Bab 78

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi ini berbeda dari pagi sebelumnya Shafa berangkat kesekolah sendiri karena sang kekasih sedang ada meeting pagi dan tak bisa menjemputnya untuk berangkat kesekolah bersama.

"loh kakak bawa motor? "

"iya bun... soalnya kak Sakti lagi ada meeting pagi... mungkin akan sibuk untuk beberapa hari ini karna mau persiapan pembukaan cabang baru"

"oh gitu.... ya sudah cepat sarapan dan lekas bwrangkat boar gak telat..."

"iya bun..."

"adek tumben belum berangkat?"

"ini mau berangkat kok kak..."

"kirain gak masuk atau libur"

"masuk kok kak... tadi bangun kesiangan kak semalem habis lembur ngerjain tugas "

"oh gitu... lain kali kalau mau lembur ngerjain tugas kasih tau kakak biar paginya kakak bangunin kamu dek..."

"siap kak... ya sudah bun kak... Kafa berangkat dulu ya..."

"hati hati ya sayang"

"bun ayah masih dirumah sakit ya...? "

"iya sayang... mungkin nanti siang pulang"

"oh gitu..."

"nanti Sakti ikut kerumah sakit kan?" tanya Renata memastikan.

"hemm... katanya sih gitu bun kemarin...  tapi gak tahu juga jadi apa enggaknya, biar nanti Shafa tanya dulu bun"

"iya sayang kalau jadi kita berangkatnya bareng bareng saka nak"

"siap bun.... ya sudah Shafa berangkat dulu takut terlambat"

Shafa mencium punggung tangan Sang bunda kemudian pergi meninggalkan rumah. Mengendarai motor maticnya dengan kecepatan sedang menuju ke sekolahnya.

Disekolah

Shafa menyamakan langkahnya dengan Nadin yang juga baru saja memarkir motornya.

"Pagi Nad...."

"Pagi Shaf... tumben naek motor? gak dianter sama sopir?"

"engga.... sopir lagi cuti sih"

"btw sudah tahu berita di group belum?"

"berita apaan?"

"katanya pak Sakti seminggu ini gak bisa ngajar disekolah karena ada kepentingan keluarga..."

"terus?"

"kok terus sih Shaf... emangnya lu kagak sedih apa kalau gak di ajar pak Sakti yang tampan kaya opa opa itu?"

"biasa saja lah...."

"gue kak setiap hari bisa ketemu ngapain sedih" ucap Shafa dalam hati sembari terkikik melihat wajah sedih temannya.

"Kayaknya lo tuh adsa kelainan deh Shaf sama hati lo.... lo gak pernah tertarik sama cowok gitu kayaknya...."

"ish kurang ajar... gue normal kali Nad... gini gini juga pacar kali makanya gue nganggep semua cowok tu biasa saja..."

"haaah.... serius lo Shaf... lo sudah punya pacar beneran? anak mana? kenapa gak dikenalin sama gue..."

"sabar... tar juga kenal sendiri..."

"jadi pacar lo anak sini apa bukan sih Shaf?"

"kepo..... udah yok ke kelas keburu bel..." ucap Shafa sembari menarik lengan Nadin menuju ke kelas.

♥♥♥♥♥

Sore ini Renata beserta anak dan suaminya di tambah Sakti pergi kerumah sakit menjenguk kakak iparnya Difa yang telah melahirkan. Ia melihat seorang bayi perempuan sedang tidur pulas didalam box. Ia tersenyum mengamati bayi tersebut.

"sayang sepertinya kita gak bisa lama lama deh jenguknya... lihatlah diluar sudah banyak yang mengantri ingin masuk..." ucap Dafa kepada sang istri.

"hemm kamu benar sayang... baik lah kak aku sama anak anak pamit pulang dulu ya... gak enak sama tamu lainnya yang ingin menjenguk... lain kali aku akan main kerumah nanti"

"hemmm... terimakasih sudah datang menjenguk ya...."

"iya kak sama sama.... kami permisi"

Usai berpamitan Renata Dafa serta anak anaknya langsung bergegas pulang tak lupa ia juga menyempatkan menyapa sanak saudara mereka yang masih berada dirumah sakit.

Renata, Dafa dan juga kedua putranya berada dalam satu mobil sementara Shafa ikut mobil sang kekasih.

Didalam mobil...

"sayang anaknya tante Difa lucu ya...?"

"iya bikin gemas kak"

"aku jadi tidak sabar pengen cepet menikah sama kamu dan punya anak lucu seperti itu deh..."

"kak... jangan mulai deh... itu masih lama loh..."

"tiga tahun itu cepat berlalu kok Shaf kalau kitanya sabar..." ucap Sakti sembari menggenggam tangan Shafa.

"iya juga sih... tapi kan Shafa pengen kuliah juga kak... menikmati masa muda gitu barang setahun dua tahun baru lah menikah dan punya anak"

"jangan khawatir kamu tetap dapatin kebebasanmu kok meskipun kita menikah nanti...."

"benarkah itu... Shafa boleh ngemall bareng temen temen, boleh melakukan hal apapun yang Shafa suka?"

"boleh boleh saja asal tahu waktu dan kamu juga harus pintar membawa diri  sayang... ingat kodratmu sebagai istri "

"kalau begitu aku mau menikah sama kakak nanti....."

"kalau kamu gak mau aku bakal paksa kamu biar mau"

"ish kebiasaan kakak itu...."

"kak mampir di mininmarket bentar ya..."

"oke siap..."

Sakti memarkirkan mobilnya tepat di pelataran depan sebuah mini market. Ia menggandeng Shafa masuk kedalam mini market. Sementara Shafa sedikit merasa malu ketika Sakti terus mengikutinya menyusuri setiap lorong rak.

"Mau beli apa sih sayang... dari tadi kok kayak bingung gitu...?" tanya Sakti penasaran.

"mmm... ngg itu kak..."

"itu apa sih?"

"sebetulnya Shafa mau beli keperluan bulanan tapi Shafa malu kalau dilihatin kakak" cicitnya sembari menunduk.

"Hei... kenapa gak bilang dari tadi sih..  ya sudah aku tunggu kamu dikasir ya... jangan lama lama" ucap Sakti sembari mengussap lembur kepala Shafa.

Shafa langsung menuju rak pembalut membeli beberapa pembalut, Shampo, sabun mandi , facial foam dan berakhir dirak snack ia mengambil beberapa snack kesukaannya kemudian menuju kasir.

"Sudah Shaf?"

"sudah kok kak..."

Sakti meraih keranjang belanjaan Shafa kemudian menyodorkannya kearah kasir. 

"mbak tolong ini dihitung ya..."

"seratus delapan puluh ribu " ucap Seorang kasir kepada Sakti.

Sakti langsung menyodorkan dua lembar uang seratus ribuan yang kemudian ditolak secara halus oleh Shafa.

"jangan kak biar Shafa saja"

"gak... gak... gak... mbak ini ya uangnya kembaliannya ambil saja" ucap Sakti sembari meraih lengan Shafa dan menggiringnya menuju mobil.

"kamu kenapa sih kalau aku bayarin atau beliin apa apa selalu menolak"

"Maaf kak... aku ini belum sah jadi tanggung jawabmu lho kak, jadi aku gak mau merepotkan kamu..."

"kalau itu masalahnya ayo kita menikah... biar kamu sepenuhnya jadi tanggung jawab aku... aku kesel aku marah kalau kamu menolakku kayak tadi" ucap Sakti dengan nada satu oktaf lebih tinggi.

Sementara Shafa saat ini hanya diam dan tak berani menatap Sakti.

"Maaf sayang... maafin aku aku gak bermaksud bentak kamu... aku cuma kesel kamu kayak tadi..." ucap Sakti yang menyadari Shafa ketakutan.

"Aku juga minta maaf kak.... maaf jika aku menyinggung hati kakak tapi aku gak ada maksud gitu kak" ucap Shafa hati hati.

"Baiklah kita lupain masalah ini... kedepannya aku mohon jangan lagi menghalangiku buat bahagiain kamu Shaf...  aku kerja aku cari uang itu untuk kamu dan anak anak kita nanti kalau kita sudah menikah jadi ku harap jangan membuatku marah lagi ya..."

"iya kak..."

Sakti mendekap erat tubuh Shafa mengecup kening Shafa lembut sebelum mereka berpisah.

"masuk lah... sudah malam... maaf ya aku gak bisa mampir karena aku buru buru mau kekantor lagi"

"iya kak... hati hati ya.. " Shafa mengecup pipi sang kekasih kemudian berlari pergi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro