Bab 23 { She is My Life Partner and My Mission Partner }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Dalam heningnya malam, sekelebat bayangan terlihat melintasi hutan bersalju itu dengan begitu cepat. Denting Shuriken yang beradu keras mengenai sasarannya seketika memecah suasana malam. Di balik rindangnya sebuah pohon, manik mata semerah darah itu memperhatikan dengan lekat beberapa kelompok yang tengah bertarung tak jauh dari tempatnya berada.

Setelah pertempuran kecil itu selesai, seorang pria berpakaian navy terlihat mengacungkan jempolnya. Mengisyaratkan kalau keadaan sudah aman. Sosok Shisui itu pun turun dari tempatnya dan memperhatikan keadaan sekitar.

"Sepertinya tidak ada siapapun lagi di sini. Ayo kita segera masuk ke dalam gua,"

"Tapi bagaimana dengan mereka taichou?"

"Gunung ini selalu mengalami badai salju empat jam sekali, jadi kalian tidak perlu mengkhawatirkan mayat mereka," Ucapnya sembari berjalan masuk ke dalam gua yang berukuran setengah tubuhnya, hingga ia harus merangkak untuk masuk.

Entah udara yang semakin dingin atau lorong gua itu yang terasa semakin sempit, hingga udara terasa tipis di sana. Shisui yang merasa tubuhnya tak muat lagi pun segera tengkurap dan menyeret tubuhnya dengan susah payah karena bebatuan juga tanah di sana cukup tajam dan kasar.

Begitu tiba di ujung lorong, Shisui bersama beberapa anak buahnya langsung menjatuhkan diri dan bersembunyi. Aroma belerang yang cukup kuat di sana membuatnya terbatuk hingga merasa semakin sesak. Jika saja ia tak langsung menutup hidungnya mungkin ia akan keracunan.

Sai yang sudah berada di bagian depan pun mengisyaratkan mereka untuk maju. Dengan begitu berhati-hati mereka mulai berjalan jongkok karena lantai yang mereka pijak tertutupi asap kehijauan yang begitu pekat, jika saja Shisui tak menggunakan sharingannya mungkin nyawa mereka sudah melayang karena menginjak ranjau yang tersembunyi di lantai itu.

Setelah menyusuri jalan beracun itu cukup lama, mereka seketika kembali bersiaga begitu tiba di sebuah bangunan yang seperti kuil kuno. Saat Shisui akan masuk, ia buru-buru menahan dirinya karena di balik pintu masuk itu ternyata ada air terjun.

Shisui pun segera berdiri di sisi air terjun, lalu memakai kembali sharingannya untuk memastikan keadaan di bawah mereka.

"8 ... 12 ... 16 orang di utara membawa senjata, 7 tangan kosong, barat dan 2 babon raksasa di selatan," Ucapnya membuat seluruh pasukannya mengernyit.

"Babon? Maksud anda manusia raksasa?"

"Nee, sepertinya mereka memang mayat hidup karena aku tidak bisa merasuki fikiran mereka,"

"Apa kita langsung terjun ke bawah taichou?"

"Di bawah air terjun ini ada beberapa batu, kita sembunyi dahulu di sana sembari membaca keadaan,"

"Dimengerti!" Ucap mereka berbarengan, lalu melompat turun dari air terjun itu.

Sai yang masih sedikit trauma dengan apa yang terjadi padanya beberapa waktu lalu nampak mematung dengan raut bingung. Shisui yang merasakannya pun perlahan mendekat lalu menepuk bahunya hingga ia menjengit kaget, "Pulanglah, tugasmu mengantarku kemari sudah selesai,"

"Tapi taichou, tugasku membereskan semua ini belum selesai,"

"Kau tidak perlu memaksakan diri untuk ikut. Aku paham apa yang kau rasakan sekarang,"

"Tidak taichou, aku adalah wakilmu. Akan sangat memalukan jika aku hanya berdiam diri saat kau tengah bertarung,"

"Baiklah, jika kau merasa ragu segeralah pergi atau cari perlindungan," Ucapnya sembari melompat turun dari sana.

Saat Shisui baru bersembunyi di sala sati batu, ia begitu terkejut saat melihat ada banyak potongan tubuh yang mengambang pada aliran air terjun itu. Anak buahnya bahkan harus merobek sedikit pakaiannya untuj menutupi hidung karena tak tahan dengan bau busuk di sana.

Alpha bahkan hampir meringkik takut jika Shisui tidak mengusap-usap kepalanya. Dengan sebuah isyarat Shisui memerintahkan anak buahnya melempar bom molotov di beberapa titik untuk menerangi tempat di sana.

Begitu mendengar suara pecahan botol juga cahaya ledakan yang cukup menyilaukan, para manusia monster aneh itu berlari begitu cepat ke arah sumber suara. Shisui yang melihat tingkah mereka yang mencakar juga memukul ke sembarang arah, seketika merasa yakin jika mereka buta.

Perlahan ia bergerak maju bersama anak buahnya dan menghabisi monster itu secara diam-diam. Namun, tak di sangka-sangka beberapa monster yang tak memakai senjata malah bisa melihat dan menyerang dengan lebih brutal, hingga mereka hampir kewalahan.

Bruak!

Dua monster yang akan menyerang Shisui dari belakang seketika terlempar jauh hingga membentur dinding, karena tendangan seorang gadis bersurai merah muda yang tiba-tiba melompat turun dari atas.

Manik semerah darah itu seketika terbeliak begitu melirik ke belakang, "Sakura?" Gumamnya sembari melempar beberapa monster yang sedang ia tahan dengan sekali tendang.

Sunggingan senyum menyebalkan pun terukir jelas pada wajah gadis itu, "Nee, apa kau merasa heran dengan keberadaanku di sini?"

Trang!

Serangan mendadak dari sebuah obor yang tiba-tiba terlempar padanya membuat Shisui langsung menarik gadis itu pada pelukannya dan menepis obor itu dengan katananya, "Apa kau sudah kehilangan akal? Tempat ini sangat berbahaya Sakura,"

"Aku akan lebih kehilangan akalku saat mendengar kabar buruk tentangmu nanti shannaro! Jadi lebih baik aku menyusulmu, setidaknya aku bisa memastikan kalau kau tidak mati konyol," Ucapnya sembari berlari menjauh, menerjang dan menghajar setiap musuh di sana yang entah kenapa semakin banyak.

Shisui seketika menyunggingkan senyumnya melihat tingkah gadis kesayangannya itu. Ia pun segera berlari ke arah lain untuk membantu rekan-rekannya yang lain. Melihat Naruto dan Yamato yang juga ada di sana membuat Shisui bisa sedikit bernapas lega, karena presentasi kemungkinan terburuk yang akan terjadi kini sedikit berkurang.

Namun, itu tidak berlangsung lama begitu ia menyadari ada anak muridnya juga di sana tengah bertarung, "Kenzou! Kenapa kalian ada di sini!" Teriaknya sembari menerjang para monster itu untuk mendekati mereka.

Akan tetapi ketiga anak itu malah menghilang entah kemana saat Shisui sudah hampir dekat. Ia pun kembali melirik ke sekitar dan begitu terkejut saat sang gadis musim semi berlari melewatinya dengan cepat, "Sakura, apa kau membawa anak-anak kemari!" Teriaknya membuat gadis itu menoleh sembari melayangkan tinjuannya pada monster di sisinya.

"Aku akan menjelaskannya nanti!" Teriak baliknya sembari berlari menjauh.

"Ya ampun ..." Gumamnya.

Dengan satu kedipan mata Shisui berhasil menghabisi para monster itu dan membuat Sakura tercengang. Ia bahkan hanya melihat kilatan cahaya merah dan tiba-tiba seluruh monster itu sudah terpotong menjadi beberapa bagian.

"Bomber! Sakura! Arah pukul 2," Teriaknya membuat anjing besar itu seketika melompat ke arah tangan Sakura yang sudah bersiaga melontarkannya.

Begitu anjing itu melompat tinggi, ia langsung menggigit wajah monster yang akan menerkam Sakura dari atas, lalu meremukannya dengan sekali gigit.

Setelah semuanya selesai Kiba segera mengambil beberapa sampel darah juga bagian kecil tubuh monster itu untuk di berikan pada Tsunade sebagai bahan penelitiannya. Sementara Shino memotret penampakan tempat mengerikan itu untuk di jadikan barang bukti.

Shisui juga segera menghampir sang gadis musim semi yang tengah bersedekap memperhatikan ketiga anak murid Shisui bersama Naruto dan Sai yang tengah memainkan tangan monster itu, layaknya sebuah boneka.

"Sakura," Panggilnya membuat gadis itu menoleh, lalu tersenyum sembari mengeluarkan sapu tangannya untuk mengelap wajah Shisui yang terkena percikan darah.

"Apa? Kau tidak perlu mengatakan terimakasih, aku membatumu dengan ikhlas," Ucapnya membuat pria itu menahan tangannya dengan tatapan datar nan dingin, hingga membuat perasaannya menjadi tidak enak.

"Pulanglah,"

"Tapi ..."

Shisui pun mengambil sapu tangan itu lalu mengelap balik wajah sang gadis musim semi, "Tempat ini sangat berbahaya, lebih baik kau pulang. Bukannya aku meragukan kemampuanmu hanya saja aku khawatir terjadi sesuatu yang buruk,"

"Tidak akan terjadi apa-apa padaku, percayalah,"

"Lalu anak-anak ini bagaimana? Mereka masih begitu kecil dan belum siap menjalankan misi seberat ini,"

"Itu ..."

"Sensei tolong jangan marahi kakak dokter, kami yang bersikeras ingin ikut," Bela Kira sembari memegang tangannya dengan tatapan cemas.

Yamato yang tak ingin memperpanjang perdebatan mereka pun segera maju ke sisi Shisui lalu memegang pundaknya, "Ibiki-sama yang menurunkan misi untuk membantu kalian. Jadi biarkan kami menyelesaikan misi ini,"

Shisui pun menghela pelan lalu tertunduk, "Jika Ibiki-sama yang mengeluarkan perintah maka aku tidak bisa melakukan apapun,"

"Shisui aku ..."

"Waktu kita tinggal 9 jam 45 menit lagi untuk membereskan tempat ini. Ayo cepat bergerak," Selanya sembari melangkah pergi melewati gadis itu tanpa menatapnya sedikitpun, hingga Sakura merasa tak enak, kesal sekaligus sedih.

Saat Shisui tengah membenarkan posisi senjata pada rompinya, Kenzou tiba-tiba menghampirinya dan menarik-narik ujung pakaiannya, "Sensei, aku sudah mengerahkan seluruh tenagaku saat bertarung. Apa aku boleh tidur sebentar?" Tanyanya sembari mengucek matanya.

"Kenzou kau ini apa-apaan. Jangan ganggu sensei cepatlah kemari," Omel Kenzi sembari menarik tangannya.

"Kenzi tidak apa, Alpha cepat kemari," Ucapnya membuat anjing itu segera mendekat, dengan begitu berhati-hati ia membaringkan Kenzou pada punggung husky besar itu.

"Shisui, ia selalu mengantuk setiap waktu. Apa dia tidak memiliki masalah kesehatan?" Tanya sang gadis musim semi membuat Shisui melirik dengan tatapan yang begitu datar, "Aku tidak tahu,"

"Souka,"

"Taichou, maaf kalau saya boleh tahu siapa gadis itu?" Tanya salah satu anak buahnya yang terlihat bersemu merah dan tak henti menatap Sakura.

"Dia rekan misiku, sekaligus rekan hidupku," Ucapnya dengan acuh, sembari berjalan pergi membuat anbu itu terbelalak.

"Jadi dia ..."

"Dia istri dari Shisui-taichou, jangan berani-berani menatapnya atau kau akan jadi buta," Peringat Sai sembari tersenyum.

"Ya ampun, tolong maafkan aku," Ucapnya yang langsung kabur dari sana.

Saat mereka baru melanjutkan perjalanan, ketiga anjing di tim itu tiba-tiba menggonggong dengan begitu kencang saat melihat dua manusia bertubuh gempal dan besar terduduk di dua sisi pintu batu selatan, seperti tengah menjaganya. Ketika Shisui, Sakura dan kiba akan menenangkan anjingnya, kedua raksasa itu malah bangun dari tidurnya dan tersenyum lebar begitu melihat mereka.

"Mattaku lain kali aku akan membawa pengekang mulut kalau kau ikut misi Akamaru,"

Brak!

Beberapa batu besar yang di lemparkan para raksasa itu membuat mereka terkejut. Shisui yang tak ingin membuang waktu terlalu lama di sana pun segera berlari, memijak lemparan batu itu dan sembari mengayunkan katananya dengan secepat kilat. Suara teriakan yang menggema dari raksasa itu membuat langit-langit gua itu bergetar, menjatuhkan stalagmit di sana.

Sakura yang melihat salah satu monster raksasa itu akan menyerang Shisui dari belakang, buru-buru melompat dan melayangkan tinjuan mematikannya pada wajah monster itu hingga remuk, "Jangan coba-coba menyerangnya seperti seorang pengecut shannaro!"

Seluruh anggota tim seketika bergidik ngeri melihat kekuatan juga kemampuan luar biasa pasutri itu. Saat Sakura akan mengeluarkan sebuah alat yang terasa tak asing, Shisui tiba-tiba menahan tangannya, "Apa yang kau lakukan?"

"Gua ini begitu gelap, aku harus mendeteksi keberadaan musuh di depan sana menggunakan alat ini,"

"Mataku belum rabun Sakura, aku bisa mendeteksinya lebih akurat,"

"Tempat ini sangat luas, matamu pasti akan sangat lelah Shisui,"

"Tidak apa, cepat simpan kembali itu. Lagipula kalau mataku lelah masih ada mata Neji kan?" Tanyanya membuat pria Hyuga itu menoleh.

"Apa?"

"Aku akan meminjam matamu kalau mataku lelah," Ulangnya membuat Neji mengernyit, "Baiklah jika kau bisa memakainya,"

Shisui nampak mendelik kesal, entah kenapa Neji hari ini menjadi sedikit telmi seperti Kiba, "Nani? Aku bilang kau gantikan posisiku untuk sementara nanti. Bukan yang lain,"

"Oh ku kira kau benar-benar ingin mencongkel mataku,"

"Mana ada! Sudahlah, Sakura cepat masukan kembali alat itu,"

Sakura pun menghela pelan lalu meletakan kembali alatnya dan melirik pada Shisui yang tengah berkonsentrasi memantau keadaan di dalam, "Bagaimana?"

"Di ujung pintu ini ada pintu lain. Tidak ada monster atau jebakan,"

"Kau yakin?"

"Hmm ayo kita bergerak,"

"Shisui-san, apa kita bisa beristirahat sebentar? Kakiku terasa kram," Ucap Kiba yang tengah terduduk sembari meringis.

Shisui pun segera bergerak ke sisinya dan memeriksa kaki pria Inuzuka itu, "Sakura tolong tangani dia," Titahnya membuat gadis musim semi itu segera mengangguk.

Sembari menunggunya selesai, Shisui nampak berdiri di sisi pintu sembari memperhatikan mural yang terukir di dinding itu. Fikirannya kini terpecah ke berbagai arah yang menyimpulkan isi mural itu. Hingga ia tak menyadari jika Sakura sudah berada di belakangnya, "Shisui?"

Pria itu pun segera berbalik menatapnya dengan penuh tanya, "Sudah selesai?"

"Nee, beberapa menit lagi Kiba bisa kembali melanjutkan misi,"

"Bagus," Ucapnya dengan acuh lalu kembali menatap Mural itu sembari bersedekap.

Sakura yang sudah tak tahan dengan sikapnya itu pun nampak maju, berdiri di hadapan Shisui sembari berjinjit menghalangi pandangannya lalu memegang kedua telinganya, "Gomen-nee,"

"Sakura kau ini apa-apaan? Beristirahatlah sebentar, perjalanan kita masih panjang,"

"Aku tidak akan pergi sampai kau memaafkanku," Ucapnya membuat Shisui mengernyit dan sebuah ide jahil pun hinggap pada fikirannya.

Shisui nampak berbalik memunggunyia sembari memalingkan tatapannya ke arah lain, "Untuk apa aku memaafkanmu? Kau tidak melakukan kesalahan,"

Sang gadis musim semi yang tak ingin menyerahpun terus saja bergeser mengikutinya, agar ia bisa tetap berada di hadapan Shisui, "Aku melakukan kesalahan dengan menjalankan misi tanpa seizinmu jadi tolong maafkan aku,"

"Kau nekat melakukan ini pasti ada alasannya kan? Apa karena set makeup keluaran terbaru produk Lanera?" Tanyanya membuat manik emerald itu terbeliak kaget.

Sakura seketika memalingkan wajahnya ke arah lain karena begitu malu sekaligus tak menyangka jika Shisui akan mengetahui alasannya menjalankan misi ini hanya agar bisa membeli satu set makeup keluaran terbaru, "Ano ... Eto ... Haha mana ada. Aku kan tidak bisa memakai makeup Shisui. Untuk apa aku membelinya? Aku mengikuti misi ini karena aku sangat merindukanmu ... nee hanya itu,"

Shisui nampak mengernyit dan terus berusaha sekuat tenaga menahan tawanya saat melihat ekspresi menggemaskan Sakura saat panik, "Gadis konyol," Ledeknya sembari menjawil hidung Sakura.

"Jika kau ingin membeli sesuatu beli saja. Kau tidak perlu bekerja keras atau berbohong seperti ini. Jika uang yang ku berikan masih kurang kau bisa menulis check atas namaku. Buku check dan stempelnya masih ada di laci kerjaku kan?"

"Nee, tapi aku tetap saja merasa tidak enak jika memakainya dengan jumlah yang besar,"

Shisui pun tersenyum simpul mendengarnya lalu mengacak pucuk rambut gadis itu, "Selama kita masih bersama, milikku adalah milikmu juga jadi kau tidak perlu merasa tidak enak,"

"Benarkah? Biasanya kau sangat pelit tapi sekarang kenapa kau tiba-tiba seperti ini? Apa kau terbentur sesuatu?" Ledek baliknya membuat perempatan kekesalan Shisui terukir.

"Sakura tolong jangan mulai lagi,"

"Kenapa? Kau tidak suka ku ledekkan? Jadi jangan meledekku duluan," Ucapnya sembari memanyunkan bibirnya lalu menoleh ke arah lain.

"Mattaku, kami-sama kenapa kau memberiku istri konyol seperti dia?"

Sakura yang tak ingin kalah darinya pun mencakupkan kedua tangannya lalu menatap langit-langit, "Mattaku, kami-sama kenapa kau memberiku suami menyebalkan seperti dia,"

"Haaah, ampun. Jika kau meledekku lagi aku takkan memberikanmu jatah bulanan,"

"Haah, jika kau tidak memberiku jatah bulanan maka aku tidak akan memberimu jatah harian," Ucapnya sembari berkacak pinggang dan menatapnya hingga terlihat percikan petir diantara mereka.

"Ano ... Memangnya ada yang namanya jatah harian?" Tanya Sai yang entah sejak kapan sudah ada di sisi mereka, hingga membuat keduanya terkejut, "Sai!"

"Setahuku jatah bulanan kan gaji lalu kalau jatah harian?" Tanyanya dengan ekspresi wajah yang begitu polos, membuat Shisui menyunggingkan senyum anehnya.

Ia pun menyenggol bahu Sakura dengan bahunya sembari menaik turunkan alisnya, "Jawablah sayangku, memangnya apa jatah harian itu? Aku rasa aku baru mendengarnya sekarang," Ledeknya membuat perempatan kekesalan gadis itu terukir.

"Diamlah shannaro!" Teriaknya sembari mencubit perut pria itu hingga meringis, "Hmpph kau benar-benar menyebalkan," Dengusnya sembari berjalan pergi dengan cepat dari sana.

Sai yang melihat Shisui terus cekikikan nampak mengernyit tak mengerti, "Taichou?"

"Kau tanyakan saja pada Ino, dia pasti mengerti," Ucapnya sembari menepuk-nepuk bahu Sai lalu melenggang pergi dari sana

********

Menit demi menit terasa berlalu dengan cukup cepat saat mereka menelusuri lebih dalam tempat itu. Penglihatan Shisui tadi memang akurat, tidak ada monster yang menghalangi mereka di sepanjang lorong curam itu.

Begitu tiba di sebuah pintu besi yang lebih besar di ujung lorong itu, Shisui beserta anak buahnya segera mendobrak pintu yang sangat berat itu. Cahaya yang begitu menyilaukan membuat mereka meringis, satu persatu dari mereka pun masuk dengan perlahan dan berhati-hati.

Sakura yang paling pertama masuk seketika mematung dengan tatapan melongo saat melihat tempat itu ternyata sebuah tempat penelitian. Para penjaga bermasker oksigen hitam yang melihat mereka langsung berlari menyerang dengan berbagai senjata.

"Sakura tolong tahan para ilmuan jangan sampai mereka kabur!" Teriak Shisui membuat sang gadis musim semi bersama Kiba, Shino, Neji berlari ke arah lain.

"Wakatta!"

"Sai, Naruto sisakan tiga penjaga, kita harus membawa mereka hidup-hidup," Titahnya lagi.

"Aku mengerti dattebayo," Teriak baliknya sembari berlari menerjang para penjaga itu dengan rasengannya.

"Yamatoo!"

"Shisui kami sudah di posisi. Semua alat aman!"

Shisui pun segera melayangkan tebasannya tanpa ragu setelah semua anak buahnya selesai menjalankan perintah. Sementara itu di sisi lain Sakura bersama rekan-rekannya nampak berlari dengan begitu cepat juga cekatan seperti anak rusa saat mengejar para ilmuan yang mencoba kabur.

" Inazuma no nami!" Teriakan Kenzi seketika membuat sulur-sulur biru berbalut petir, seperti jaring keluar dari tangannya dan melesat, memerangkap para ilmuan itu.

"Sumpal mulut mereka, jangan sampai mereka menggigit lidahnya sendiri," Titah Neji.

Setelah seluruh penghuni tempat itu di amankan. Mereka segera kembali ke tempat awal, dimana Shisui berada. Pertarungan yang masih terjadi di sana membuat mereka langsung bergerak membantu.

Hembusan angin yang di iringi kilatan cahaya dari panah yang meluncur cepat di sisinya seketika menggores pipi Sakura dan melesat ke arah Shisui yang sedang begitu fokus bertarung. Hujaman yang begitu keras pada punggung kirinya membuat pria itu meringis, Sakura yang melihatnya pun buru-buru berlari menghampirinya dan mencabut anak panah itu.

Manik emeraldnya seketika berkilat begitu melihat beberapa pria berpakaian serba hitam, tengah berdiri memegang sebuah busur di lantai dua.

Dengan begitu cepat Shisui dan gadis musim semi itu berlari di bawah hujanan anak panah yang di lontarkan pria itu. Begitu mereka akan tiba Shisui pun berlari mendahuluinya lalu berdiri di bawah salah satu pilar, "Cepat!" Teriaknya membuat gadis musim semi itu melompat pada tangannya yang sudah bersiaga melontarkannya.

Kepalan tangan berselimut cahaya hijau yang panas itu seketika menghantam wajah salah satu pemanah itu hingga membentur lantai yang langsung hancur. Neji yang baru naik pun langsung membabat habis para pemanah itu dengan cepat.

Setelah situasi mulai terkendali, perhatian mereka seketika berfokus pada ketiga anjing yang tengah mencakar-cakar lantai bagian tengah ruangan itu. Neji pun segera maju menggantikan Shisui untuk menerawang apa yang sebenarnya ada di bawah lantai itu, karena sang Uchiha sudah mengeluarkan cukup banyak darah segar dari matanya.

"Shisui, jauh di bawah sana terdapat banyak monster yang di penjara dan yang sedang di jadikan bahan percobaan. Aku juga melihat ada sebuah ruangan dimana hanya ada satu manusia yang ku prakirakan masih hidup dan normal. Apa kau bisa merasuki fikirannya?"

"Shisui-san sudah menggunakan setengah kekuatan sharingannya dattebayo. Mana bisa ia melakukan itu,"

"Biarkan dia istirahat sebentar Neji. Aku akan mengobatinya," Ucap Sakura sembari mengalirkan ninjutsu medisnya pada mata pria itu.

Yamato pun segera berbalik bersama Naruto, "Sembari menunggu, kami akan memeriksa sekitar. Siapa tahu ada barang bukti lain,"

Shisui pun segera mengangguk lalu duduk bersila, mencoba bermeditasi memulihkan kekuatannya di bantu dengan chakra medis Sakura. Neji yang juga sudah terluka cukup dalam nampak melakukan hal yang sama dengan Shisui.

Setelah beberapa saat berlalu, Naruto nampak datang dengan tergopoh-gopoh dengan raut wajah pucat pasi, "Shisui-san! Ano ... Ada sesuatu yang mengerikan di sayap kanan ruangan ini dattebayo,"

Mereka pun segera mengikuti pria jingga itu ke sebuah lorong yang cukup gelap dan licin. Sakura seketika terbeliak kaget begitu melihat 6 patung dewa di gantung terbalik memutari ruangan bulat seperti altar itu dan di lilit kawat hitam yang menguarkan aroma racun yang begitu pekat, hingga membuatnya hampir muntah.

Di tengah ruangan itu juga terdapat simbol aneh, api unggun, beberapa tengkorak manusia, organ dalam dan dua mayat yang di paku berdiri di pilar dengan isian perut terburai.

Sakura yang tidak tahan dengan pemandangan mengerikan itu pun buru-buru naik ke tempat awal dan muntah. Shisui yang baru tiba menyusulnya bersama yang lain segera mengelus bahunya dan memeluk sang gadis musim semi yang terlihat gemetar, takut.

"Shi ... Shisui, apa ... apa yang baru ku lihat itu benar? Kenapa ... ya ampun kepalku benar-benar pusing,"

"Sudah ku bilang ini misi yang berat Sakura, kita tidak hanya melawan monster tapi melawan iblis yang berwujud kegilaan,"

Gadis musim semi itu pun mendongak dengan tatapan berkaca-kaca sembar menyentuh kedua pipinya, "Ayo kita pulang, tempat ini lebih mengerikan daripada neraka. Aku benar-benar tidak tahan shannaro,"

"Tidak, tugasku belum selesai. Aku harus tetap melanjutkannya,"

"Kau akan menjadi tidak waras jika melanjutkannya Shisui!"

"Aku tidak bisa melakukan pekerjaan setengah-setengah Sakura. Kau saja yang pulang nee," Ucapnya sembari mengecup kening gadis itu.

"Ti ... Tidak. Aku tidak akan meninggalkanmu,"

"Sakura ..."

"Ayo kita selesaikan ini segera," Ucapnya sembari menarik tangan Shisui ke tengah ruangan.

Dengan satu tinjuan darinya, lantai itu seketika hancur dan menjatuhkan mereka. Para monster di sana seketika menyerang mereka dengan lebih buas dan brutal dari monster sebelumnya, hingga membuat mereka kewalahan karena kalah jumlah.

Seluruh anggota tim itu nampak mulai terluka akibat cakaran, tendangan hingga lemparan dari para monster itu. Shisui yang ingin melindungi Sakura dari batu yang di lontarkan salah satu monster, seketika terluka parah pada keningnya hingga membuat gadis itu panik.

Shisui yang sudah tak bisa mentolelir lagi alotnya pergerakan pertarungan mereka, segera memegang katananya kuat-kuat dan berlari menebaskannya dengan secepat kilat. Shisui seketika berlutut memegang ujung katananya yang tertancap di tanah setelah mengalahkan para monster itu.

Sembari menunggu rekan-rekannya membereskan sisa monster itu, Shisui pun berjalan pergi menuju sebuah ruangan yang Neji bilang ada seseorang yang tengah di rawat. Begitu ia membuka pintu, Shisui seketika terbelalak saat melihat seorang wanita paruh baya tengah di rendam di sebuah bak.

Aroma obat-obatan, formalin hingga darah di sana membuat Shisui semakin penasaran siapa yang tengah di awetkan oleh anak muridnya. Ia pun mengambil beberapa berkas di sana yang menunjukan jika wanita itu sudah di simpan selama satu tahun dan Riichi telah melakukan banyak percobaan untuk membuatnya kembali hidup.

"Kenzi aku tahu kau ada di luar sana. Kemarilah aku memiliki tugas untukmu,"

Anak laki-laki berambut biru itu pun perlahan masuk sembari menundukan kepalanya, "Gomen-nee sensei, tadinya aku ingin mengatakan kalau monster-monster manusia itu sudah di habisi,"

"Tidak apa, tolong bekukan mayat ini dan bawa pada Ibiki-sama,"

"Aku akan membangunkan Kenzou untuk membantuku. Permisi sensei,"

Baru saja anak itu keluar, sang gadis musim semi pun masuk dan menghampirinya sembari menatap mayat wanita itu, "Shisui dia?"

"Aku tidak mengenalnya, setelah kau tiba di Konoha segera Autopsi mayatnya lalu minta Kenzou dan Kenzi membekukannya," Titahnya membuat gadis itu segera mengangguk mengerti.

"Pekerjaanku sudah selesai dan aku masih memiliki waktu 3 jam untuk kembali ke tempat pelatihan. Apa kau mau ikut denganku sebentar?" Tanya Shisui sembari mengulurkan tangannya.

"Kemana?"

"Aku menemukan tempat yang indah di puncak gua ini," Ucapnya sembari merangkul pinggang gadis itu dan berteleportasi pergi dari sana.

Manik emerald sang gadis musim semi seketika berbinar begitu melihat pemandangan air terjun yang begitu indah di hadapannya. Stalagtit dan stalagmit di sekitarnya juga bersinar seperti batuan kristal berwarna merah, biru dan hijau.

Saat ia akan melangkah maju, Shisui tiba-tiba menarik tangannya dan menggendong gadis itu dengan kedua tangannya lalu melompat pada danau di bawah air terjun itu, "Apa yang kau lakukan? Pakaianku jadi basah semua shannaro,"

"Bukankah itu lebih baik hmm? Pakaianmu jadi bersih sekarang dan tidak akan ada yang curiga kalau kau pergi misi denganku," Ucapnya sembari mengecup leher sang gadis musim semi yang langsung mendorongnya mundur.

"Kalau begitu biarkan aku membersihmhkan diri sendiri saja shannaro. Pergilah,"

"Kau adalah ratuku, mana mungkin aku membiarkanmu kesusahan dengan mandi sendiri,"

"Shisui jangan banyak alasan, cepat pergi shannaro. Bagaimana jika ada yang melihat,"

"Sudah hampir satu bulan kita tidak bersama, apa kau memang tidak ingin melakukannya?" Tanyanya sembari terus mencoba mendekatinya.

"Bukan begitu tapi kan ..."

"Ya sudah kalau tidak mau. Sasuke atau Kazekage pasti sudah menunggumu di Konoha," Ucapnya membuat gadis musim semi itu terbelalak kaget.

Perasaanya kini menjadi tidak enak saat Shisui malah berjalan ke bawah air terjun dan bersandar pada salah dinding batu itu. Ia pun segera menghampirinya dan memperhatikan ekspresinya yang tengah terpejam, "Apa maksudmu mengatakan itu?"

"Bukan apa-apa, pergilah. Aku sudah membuat portal ke Konoha di sana,"

Sungginyan senyum kini terukir saat ia mulai mengerti kenapa Shisui bisa tahu dan bisa cemburu seperti ini. Saat ia memegang kedua pipinya Shisui pun membuka matanya dengan tatapan penuh tanya, "Apa?"

"Kau cemburu?"

Shisui pun segera memalingkan wajahnya ke arah lain sembari kembali terpejam, "Aku tidak mengerti apa yang kau katakan,"

"Pfft, kau benar-benar menggemaskan saat cemburu. Lihat kupingmu begitu merah seperti habis di jewer," Ledeknya namun Shisui tak bergeming sedikitpun.

"Suamiku kau tidur atau pingsam hmm?" Godanya sembari menotol pipi pria itu, "Sa ... yang ... ku?" Ulangnya namun pria itu tak bergerak sedikitpun layaknya sebuah patung.

"Anata?"

Panggilan itu sukses membuat Shisui membuka matanya dan menoleh dengan tatapan bahagia yang susah payah ia sembunyikan, "Hmm?"

Sebuah kecupan singkat pada pipinya membuat Shisui terkejut, saat ia akan berbicara Sakura tiba-tiba memegang kedua sisi wajahnya dan menariknya mendekat lalu mengecup keningnya. Seolah merasa tahu apa yang akan di lakukan Sakura selanjutnya, Shisui pun memejamkan matanya dan mendekatkan sendiri wajahnya membuat perempatan kekesalan Sakura terukir.

"Mattaku, dalam beberapa detik dia lupa dengan rasa dongkolnya hanya karena di bujuk seperti ini, " Gerutunya dalam hati.

Saat Shisui hampir menyentuh bibirnya, Sakura buru-buru memeluknya, "Tidak  sekarang,"

"Tapi aku ingin sekarang," Ucapnya sembari menggendong sang gadis musim semi.

*****

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro