Bab 90 TAMAT

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Renata sedang asik memasak didapur bersama dengan sang putri Shafa. Ia memasak berbagai macam masakan untuk menyambut kedatangan sang suami yang rencananya akan datang hari ini. Ia kemudian bergegas menuju kamar untuk membersihkan diri tiba tiba sampainya kamar foto pernikahannya bersama Dafa yang terpajang didinding jatuh begitu saja kelantai dan bingkainya rusak serta kaca pelapisnya pecah.

Sejenak kemudian hati Renata berubah menjadi tak enak kala tangannya tertusuk oleh pecahan kaca dari frame foto tersebut. Dan ketika itu pula setetes air mata tiba tiba jatuh begitu saja.

"Ada apa ini...? apa yang terjadi...? " Renata buru buru bangkit dan meraih ponselnya mendial nomor telepon sang suami yang tidak aktif.

Hati Renata mulai gelisah ia mencoba mengirimi pesan kepada Surya sang sekertaris suami namun tak juga kunjung dibalas. Renata menetralkan detak jantungnya membuah jauh jauh fikiran buruknya dan bergegas melanjutkan aktifitasnya.

"mas kamu dimana? kenapa pesanku tadi pagi tidak kamu balas... dan kenapa ponselmu tidak aktif..."

"Pak Surya juga begitu tidaj biasanya dia tidak membalas pesanku...."

"kenapa... apa yang terjadi? mengapa fikiranku sekacau ini dan perasaanku tidak enak" ucap Renata lirih.

"Sudah sudah... lebih baik aku segera mandi dan bersiap.... " pungkas Renata kemudian masuk kedalam kamar mandi.

♥♥♥♥♥

Seharusnya malam ini sang suami pulang tapi sampai pagi sang suami tak kunjung datang ponselnya pun juga tak aktif membuat Renata benar benar cemas. Renata mondar mandir dilorong kamar sembari menggigit kuku tangannya.

"bun... kok tumben ya ayah belum pulang tapi gak jasih kabar..." ucap Shafa dari arah belakang.

"iya kamu benar nak.... bunda juga berfikir begitu... sebaiknya kita berdoa saja semoga saja ayah baik baik saja dan segera pulang..."

" Amin.... iya bun...'"

"Bun kita tidak usah masak lagi saja ya? sayang banget makanannya yang semalem masih banyak begini..."

"iya nak terserah kamu saja... bunda minta maaf tidak bisa membantu kamu ya... bunda sepertinya sedang tidak enak badan... badan bunda dari kemarin rasanya lemes banget..."

"iya bun gapapa kok bunda istirahat saja... biar Shafa yang siapin sarapan".

Sakti Shafa dan Kafa sedang sarapan dimeja makan tiba tiba mereka mendengar suara Rafa menangis. Sakti pun dengan sigap berlari menghampiri Rafa yang sedang berada di ruang tengah menonton tv.

"Biar aku saja sayang... kamu dan Kafa sebaiknya lanjutin sarapan saja..."

"iya sayang..."

Seperti yang dilakukan Dafa dan Renata Sakti menggendong Rafa kemudian menenangkannya.

"Kamu kenapa sayang? kenapa menangis?"

"Yafa takut sendirian kak..." ucap si kecil Rafa dengan suara cadelnya.

"ya sudah ayo ikut kakak sarapan... disana ada kakak Shafa dan kakak Kafa juga jadi Rafa gak sendirian..."

Sakti mendudukkan Rafa dibangku kosong sebelahnya kemudian mengusap kepala Rafa lembut sembari membujuknya agar mau ikut sarapan.

"sayang... kamu mau ayam goreng tidak? hemmm rasanya enak lho..." ucap Sakti yang diangguki oleh Rafa.

Sakti menyuapi Rafa ayam goreng dengan telaten.


♥♥♥♥

Sore hari seorang polisi mengetuk pintu rumah Renata membawa kabar yang begitu menyayat hati Renata dan anak anaknya.

"Selamat sore kami dari pihak kepolisian memberitahukan bahwa mobil bapak Dafa Hutama jatuh kedalam jurang... sopir sudah ditemukan dalam keadaan meninggal dunia dan dua orang lainnya yaitu bapak Dafa Hutama dan bapak Surya Sinatriya sedang dalam masa pencarian..."

"APA... ini gak mungkin.... ini gak mungkin bapak pasti salah.. ini gak mungkin" teriak Renata langsung pingsan.

Shafa dan Kafa yang mendengarnya pun langsung lari menghampiri sang bunda yang ternyata sudah jatuh pingsan.

"bunda" pekik Shafa kemudian berlari meraih tubuh lemas Renata.

"maaf pak ada apa ini? mengapa bunda saya sampai pingsan?" tanya Shafa sopan kada salah seorang polisi yang membantu membopong bundanya ke sofa.

"Mohon maaf nona saya hanya menyampaikan berita perihal kecelakaan bapak Dafa Hutama"

"ayah? kenapa dengan ayah saya pak?" tanya Kafa khawatir.

"mohon maaf dek ayahmu saat ini mengalami kecelakaan mobilnya jatuh kejurang.. satu orang dinyatakan tewas yaitu sopir beliau pak Amar.. sedangkan dua lainnya yaitu bapak Dafa dan bapak Surya belum ditemukan dan masih dalam pencarian..."

"Apa... pak tolong temukan ayah saya pak... saya mohon..."

"Kami dan tim SAR saat ini sedang melakukan pencarian dek... berdoa saja semoga ayah adek segera ditemukan..."

"iya pak... "

"baik kami rasa kami harus segera pergi karena kami harus menjalankan tugas lainnya..."

"iya pak terimakasih" ucap Kafa sembari berjalan mengantar polisi tersebut keluar ruangan.

Setelah kepergian polisi tersebut Shafa meminta Kafa menelepon Sakti dan oma opanya untuk segera datang kerumahnya.

"Dek tolong telepon kak Sakti oma Lin dan oma Anna... suruh mereka segera kemari dek... bilang saja penting..." intrupsi Shafa kepada Kafa.

"iya kak..."

Kafa segera melaksanakan perintah sang kakak kemudian kembali lagi dengan membawa segelaa air putih dan juga munyak angin untuk sang bunda.

"Dek kakak minta tolong jagain Rafa ya... biar kakak disini jaga bunda..."

"iya kak..."

Tak lama kemudian Lin dan Anna datang yang kemudian disusul Sakti.

"sayang kenapa ? ada apa dengan bundamu?" tanya Anna khawatir.

"Iya benar apakah bunda kalian sedang sakit atau kenapa cepat katakan pada oma nak..." ucap Lin yang tak kalah khawatirnya.

"Bunda pingsan karena mendengar berita dari polisi jika mobil ayah jatuh kedalam jurang oma... dan sampai sekarang ayah dan pak surya belum ditemukan"

"Apa? ya Allah bagaimana ini bisa terjadi... Dafa bagaimana keadaanmu nak... semoga kamu baik baik saja" Anna menangis histeris.

"Sabar jeng... kita semua disini juga sama sedihnya denganmu.... sebaiknya kita berdoa saja untuk Dafa..."

"iya jeng kamu benar..."

Anna melepaskan pelukan Lin kemudian mengusap air matanya. Bagaimana pun juga ia harus berusaha tegar didepan cucunya yang sudah pasti sangat sedih karena mendengar berita kecelakaan ini.

Renata membuka matanya perlahan kemudian meminta diantarkan kekamar dan meminta semuanya untuk meninggalkannya sendirian. Anna dan Lin cukup mengerti akan perasaan Renata mereka memberikan ruang untuk Renata berfikir dan menenangkan hati.

"Sayang ayo kita pergi... biarkan bunda kalian beristirahat sejenak..." ajak Lin lembut kepada Kafa dan Shafa.

Tanpa membantah dan bertanya Kafa dan Shafa pun menuruti ucapan sang oma membiarkan sang bunda sendiri untuk sementara waktu.

Di ruang tengah Sakti sedang menemani Rafa bermain sembari menunggu sang istri menghampirinya.

"Sakti biar Rafa oma saja yang jagain... kamu istirahat saja dulu pasri lelah kan" ucap Anna lembut.

"iya oma... kalau begitu Sakti kedalam dulu ya...."

Sakti berlari menaiki tangga menuju kamarnya ia menemukan sang istri sedang menangis memeluk foto sang ayah. Sakti yang juga merasakan keaedihan itu pun segera menghampiri sang istri dan menenangkannya.

"sayang... aku tahu kamu sedih sama aku juga sedih... tapi ku mohon jangan menunjukkan kesedihanmu ini didepan bunda Kafa Rafa dan yang lainnya... kamu harus kuat untuk mereka, mereka semua butuh suport semangat.... menangislah hanya didepanku Shaf..."

"Shafa memeluk erat lelaki yang sudah sah menjadi suaminya... kemudian menangis sejadi jadinya...."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro