Bab 6 { Cat and Mouse }

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lesatan tatapan tajam nan dingin manik amethys sang pria tua di sebuah gazebo taman, sukses memaku pergerakan Shisui dan Sakura yang tengah duduk bersimpuh di hadapannya. Sunyinya suasana taman itu membuat suasana semakin terasa tegang.

Sudah setengah jam berlalu, tapi tidak ada yang berani menatap bahkan berbicara untuk memecah keheningan itu. Rasa kesemutan yang semakin merambat tak karuan, membuat sang gadis musim semi yang tak terbiasa duduk seperti dalam jangka waktu lama. Perlahan melirik pada Shisui yang ternyata masih menatapnya dan tak berkedip sedikitpun.

"Politik atau kecelakaan?"

Gadis musim semi itu kini bisa menghela pelan napasnya. Karena akhirnya kakek tua itu akhirnya bersuara juga. Saat manik emeraldnya menatap lagi ke depan, kakek itu sudah menyalakan cerutunya.

"Tidak keduanya,"

Jawaban shisui yang terdengar begitu dalam dan serius membuat suasam kembali hening. Kakek tua itu kini melirik pada Sakura yang seketika menundukan kepalanya lagi, "Nak, siapa namamu?"

"Haru ... Uhmm Uchiha-Sakura,"

"Dari klan mana kau berasal?"

"Saya tidak mempunyai klan," Ucapnya membuat kakek tua itu mengernyit.

"Kau rakyat biasa?"

"Saya seorang kunoichi sekaligus perawat di Konoha,"

Kakek tua itu kini mengusap-usap dagunya sendiri lalu mengepulkan asap cerutunya, "Haaaaahhh, jodoh tidak akan jauh," Ucapnya sembari menghela napas panjang membuat sang nenek di sisinya terkekeh, "Kau memang benar Ruka. Jodoh seorang shinobi tidak akan jauh, antara seorang medic atau sesamanya,"

"Lalu kenapa? Apa kau tidak suka dengan kenyataan itu, Toshi?" Tanya nenek itu membuatnya semakin menggeleng pelan sembari memijat keningnya.

"Tadinya aku ingin menjodohkan anak ini dengan salah putri dari sahabatku. Tapi jika sudah seperti ini ya .... Aku tidak bisa berbuat apa-apa,"

"Jika Shisui bersanding dengan gadis biasa ia akan lebih repot. Sebagai seorang shinobi ia butuh pendamping yang setara,"

"Iya .... Iya aku tahu. Jadi kalian tidak berpura-pura kan?"

"Aku tidak pernah bermain-main dalam mengambil keputusan paman,"

"Kau sudah memikirkannya dengan panjang sebelum mengambil keputusan mendadak itu?"

Shisui seketika terdiam beberapasaat lalu mengangguk.

"Nak, Sakura. Berapa usiamu sekarang?"

"19,"

Kakek tua itu tiba-tiba menggeleng pelan sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal lalu menghela pelan, "Kau dengar itu Ruka. Usianya bahkan belum genap 20. Bagaimana bisa dia .... Ckkk kami-sama, Shisui kau benar-benar membuatku sakit kepala,"

"Aku juga menikah denganmu saat berusia 15. Lalu apa masalahnya Toshi? Kita bisa menjalankan rumah tangga ini dengan aman selama setengah abad kan? Lalu kenapa kau tidak percaya pada mereka?" Omel nenek itu membuatnya kembali menggeleng.

"Anak zaman sekarang dan anak zaman dahulu seperti kita sangat berbeda, Ruka. Mereka ...."

"Kau bisa meragukan anak zaman sekarang. Tapi apa kau benar-benar bisa meragukan Shisui-mu?" Potongnya yang seketika membungkam kakek itu, "Jika kau meragukannya, kau sama saja meragukan ajaranmu sendirikan?"

Kakek tua itu kini mengangguk pelan lalu menatap Shisui juga Sakura dengan dalam, "Baiklah. Aku tidak akan mempermasalahkan penikahan ini, karena kau sudah sangat dewasa Shisui. Aku yakin kau mampu membimbing dan menjaga istrimu. Tapi ingat satu hal, pernikahan bukanlah hal yang mudah, kau harus mempertahankannya sampai akhir. Kau paham?"

"Ya,"

"Kau juga Sakura, sekarang kau bukan lagi seorang gadis yang bisa seenaknya melakukan ini itu. Namamu telah terhubung dengan nama putraku. Setiap hal yang kau lakukan akan berimbas pada putraku juga. Jadi aku harap kau bisa mengerti tugas dan tanggung jawabmu,"

Sakura terlihat hanya bisa mengangguk mendengar penjelasannya. Ia tak mampu menjawab apapun karena takut salah berbicara.

"Satu tahun kau tak pulang kemari dan tiba-tiba membawa seorang istri. Aku benar-benar tak menyangka kau akan tumbuh secepat ini,"

"Toshi, sudahlah,"

"Kalau begitu, kau bisa memanggilku paman Toshi,"

"Dan aku bibi Ruka!" Pekik nenek tua itu dengan begitu bersemangat hingga tak sengaja meninju dagu kakek tua itu.

"Ruka ... Jaga sikapmu. Sudah tua masih saja seperti anak kecil," Omelnya namun nenek tua itu malah menyunggingkan bibirnya, "Cih, kau juga masih kekanakan,"

"Hish, diamlah. Sakura kami adalah orang tua asuh dari Shisui. Sejak kecil kami yang mengasuhnya jadi kau tak perlu ragu jika ingin mengatakan apapun. Anggap saja kami orang tuamu nee,"

"Nee,"

"Kalau begitu istirahatlah. Kalian pasti sangat lelah," Ucap nenek itu sembari mendekati Sakura dan membantunya berdiri.

Shisui pun segera membawanya pergi dari sana. Sepanjang koridor rumah gadis musim semi itu terus melirik kesan kemari, karena ia merasa rumah ini begitu mirip dengan rumah Shisui di Konoha.

Derit tangga yang cukup keras berbunyi membuat Sakura tersentak kaget, hingga ia tak sengaja menginjak kaki Shisui. Tawa pria itu seketika membuat rasa tak enaknya berkurang. Sakura yang masih ragu melangkah menaiki tangga itu pun segera di gendong oleh Shishui.

Jantungnya kembali berdegup kencang saat pria itu menatapnya dengan penuh atensi. Setibanya di kamar Sakura kembali di buat terpana melihat kamar itu begitu luas. Di sana juga tidak terlalu banyak barang dan sangat terang, karena banyak jendela.

Saat pria itu menurunkannya, Sakura langsung berjalan kesana-kemari melihat-lihat kamar itu. Hingga ia berdiri di balkoni kamar itu, Sakura pun teringat sesuatu. Manik emeraldnya kini melirik pada Shisui yang tengah menata pakaian mereka di lemari.

Dengan terburu-buru ia berjalan mendekat lalu duduk di belakangnya, "Shisuii ... ii ... Ii," Panggilnya seperti seorang anak kecil yang tengah memanggil rekannya bermain.

"Hmm?"

"Uhmm jika kita ke pergi ke funfair itu dari sini, apa akan memakan waktu lama?"

"Tidak, jaraknya hanya setengah jam dari sini,"

"Kalau begitu kapan kita ke funfair itu?"

"Kita baru saja tiba Sakura. Apa kau tidak lelah?"

Gadis musim semi itu seketika menggeleng lalu menyandarkan kepalanya pada punggung Shisui, "Aku sangat ingin kesana sekarang,"

"Funfair itu buka nanti sore. Kau beristirahatlah sebentar,"

"Benarkah? Apa nanti kita sore akan pergi?"

"Hmm,"

Sakura tiba-tiba bergeser ke sisinya dan mengambil tas itu, "Aku yang akan menata barang. Kau saja yang beristirahat,"

Shisui yang tahu gelagat anehnya itu pun segera menggeser kembali tas itu ke hadapannya, "Aku bisa membereskannya sendiri,"

"Ini tugasku sebagai seorang istri. Jadi kau beristirahatlah," Ucapnya sembari menarik tas itu lagi ke sisinya.

"Sakura ini juga tugasku,"

"Tugasku, shannaro!"

"Tugasku, sayang,"

Gadis musim semi itu seketika mematung mendengar Shisui memanggilnya seperti itu. Wajahnya kini terlihat begitu merah. Sakura yang tak mau terjebak dalam siasatnya pun segera tersadar dan kembali menggeser tas itu kesisinya, "Ini tugasku, suamiku,"

Shisui yang tak terpengaruh dengan panggilannya pun seketika menatapnya dengan datar, "Suami? Kemarin kau bilang aku musuhmu kan?"

"Kapan aku bilang seperti itu shannaro!"

"Kemarin,"

"Kemarin kapan! Kita baru menikah dua hari lalu dan kau sudah menuduhku yang tidak-tidak, shanaro!" Teriaknya sembari melemparnya dengan pakaian yang ia pegang.

"Lihatlah sikapmu ini Sakura. Apa begini sikap seorang istri pada suaminya?" Ledeknya membuat gadis musim semi itu semakin dongkol.

"Lalu kenapa kalau aku bersikap begini? Kau juga sangat menyebalkan shannaro!" Ucapnya sembari kembali memukul-mukul tangan pria itu hingga Shisui langsung berdiri, menjauh.

"Bagaimana aku tidak menyebalkan, kalau kau yang mengajariku seperti itu?"

Sakura kini mengernyit dalam, semakin kesal karena pria itu terus saja menyalahkan sesuatu yang tidak pernah ia lakukakan, "Mengajari apa hah? Aku bahkan tidak pernah dekat-dekat denganmu!"

"Lalu kemarin malam apa? Kau menyerepetku hingga kehabisan napas,"

"Shisui kau benar-benar menyebalkan, shannaro! Aku tidak akan mengampuni mulut embermu itu," Teriaknya membuat pria itu langsung kabur dari sana, sementara Sakura terus mengejarnya.

Ruka dan Toshi yang sedari tadi mengintip di sisi pintu kamar itu, seketika tak bisa menahan tawanya saat memandang satu sama lain.

"Gadis itu mirip denganmu Ruka,"

"Shisui juga sama menyebalkannya dengan dirimu," Ucap nenek tua itu sembari meninju dadanya.

*****

Semerbak aroma harum bunga yang menenangkan pada senja itu membuat sunggingan senyum bahagia sang gadis musim semi semakin terukir dalam. Hembusan angin yang lembut nan hangat, mengibaskan helaian rambut merah muda gadis itu.

"Kau sudah siap?" Tanya sebuah suara yang membuat Sakura menoleh.

Manik emeraldnya seketika berbinar melihat Shisui yang terlihat begitu tampan dengan kemeja merah juga celana jeansnya.

"Phiww!" Shisui seketika terbelalak mendengar gadis itu malah bersiul. Ia perlahan mendekat dengan tatapan aneh dan tiba-tiba ia membuka dua kancing atas kemeja itu, membuat dadanya sedikit terlihat, "Sakura, kau ini apa-apaan?" Protesnya sembari mencoba mengancingkan kembali pakaiannya.

"Hish, biarkan seperti itu Shisui. Kau akan pergi bersantai di luar bukan pergi interview!"

"Tapi tidak seperti ini juga, Sakura. Warna pakaian ini juga terlalu mencolok. Aku akan menggantinya,"

"E .... Eehh kau mau kemana? Aku tidak akan membiarkanmu berpakaian seperti ninja hari ini," Ucapnya sembari menahan pergelangan pria itu.

Shisui seketika menghela pelan lalu menatapnya dengan aneh, "Lalu ini apa hmm?" Tanyanya sembari mencubit kecil perut gadis itu, "Katanya kau ingin bermain tapi malah berpakaian seperti akan berenang,"

"Ish! Kau benar-benar tidak sopan," Omelnya sembari sedikit berbalik dan menutup perutnya dengan ujung rompinya.

"Kau yang mulai,"

Emerald gadis itu kini kembali terbelalak, bisa-bisanya pria itu membalikan keadaan dengan mudah, "Hish! Dasar swike!" Gerutunya sembari bersedekap, memunggunginya.

Shisui kembali tersenyum jahil melihat raut kesalnya yang menggemaskan, "Haahh .... Untung saja kau sudah menjadi istriku. Kalau tidak ...."

"Kalau tidak kau mau apa, shannaro!"

"Aku akan menerbangkanmu ke langit ke-7!" Teriaknya sembari menggendong gadis itu dengan kedua tangan, lalu berputar mengayunnya.

"Shisui, bakka! Bagaimana jika aku jatuh shannaro!" Teriak baliknya namun Shisui tak berhenti berputar, mengayunnya hingga gadis itu mengalungkan tangannya pada leher pria itu.

"Makanya diam jika tidak ingin jatuh,"

"Arrgghh! Shisuiiii! Rokku sedikit tersingkap, bakkayarou!"

"Siapa suruh kau memakai rok pendek!"

"Cepat turunkan aku!"

Shisui perlahan berhenti berputar namun ia tak mengizinkan Sakura turun dari gendongannya, "Jika kau ingin turun kau harus memberiku sesuatu,"

"Apa?"

"Uhmm sebuah ...."

"Ekhem!"

Suara deheman itu membuat Shisui berbalik. Manik emerald sang gadis musim semi kini mengilat saat melihat sosok seorang gadis bersurai biru di hadapannya, "Luna? Ada apa kau kemari?" Tanya Shisui sembari perlahan menurunkan sang gadis musim semi.

Melihat tatapannya yang menyebalkan, Sakura segera memeluk tangan kanan Shisui dan merapatkan dirinya.

"Aku hanya ingin mengembalikan jam tanganmu yang tertinggal di rumahku tahun lalu," Ucapnya sembari menyodorkan sebuah jam tangan perak padanya.

"Sakura," Panggilnya membuat gadis itu mendongak bingung, "Tolong ambilkan,"

Tanpa banyak bicara gadis itu mengambilnya secepat kilat, membuat Luna kini melayangkan tatapan tak sukanya. Sunggingan senyuman tipis kini terlukis pada bibir gadis bersurai biru itu, "Shisui-kun, ku harap kau mau menghabiskan harimu di sini denganku,"

Pria itu kini mengernyit aneh padanya, "Menghabiskan hari denganmu? Apa kau tidak lihat aku sedang berbulan madu dengan istriku di sini?"

"Pfft, haha. Kau pasti sedang berpura-pura telah menikah karena tidak ingin terus di jodoh-jodohkan oleh Toshi-sama,"

"Tidak tuh. Aku memang sudah menikah, lihat ini," Ucapnya dengan penuh kepastian sembari menunjukan dokumen pernikahan yang telah ia lipat sekecil mungkin dan ia taruh di tas kecil pada pingganya.

"Shi ... Shisui-kun. Kau ... Kau benar-benar jahat. Aku tidak menyangka kau akan melupakanku dalam waktu satu tahun,"

Sakura seketika mengernyit mendengarnya. Kini ia menatap penuh tanya pada Shisui. Ia benar-benar penasaran apakah mereka mempunyai hubungan di masa lalu atau ....

"Apa yang kau maksud Luna?" Pertanyaan Shisui seketika memotong lamunan juga spekulasi yang kini melintas pada fikiran Sakura.

"Beberapa tahun lalu kau setuju dengan perjodohan kita. Tapi dalam satu tahun kau melupakanku demi gadis itu, apa kurangnya aku, Shisui-kun?"

Mendengar itu Shisui nampak mengernyit bingung, "Perjodohan kita? Kapan?"

"Tiga tahun lalu di rapat desa,"

"Rapat desa?" Ulangnya lalu terdiam beberapa saat, "Oh, tidak tuh,"

"Aku mendengar ayah berkata seperti ini saat itu. Shisui, bagaimana dengan Luna. Apa kau setuju? Lalu kau menjawab, Ya tentu saja setuju. Aku akan terus mendampinginya,"

"Oh, itu tentang perjodohanmu dengan saudara Mizukage. Bukan denganku Luna. Tentu saja aku setuju, masa depannya sangat terjamin. Aku telah berjanji pada ayahmu untuk mendampingimu hingga pelaminan bukan duduk bersama di pelaminan," Jelasnya membuat gadis itu terbelalak.

"Tapi .... Kau pasti bohong! Kau pasti mempengaruhinya gadis desa besar!"

"Tanyakan saja pada ayahmu dan ingatlah, Sakura tidak ada sangkut pautnya dalam hal ini. Makanya kalau kau menguping pendengaran orang lain, dengarlah dari awal sampai akhir jangan langsung kabur dan membuat kesimpulan sendiri,"

Gadis bersurai biru itu seketika menunduk lalu pergi begitu saja dengan cepat dari sana.

"Gadis aneh," Gumam Shisui membuat sang gadis musim semi mengerling jahil.

"Mantanmu itu,"

Shisui kini menoleh kesal pada sang gadis musim semi, "Kata siapa? Jangan sok tahu," Omelnya sembari menjawil hidung Sakura lagi.

"Itte! Kau ini benar-benar menyebalkan shannaro!"

"Pfft kau benar-benar menggemaskan seperti iguana,"

Manik emerald itu seketika menajam mendengarnya. Apalagi mendengar serengehan tawa pria itu, ia benar-benar ingin memukulnya sekarang. Tapi .... Jika itu terjadi maka acara jalan-jalannya terancam batal.

Sakura yang tak punya pilihan lain pun segera pergi dari sana tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

"Istriku, kau mau kemana!" Teriaknya saat gadis itu sudah cukup darinya.

"Funfair!"

"Tapi arah funfair di sana!" Ucapnya sembari menunjuk pada arah sebaliknya, membuat Sakura bersemu merah karena malu.

"Su ... Suka-suka aku mau pergi kemana juga, shannaro!" Teriak baliknya sembari kembali melangkah.

"Di sana ada macan loh!"

"Bodo amat! Aku bisa meremukannya dalam satu tinjuan,"

Shisui semakin terkekeh geli mendengar rutukan kekesalan gadis itu. Hingga ia berteleportasi ke hadapannga dan langsung menggendong gadis itu di bahunya, seperti memanggul beras, "Shisui apa yang kau lakukan, shannaro!"

"Membawamu ke jalan yang benar. Apalagi?"

"Turunkan aku! Kau benar-benar pandai mencuri kesempatan dalam kesempitan!"

"Kesempatan apa? Mengintipmu begitu? Aku tidak terlalu tertarik dengan hal seperti itu,"

"Awas saja kalau kau berani mengitip. Matamu akan membesar seperti di sengat tawon, shannaro!"

"Nee, sekarang diamlah kita akan sampai lebih cepat," Ucapnya sembari berlari melompati setiap dahan pohon.

******

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro