Chapter 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

.
.
.
.
.

Emma membalikkan diary nya

Tanggal 07 Agustus 2018

Hari di mana aku melihat seseorang menyatakan cinta kepada Oliver. Seseorang yang aku ketahui teman sekelasku. Tapi sayang, ia ditolak mentah-mentah dengan nada dingin dan datar. Sungguh aku kasihan padanya.

.....................

O7 Agustus 2018

"Basket dianggap sebagai olahraga unik karena diciptakan secara tidak sengaja oleh seorang guru olahraga. Pada tahun 1891, Dr. James Naismith, seorang guru olahraga asal Kanada yang mengajar di sebuah perguruan tinggi untuk para siswa profesional di YMCA (sebuah wadah pemuda umat Kristen) di Springfield, Massachusetts, harus membuat suatu permainan di ruang tertutup untuk mengisi waktu para siswa pada masa liburan musim dingin di New England. Terinspirasi dari permainan yang pernah ia mainkan saat kecil di Ontario, Naismith menciptakan permainan yang sekarang dikenal sebagai bola basket pada 15 Desember 1891,"

"Menurut cerita, setelah menolak beberapa gagasan karena dianggap terlalu keras dan kurang cocok untuk dimainkan di gelanggang-gelanggang tertutup, dia lalu menulis beberapa peraturan dasar, menempelkan sebuah keranjang di dinding ruang gelanggang olahraga, dan meminta para siswa untuk mulai memainkan permainan ciptaannya itu,"

"Pertandingan resmi bola basket yang pertama, diselenggarakan pada tanggal 20 Januari 1892 di tempat kerja Dr.James Naismith. Basket adalah sebutan yang diucapkan oleh salah seorang muridnya. Olahraga ini pun segera terkenal di seantero Amerika Serikat. Penggemar fanatik ditempatkan di seluruh cabang di Amerika Serikat. Pertandingan demi pertandingan pun dilaksanakan di seluruh kota-kota negara bagian Amerika Serikat,"

"Pada awalnya, setiap tim berjumlah sembilan orang dan tidak ada dribble, sehingga bola hanya dapat berpindah melalui lemparan. Sejarah peraturan permainan basket diawali dari 13 aturan dasar yang ditulis sendiri oleh James Naismith."

"Jasper kau mengerti!" tegas Oliver saat Jasper sama sekali tidak memberi respon, dia hanya terdiam.

"Mengerti?" jawab Jasper dengan suara kecil tapi dapat didengar Oliver.

"Untuk sekarang latihan kita sampai disini besok akan kulanjutkan" ucap Oliver.

"Baiklah." jawab Jasper.

"Begitu ceritanya," kata Jasper yang sedang meminum. Dia menceritakan kejadian yang tidak mereka dengar saat ribut kemarin.

"Ouhhh," jawab teman-temannya kecuali Emma yang sibuk membaca.

"Jadi, apa kalian akan latihan lagi hari ini?" tanya Padima penuh harap pada Jasper.

Jasper menganggak sembari meminun minumannya.

"Bagus dong, benarkan Emma!" Lily mencolek bahu Emma yang duduk di sebelahnya.

"Hah? Apa? Oh iya!" sahut Emma yang kaget karena daritadi ia tidak mendengarkan ucapan teman-temannya.

"Oh ya teman-teman, aku harus pergi!" seru Emma sembari membereskan buku-bukunya dan menghabiskan sisa makanannya.

"Mau kemana? Jam pelajaran pertama belum dimulai?" tanya Jasper melihat Emma tengah membereskan bukunya. Emma mendongak kepada Jasper sembari menjawab.

"Aku harus mengembalikan buku ini ke perpus dan aku harus belajar sebentar. Sampai jumpa," Emma melambaikan tangannya kepada teman-temannya. Dan teman-temannya melambaikan tangan balik.

Kini Emma sedang dalam perjalanan menuju perpustakaan. Bukan hal tabu lagi seorang Emma Durre Rexia selalu ke perpustakaan bila ada waktu ruang karena gadis itu memang kutubuku yang sangat terkenal. Bahkan penjaga perpustakaan begitu mengenalnya dan selalu menyapanya saat mampir.

Tiba-tiba Emma menghentikan langkahnya menatap kerumunan yang sangat banyak di depannya. Astaga, bagaimana dia bisa pergi ke perpustakaan dengan dihalangi kerumunan ini pikirnya.

Gadis itu pun mendekat dan mulai bertanya pada seseorang yang dikenalnya.

"Sbastian ada apa ini?" tanyanya pada anak laki-laki berkacamata yang lumayan cool tidak seperti Jasper.

"Oh itu, kau tau Siska?" bukannya menjawab Sbastian justru memberikan pertanyaan pada Emma. Dengan refleks Emma mengangguk.

"Dia menyatakan cintanya pada kapten basket asrama singa, Oliver!" katanya lalu mengalihkan pandangan menuju objek mereka. Di depannya seorang gadis yang berpakaian kasual sembari menyodorkan sebuah cokelat kepada kapten tim basket asrama singa yang begitu terkenal, Oliver Jackson.

"Astaga." gumam Emma. Dia tidak marah karena Siska menyatakan cintanya pada gebetannya, tapi dia agak kesal karena Siska melakukan hal bodoh itu. Mau dikemanakan harga diri sebagai perempuan, walaupun bukan dia yang berbuat hal itu tapi justru dia yang merasakan malu bukan Siska.

"Maukah kau jadi pacarku?" seru Siska yang langsung diteriaki heboh oleh yang lain. Yang ditanya hanya menatapnya datar.

"Menyingkir!" ucap Oliver. Dia berjalan maju tapi terhentikan gadis di depannya ini, astaga dia sangat jengkel karena gadis itu. Gadis di depannya telah membuatnya malu.

"Aku tidak akan membiarkan kau lewat sebelum menjawab pertanyaanku!" seru Siska membuat Oliver heran, begitu keras kepalanya siswi didepannya ini.

"Baiklah aku akan menjawab," dapat dilihat bahwa wajah Siska begitu berseri dengan senyuman yang mengembang.

"Aku menolakmu," jawab singkat Oliver membuat suasana seketika hening. Wajah Siska jelas-jelas menunjukkan kekecewaan.

"Dan menyingkir dari jalanku!" tekan Oliver pada kata menyingkir. Siska pun memberikan jalan pada Oliver, seluruh kerumunan menyoraki Siska lalu bubar menyisakan Emma. Emma merasa kasihan dengan gadis itu. Dia mendekati gadis yang sepertinya sebentar lagi akan menangis.

Emma menepuk bahu gadis itu yang membuat si empu menoleh. Ia mendapati Siska menatapnya sendu lalu tanpa aba-aba memeluknya erat sembari terisak pelan. Emma tidak bisa melalukan apapun selain membalas pelukan Siska sembari mengusap punggungnya pelan.

Kemana buku Emma? Dia memberikannya pada Sbastian dan menyuruhnya mengantar pada penjaga perpustakaan dengan diberi upah.

"Tenanglah." gumam Emma sembari menatap koridor tempat Oliver terakhir terlihat.

...................

Seperti biasa, Emma dan yang lainnya mengendap-endap melihat latihan khusus Jasper.

Oliver mendribble bola dan berusaha menerobos pertahanan Jasper dengan gaya yang menurut Padima dan Lucy keren. Emma hanya mendengus sembari menatap Oliver. Kegiatannya itu tidak lepas dari keempat temannya.

"Kenapa kau mendengus sembari menatap Oliver, Em?" tanya Reno kepada Emma.

"Apa kalian tahu? Kalau si kapten itu menoleh salah satu teman kita, Siska?" sahut Emma yang menatap Oliver jauh dengan tajam.

"Benarkah?" tanya Padima dan dibalas anggukan Emma.

"Aku tak menyangka dia agak kejam begitu," ucap Lucy. Aku dan yang lainnya hanya mengangguk.

Emma dan yang lainnya dapat melihat Oliver berhasil menerobos pertahanan Jasper dan mencetak angka.

"Kau harus fokus Jas, jangan memikirkan banyak hal!" seru Oliver pada Jasper.

"Baik Oliver," jawab Jasper dan mereka mulai latihan lagi.

"Sampai kapan aku terus berharap padanya?" Emma merutuki karena dia harus suka pada Oliver yang telah bersikap begitu kepada gadis yang menyukainya.

Siska saja yang lebih cantik darinya harus menerima perlakuan seperti itu, apalagi dirinya yang terkenal begitu kutubuku.

Bersambung
.
.
.
.
.

Terimakasih buat Vote dan komennya.

Sebenarnya ini cerita sebuah wecha di bulan lalu dan author rasa alurnya begitu berantakan dan membosankan. Jadi author rasanya gak kaget atau bingung kenapa sedikit yang vote terutama komen. Jujur author sangat membutuhkan komen karena dari komen para author dan readers dapat memberikan masukan atau ada yang author salah ketik.

Dan thank udah baca curhatan author di atas. Sepertinya author untuk pertama kalinya akan melakukan beberapa kali publikasi dalam sehari atau dua hari.

Tag : CreaWiLi
Admin :
hermonietha/MaaLjs Tangan_Kiri noviap26_ Tiuplylyn RGNyamm NyaiLepetj AudyaAprilia Quinhiems

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro