarik keluar senjatanya, Shisui buru-buru turun dan menahan tangannya sembari menggeleng pelan, "Jangan terpancing akan hal murahan seperti itu," Bisiknya.

Pria itu pun langsung mengepalkan tangannya, lalu memalingkan wajahnya ke arah lain dengan sorot mata yang masih terlihat begitu kesal dan langsung mengikuti Shisui ke tengah lapangan untuk berbaris.

Teriakan seorang anbu yang melantangkan kedatangan para jounin elit dari tiap desa membuat mereka serempak berlutut penuh hormat. Genma yang hadir di sana menggantikan Ibiki, nampak beberapakali melirik pada Shisui seolah memberi isyarat jika ada sesuatu yang ingin ia sampaikan.

Setelah mereka melakukan pidato singkat, beberapa jenis senjata kayu pun di keluarkan bersama sebuah gulungan hijau.

"Dalam pelatihan ini penggunaan senjata tajam di larang dengan sangat keras, sebagai gantinya kalian hanya boleh menggunakan senjata kayu ini. Demi menjaga keseimbangan kekuatan dalam pelatihan ini, maka chakra kalian akan di segel setelah tiba di tempat yang akan kalian tinggali. Silahkan tunjuk satu orang yang akan menjadi ketua tim kalian lalu maju untuk mengambil baki ini," Ucap Baki membuat suasana kembali riuh.

Shisui yang sudah tahu apa yang di fikirkan rekannya pun langsung berpura-pura tak mendengar ucapan mereka dan malah memainkan bulu Alpha seperti sedang mencari kutu. Hingga membuat rekan-rekannya mengernyit bingung, "Shisui-san,"

"Hmm?"

"Cepat maju ambil baki itu," Ucap Neji yang seketika membuat pria itu menoleh dengan tatapan bingung, "Untuk apa?"

"Kami sudah memutuskan kalau kau yang akan menjadi ketua tim kita. Ya, ampun kau tidak memperhatikan perbincangan kita tadi?" Omel Kiba sembari bersedekap kesal.

"Aku sedang memeriksa bulu Alpha jadi tidak mendengar dengan jelas. Oh ya, kenapa tidak kau saja yang maju Kiba?"

"Apa! Bagaimana bisa dia menjadi ketua Shisui-san? Dia masih saja ceroboh dalam segala hal," Protes Neji membuat pria Inuzuka itu semakin kesal.

"Hoy, kau juga lebih ceroboh daripada aku jadi jangan sembarangan menilai orang!"

"Shhh! Sudahlah, Shisui-taichou. Cepat maju ke depan, jangan bercanda lagi atau para jounin itu akan marah,"

Shisui kini menatap mereka dengan sorot penuh keseriusan yang membuat suasana tiba-tiba terasa kaku, "Aku sudah sering memimpin. Tidak adil jika hanya aku yang merasakan siksaan itu, jadi salah satu dari kalian harus merasakannya juga,"

Mereka seketika melongo mendengar penuturannya. Sai yang selalu merasakan bagaimana tertekannya Shisui saat menjadi pemimpin langsung menatap pada para peserta lain, "Shisui-taichou. Apa yang kau katakan? Jangan menakuti mereka seperti itu,"

"Hehe, aku hanya bercanda. Sebenarnya aku ingin kalian memanfaatkan pelatihan ini sebaik mungkin untuk meningkatkan kualitas diri kalian. Dunia ini selalu berputar, tidak selamanya seorang pemanah akan memegang panahnya. Di satu situasi tertentu ia juga harus bisa menggunakan senjata lain untuk mempertahankan diri. Kalian mengerti kan?" Jelasnya membuat mereka serempak mengangguk.

Sai kini melirik pada sang pria Inuzuka sembari tersenyum, "Kiba, kau yang akan menjadi pemimpin dalam tim kita,"

"Hah! Kenapa jadi aku lagi?"

"Agar kau bisa bersikap disiplin dan tenang," Celetuk Neji.

"Shisui-san sepertinya kau punya dendam kesumat denganku,"

"Salah sendiri kau meledekku hari itu,"

"Tapi aku tidak bisa ..."

"Sai akan membimbingmu,"

Mayat hidup itu seketika melotot mendengarnya, ia fikir beban berat dalam pelatihan ini tidak akan menimpa dirinya. Namun, Shisui malah melempar beban itu padanya dengan sekali ucap.

"Tidak ada yang boleh protes lagi. Cepat ambil baki itu, kakiku sudah terasa kaku terus menerus berjongkok seperti ini," Keluh Shino membuat aura suram dari Kiba menguar kuat.

Perlahan pria Inuzuka itu bangkit berdiri lalu mengangkat satu tangannya, "Para jounin yang terhormat, saya Inuzuka Kiba yang akan menjadi ketua dalam tim Konoha," Ucapnya dengan nada sedikit gemetar, membuat rekan-rekannya hampir tertawa.

"Nee, tunggu sebentar kami akan mendata diri kalian dulu,"

Kiba pun segera mengangguk lalu kembali berjongkok di tempatnya, sembari menghela napas lega. Setelah beberapa saat menunggu, Baki pun maju menuju podium untuk mengatakan bagaimana sistem pelatihan itu berjalan dan apa saja poin apa yang akan mereka nilai.

"Dalam pelatihan ini kalian semua sama dan setara. Jadi lepaskan seluruh atribut juga benda-benda yang menunjukan identitas kalian. Juga jangan coba-coba menyembunyikan senjata kalian di belakang kami. Walau itu hanya sebuah senbon,"

Neji kini menatap dengan begitu datar pada Baki, karena merasa peraturan ini sangat aneh. Diam-diam ia menggerakan tangannya, menepuk jemari Shisui yang berada di atas tanah, "Shisui-san, setahuku para anbu tidak pernah di lucuti seperti ini. Apa pengetahuanku ini salah atau peraturanya telah di rubah?" Bisiknya.

"Peraturan itu telah di rubah,"

"Kenapa?"

"Karena ada banyak peserta yang tidak berasal dari anbu. Contohnya kau," Ucapnya membuat pria Hyuga itu menundukan wajahnya, "Demi menjaga keselamatan nyawa kami, kalian harus mengganti senjata itu dengan mainan kayu nee?"

"Hmm,"

"Ekhemm! Selanjutnya dalam 12 hari kalian akan saling bertarung, poin yang akan kami nilai adalah ketangkasan, kecepatan dan kerjasama tim. 12 hari selanjutnya kalian akan menjalani tes tertulis, poin yang akan di nilai adalah kejujuran juga tanggung jawab dan untuk 6 atau 7 hari berikutnya kita akan melakukan permainan bertahan hidup, semua poin penilaian akan kami terapkan di sana. Ingat ini akan berlaku hingga lima bulan dan tidak boleh ada yang terluka parah,"

"Kasarnya kalian tidak di izinkan mati di tempat ini," Timpal Genma dengan nada yang begitu dalam, seolah memberi peringatan pada mereka.

Kiba nampak mulai gugup, karena merasa ada sesuatu yang ganjal pada peraturan juga tatacara bagaimana pelatihan itu akan di jalankan. Sepelan mungkin ia menyikut tangan Shisui lalu berbisik, "Apa dulu saat kau di latih menjadi kepala anbu juga seperti ini?"

"Tidak, ini hal yang baru. Dulu pelatihannya lebih parah dari ini. Kami harus saling menghabisi satu sama lain, sama seperti anbu Root," Ucapnya membuat pria Inuzuka itu menelan ludah kasar, "Walau kita hanya memegang senjata mainan. Jangan sesekali berfikir pelatihan ini aman Kiba. Karena senjata tumpul itu bisa menjadi senjata mematikan jika di pegang oleh tangan yang tepat,"

Mendengar perkataannya yang terasa penuh kepastian, Kiba pun mulai semakin khawatir. Shisui sudah sering turun ke medan tempur, baik dari skala besar atau kecil. Tentu ia sudah tahu banyak apa yang terjadi di dunia shinobi ini.

Raut wajahnya yang begitu serius, cukup menggambarkan ada yang tidak beres dalam pelatihan ini. Namun, mengingat bagaimana suksesnya Shisui menghadapi musuhnya dengan rapih. Kiba mulai bisa sedikit bernapas lega, karena ia yakin jika Shisui sudah mengatur berbagai rencana untuk mengantisipasi kemungkinan terburuk dalam pelatihan ini.

Saat ia tengah terhanyut dalam lamunannya. Shisui tiba-tiba menepuk pundaknya sembari tersenyum simpul, "Jangan khawatir dan jangan takut. Masa pelatihan ini tidak akan lama. Sai akan selalu membimbingmu dan jika kau ragu dengannya. Kau bisa bertanya atau mengadu apapun padaku,"

"Tapi aku merasa ..."

"Inuzuka Kiba," Panggil Genma membuat pria itu seketika berdiri lalu menghampirinya, "Kumpulkan seluruh senjata anggota kita," Titahnya sembari menyodorkan baki bulat berukuran besar yang di alasi kain merah padanya.

Baru saja Kiba memegangnya, jemari Genma tiba-tiba menyetuh tangannya hingga ia tersentak kaget. Pria itu terlihat mengedipkan sebelah matanya dengan sedikit cepat saat menyerahkan lipatan kertas yang di pegangnya, di bawah baki itu. Walau bibirnya tak terlihat bergerak, Kiba bisa melihat jika pria itu mengisyaratkan nama Shisui.

Tak ingin menimbulkan kecurigaan, ia pun segera mengangguk lalu kembali ke tempatnya. Para peserta dari Konoha kini duduk melingkar, menunggu giliran Kiba melepas seluruh atribut juga senjatanya.

"Apakah Hitae-ate juga di lepas?" Tanyanya sembari menatap pada Genma yang masih memperhatikan mereka di atas podium, "Tidak perlu. Itu identitas utama kalian,"

Pria Inuzuka itu pun segera mengangguk lalu menggeser baki itu pada Shisui. Sama seperti cara yang Genma lakukan tadi, ia menyerahkan kertas yang sudah di lipat dengan begitu rapih juga kecil itu di bawah baki. Sembari melepas atributnya, Shisui diam-diam menyematkan kertas itu di balik jam tangannya.

Setelah semuanya selesai, mereka langsung di arahkan ke sebuah lembah yang cukup jauh dari desa Iwagakure. Pohon-pohon tua berdaun besar yang masih tumbuh di sana membuat wilayah itu terlihat sedikit gelap dan dingin. Walau sudah di nyatakan aman, Shisui masih merasakan adanya hewan buas di sekitar mereka. Para ninken bahkan terus menggeram sembari menatap tajam ke segala arah.

Setelah cukup lama berjalan mereka akhirnya tiba di depan sebuah gerbang pintu masuk yang begitu besar. Tembok-tembok yang menjulang tinggi, melindungi tempat itu membuat kecurigaan Shisui dan Sai semakin meninggi.

Tiga orang pria bertubuh tinggi besar terlihat keluar dari pintu itu, lalu menghampiri mereka dengan tatapan yang begitu tajam, "Kami adalah Ru, Sa dan Ka, penjaga wilayah ini. Para petinggi itu menyuruh kami memberikan cincin ini pada kalian. Cepat pakai," Titah mereka sembari menyodorkan sekotak penuh cincin berwarna hitam.

"Cincin penyegel chakra," Gumam Shino yang masih mematung mengamati benda hitam berkilau itu.

"Cepat ambil dan pakai!" Teriak salah satu pria berikat kepala merah, membuat mereka segera bergerak menurutinya.

Namun, bukannya memakai cincin itu dengan benar. Shisui malah menghancurkannya dalam satu kali kepalan, "Upss Sumimasen, ini kekecilan jadi ..."

"Jangan banyak alasan, cepat ambil lagi yang lain!" Teriaknya membuat mereka langsung menutup kedua telinganya.

Shisui pun segera memakai cincin itu di jari tengahnya dan menunjukannya pada penjaga itu, "Sudah, apa aku boleh masuk sekarang?"

"Ya, cepat masuk!" Teriaknya sembari mendorong bahu Shisui.

Semua rekannya juga langsung berlari masuk mengikuti Shisui. Langkah mereka seketika terhenti di depan sebuah air mancur naga yang begitu indah di tengah taman tempat itu. Bunga-bunga di sekitarnya juga terlihat begitu unik juga cantik. Aromanya yang menyegarkan juga manis membuat mereka langsung terpikat, Shisui pun segera memetik salah satu bunga berwarna merah muda di sisi kakinya lalu tersenyum simpul, "Gadis musim semiku," Gumamnya.

Saat ia menengadahkan tangannya ke langit, angin tiba-tiba berhembus kencang membawa terbang bunga itu.

"Ino pasti akan menyukai ini," Ucap Sai sembari menyentuh salah satu bunga di sisinya, membuat Shisui tersadar dari lamunannya dan langsung kembali memasang ekspresi datar.

"Uchiha-Shisui," Panggil salah satu pria menyeramkan tadi. Namun, kali ini yang datang memakai ikat kepala hitam.

"Hai,"

Pria itu segera menyodorkan sebuah gulungan kertas padanya, "Ini adalah sebuah peta, kau tidak perlu pusing-pusing menghafal karena tempat ini berbentuk bulat. Jalan keluar dan masuknya sama ada di belakangmu. Lalu rumah yang akan di tinggali kalian ada di utara," Jelasnya sembari menunjuk ke depan.

"Kenapa kau menyerahkannya padaku? Aku bukan ketua di tim ini,"

"Yang harus menghapal peta ini bukan hanya ketua tim, tapi kalian semua. Jadi jangan banyak protes, mau di berikan pada siapa juga terserah kami,"

Shisui pun segera mengangguk mengerti, agar tidak terkena masalah. Lalu menyerahkan peta itu pada Kiba, "Apa ada peraturan lain lagi? Juga kami harus memanggilmu apa?"

"Panggil aku Ka. Yang memakai ikat kepala merah bernama Ru dan yang memakai ikat kepala biru bernama Sa. Jangan sampai terbalik dan peraturannya hanya 1 yaitu setelah selesai pelatihan kalian harus kembali sebelum pukul 5,"

"Ckk peraturan ini rupanya sama saja dengan peraturan Sakura," Gumam Shisui membuat mereka terkekeh, "Apa ada lagi?"

"Tidak,"

"Kalau aku ingin keluar sebentar apa boleh?"

"Tidak boleh. Kalian harus tetap di sini sampai masa pelatihan selesai,"

Shisui pun segera mengangguk lalu melirik pada Kiba. Mengisyartkan agar pria itu segera berjalan pergi, membawa seluruh rekannya ke rumah yang telah di tunjukan pria itu. Karena saat ini moodnya sedang turun dan tidak punya semangat untuk berdebat.

Begitu mereka tiba di sebuah pintu halaman yang cukup besar di ujung jalan itu. Para peserta yang berasal dari anbu serempak mengernyit bingung, melihat rumah yang akan mereka tempati ternyata sangat indah sekaligus elegan walau berukuran sedang.

Biasanya para pasukan yang sedang berlatih akan di beri tempat sederhana bahkan tempat rusak untuk di tinggali. Namun, kali ini benar-benar di luar ekspetasi mereka. Hingga memantik kecurigaan yang semakin dalam di hati mereka.

Saat Kiba akan masuk terlebih dahulu, Neji buru-buru menahan kerahnya karena merasakan ada yang janggal pada pintu itu. Ia pun melirikan manik mutiaranya pada Shisui yang segera mengangguk setuju pada apa yang tengah di fikirkannya. Perlahan pria Hyuga itu mundur, mengambil ancang-ancang lalu berlari cukup cepat, menendang pintu itu dengan sekuat tenaga hingga terpental masuk.

Dencing rantai yang terseret ke atas terdengar begitu nyaring di dalam rumah itu. Shisui pun menghela pelan sembari menggeleng, karena jebakan kuno itu masih saja di terapkan walau zaman sudah semakin maju.

Untung saja ia telah memberi peringatan juga sedikit petunjuk pada mereka sebelum berangkat tadi. Jika tidak para peserta yang bukan dari kalangan anbu seperti Kiba, Neji, Shino juga lainnya akan terjebak pada hal yang akan memalukan pihak Konoha.

Shisui pun segera melangkah masuk lalu mendudukan diri di ruang tengah, karena tubuhnya kini terasa sangat lelah. Ia pun tersenyum tipis karena menyadari jika ucapan Sakura yang mengatakan tidak boleh melakukan itu sebelum misi ternyata benar. Tubuhnya sekarang benar-benar terasa lelah juga mengantuk karena kebanyakan melakukan itu, mungkin ia tidak akan mengulangi kesalahan ini nanti.

"Ekheemm! Aku, Lee, Nao, Sai dan Choji, dalam surat ini tertulis akan menempati lantai 1. Sementara Shino, Shisui-san, Neji, Ozisa dan Kuma akan menempati lantai 2. Untuk urusan dapur di mulai dari inisial nama terawal," Ucap pria Inuzuka itu membuat Chouji terbelalak.

"Itwu berwarti aku dulu?" Tanyanya dengan nada yang tidak begitu jelas karena tengah menguyah makanan.

"Kiba, yang benar saja masa aku sekamar lagi dengan Lee? Shisui-taichou, aku mana bisa tidur jika sekamar dengan pria yang memiliki energi meledak-ledak sepertinya," Protes Sai.

Shisui pun memijat keningnya yang mulai terasa pening. Ia sangat tidak suka mendengar atau mengatakan penjelasan apapun dua kali, jika saja ini bukan tempat latihan yang menilai kerjasama tim mungkin ia akan lebih memilih berbicara dengan pohon.

Ia pun menghela pelan, menarik kembali kesabaran ke dalam dirinya lalu menunjuk sebuah pintu di sebelah kanan, "Itu kamarmu Sai dan yang di tengah kamar Nao. Setelah itu kamar Lee, apa kau mengerti?"

"Oohh seharusnya kau katakan jika kamar kami berbeda," Omelnya membuat Shisui tersenyum tipis, menyembunyikan kekesalannya.

Seingatnya Kiba sudah menjelaskan kalau mereka akan menempati lantai 1 dan seharusnya ucapan itu sudah sangat cukup untuk menjelaskan kalau kamar mereka pasti berbeda.

Ketika berjalan menaiki tangga, Shisui tiba-tiba kembali tersenyum karena teringat Sakura yang juga memang tulalit walau tidak separah Sai. Ia benar-benar merasa sangat ingin melihat wajah telmi gadis itu sekarang, untuk meredam semua emosi yang menggumpal di dalam hatinya.

Saat ia membuka pintu kamar, Husky putih itu tiba-tiba berlari masuk dengan kecang terlebih dahulu dan langsung berbaring di atas ranjang. Shisui yang melihatnya pun hanya menghela pelan sembari menaruh tasnya, "Cuci kakimu dulu sebelum naik ke atas ranjang,"

"Yare-yare, walau aku tidak memakai alas kaki. Telapakku masih bersih," Gerutu Husky itu sembari mengangkat satu kakinya.

"Berhentilah bicara seperti manusia, Rokudaime. Aku akan mendapat masalah besar jika ada yang mendengarnya,"

"Kau juga berhentilah memanggilku Rokudaime atau kau akan di anggap tidak waras,"

"Tidak masalah jika aku di anggap tidak waras, yang penting itu dirimu Rokudaime. Jika ada yang mendengar kau berbicara seperti ini, mereka akan langsung menjualmu ke tempat sirkus," Omelnya sembari menata pakaian di lemari.

Anjing Husky yang merupakan Kakashi itu seketika mendelik kesal lalu berbaring dengan santainya di sana, "Tidak ada yang bisa mendengarku berbicara bahasa manusia selain orang Konoha,"

"Aku tidak percaya,"

"Bagaimana bisa kau tidak percaya padaku, Shisui. Kau lihat sendiri kan tadi bagaimana para anbu itu bereaksi saat aku berbicara. Mereka hanya mendengarku menggonggong bukan berbicara!"

"Jika kau sendiri tidak yakin akan ramuan sihir apa yang kau telan. Bagaimana bisa aku yakin pada ucapanmu? Mulai sekarang lebih baik kau diam daripada nanti jadi bala,"

"Sudah ku bilang, aku tidak meminum ramuan apapun! Saat itu ... Errr agghhhh! Aku tidak ingat sedang apa hingga berubah menjadi anjing," Gerutunya sembari melenguh kesal.

"Lalu apa yang kau ingat, Kakashi-sensei?" Tanya Kiba yang tiba-tiba sudah berdiri di ambang pintu kamar bersama Sai, Chouji, Shino dan Neji.

Kakashi nampak memutar tubuh anjingnya hingga terlentang dan menggantung satu kakinya pada jendela, "Aku hanya mengingat Hanare,"

"Ku kira dia sudah mati di telan Kisame," Celetuk Sai.

Buak!

Sebuah lemparan bantal yang cukup keras dari Kakashi langsung membuat mayat hidup itu terjengkang, "Diam kau, Grrr!"

"Hish kau benar-benar menyebalkan kakashi-san. Kau bilang hanya mencintai Sakura tapi saat aku mengejek Hanare, kau langsung memukulku. Jadi yang mana yang ..."

Buak!

Satu lemparan bantal lagi-lagi mendarat pada wajah pria itu hingga memerah, "Sai aku bersumpah akan menyegel lidahmu lagi, saat aku kembali menjadi manusia,"

"Kau berani mencintai Sakura? Sejak kapan Ka-Ka-Shi," Tanya Shisui dengan nada yang begitu dalam.

Ketiga pria yang terduduk di dekat ambang pintu nampak langsung merapatkan diri saat Shisui melayangkan tatapan tajam pada husky itu.

"Ehmmm itu hanya masa lalu hehe, sebaiknya jangan di bahas,"

"Bohong Shisui taichou. Kakashi-san masih mencintainya sampai sekarang dan berniat akan terus mengejarnya," Ucap sang mayat hidup dengan gaya seperti membisikinya.

"Saaaaiiiii!"

Shisui kini memalingkan wajahnya ke arah lain, lalu bergerak mengambil sebuah minuman dingin sebelum mendudukan diri di sisi jendela, dekat balkoni. Husky putih itu pun segera menghampirinya dengan tatapan bersalah, "Shisui, tolong maafkan aku. Perasaanku benar-benar tak bisa di kendalikan. Tapi percayalah aku tidak punya niat untuk merebutnya darimu,"

"Ya, aku percaya," Ucapnya dengan nada yang begitu datar membuat suasana kamar itu menjadi semakin suram.

Shino pun segera mendekat lalu berdiri di sisinya, "Anda tidak perlu berbohong Shisui-san. Saya tahu jika anda sangat tidak mempercayainya sekarang,"

"Apa yang ku katakan ini benar, Shino. Berhentilah berbicara yang tidak penting. Masalah kita sekarang jauh lebih memusingkan, sebaiknya kalian mencari solusinya,"

"Apa kami boleh tahu alasannya?" Tanya Neji yang mulai semakin penasaran, Karena tak mampu membaca apa yang sedang di fikirkan serigala merah itu.

Shisui pun menghela pelan sembari melirik malas pada pria Hyuga itu, "Hmm, aku percaya Rokudaime tidak bisa merebutnya dariku karena dia tidak punya keberanian. Apa alasan itu cukup?"

"Kata siapa aku tidak berani? Aku sangat berani padamu Grrrr!"

"Padaku kau memang sangat berani Rokudaime. Tapi jika pada Sakura bagaimana? Apa kau berani mengatakannya secara langsung?" Tanyanya membuat Husky itu terlihat kebingungan dan menolehkan kepalanya ke arah lain, "Jika kau memang mencintainya, katakan saja. Aku tidak akan melarang,"

"Shisui kau ... "

"Nee aku tidak akan melarang, jika kau tak punya harga diri dan rasa malu," Ucapnya sembari bergerak sisi mereka. Lalu menggelar sebuah kertas putih berukuran sedang, "Sai tolong segel jendela dan pintu,"

Tanpa banyak berbicara pria itu pun segera menuruti perintahnya lalu duduk di sisinya, "Genma-san memberiku surat ini. Dia mengatakan ada pergerakan mencurigakan dari para anbu yang mengawal daimyo api,"

"Haaah ku kira jika mengikuti pelatihan ini bebanku akan berkurang. Tapi ternyata malah tambah banyak," Gerutu Shino sembari tengkurap di dekat bentangan kertas itu.

"Kabar hilangnya Rokudaime juga sudah mulai terendus publik. Kita harus buru-buru mencari orang yang bisa mewakilkan kehadiran anda. Jika tidak tampuk kepemimpinan Konoha akan jatuh pada orang yang salah. Jika kita mengatakan Kakashi-sensei menjadi anjing, kita pasti di tertawakan dan di anggap gila," Ucap Neji membuat Kakashi yang tengah menggigiti tangannya yang gatal, seketika terdiam.

"Dalam pelatihan ini juga aku merasa ada konspirasi besar. Senjata hingga atribut kita di lucuti. Chakra kita di segel, aku yakin mereka ingin menghabisi kita secara halus," Jelas Kiba yang membuat semua yang ada di sana semakin terdiam.

"Anak murid Shisui-taichou juga tengah berencana membuat petaka besar. Kepalaku benar-benar sakit," Gerutu Sai.

Shisui pun mulai mencatat semua masalah yang tengah mereka hadapi pada kertas itu. Satu persatu dari mereka juga membantunya menuliskan ide menuntaskan semua masalah itu. Namun, walau sudah beberapakali di rundingkan masalah itu tidak bisa di potong dalam satu kali tebas. Apalagi posisi mereka tengah di awasi seperti ini.

Kakashi yang memiliki ide bagus pun perlahan mendekati mereka lalu menyodorkan sebuah gulungan kertas, "Kirim surat ke Konoha, jelaskan keadaanku sejujurnya pada mereka,"

"Itu hanya akan membuat masalah semakin besar. Aku akan memberi perintah saja pada Sakura untuk mengerahkan seluruh anak buahku,"

"Bagaimana caranya? Chakra kita di segel, kita tidak bisa memanggil para ninken atau keluar dari sini,"

"Aku dan Sakura sudah terikat dengan begitu dalam. Kami hanya perlu berbicara dari hati ke hati jadi kalian beristirahatlah. Aku akan merundingkannya dengan Sakura setelah mandi," Ucapnya sembari membereskan alat-alat tulis itu lalu beranjak ke kamar mandi.

********

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro