9 - KEMBALI LAGI

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi di SMA Bumi Putera sudah dihebohkan oleh berita-berita yang tersebar tentang kejadian kemarin di dekat sekolah. Para murid saling memperlihatkan video yang ia rekam dengan kamera ponsel mereka yang memperlihatkan bentrok antara tiga orang pentolan sekolah mereka dengan sekolah musuh yang membawa lebih banyak orang.

“Lo liat gak tuh tendangan Kak Arka, keren banget kan?” tanya seorang lelaki dengan semangatnya bahkan mempraktekan bagaimana Arka memutar tubuhnya dengan tendangan kaki panjangnya.

“Sekolah kita menang kan yah? Berarti tambah lagi budak SMA Bumi Putera dong yah?” tanya lelaki lainnya yang juga bergerombolan dengan beberapa temannya.

“Kak Arka, Kak Reyhan sama Kak Zaki emang panutan banget deh. Lawan orang segini banyak bertiga aja masih bisa menang. Salut gue.”

Sekiranya begitu lah komentar para murid lelaki yang berada di SMA Bumi Putera tentang ketiga pentolan sekolah mereka, berbeda lagi dengan para murid perempuan yang merasa risih dan tak suka dengan aksi mereka.

“Ih ngapain sih berantem di deket sekolah? Bikin nama sekolah jelek.”

“Serius deh tuh senior pada sok jagoan banget berantem ngelawan banyak orang gitu, ya untungnya menang coba kalo kalah? Malu deh kalah di kandang sendiri.”

Komentar demi komentar terlontar begitu saja, entah mengagumi ataupun mencaci maki aksi ketiga sahabat itu. Keributan kemarin baru berhenti setelah seorang dari sekolah lawan mereka terluka parah dan tak sadarkan diri, kemenangan oleh pihak Arka pun tak dapat diganggu gugat lagi.

Namun setelah kemenangan yang ia terima kemarin, tentu saja harus ada harga yang harus ia bayar. Setelah kejadian kemarin, polisi sekitar datang ke sekolah dan menanyakan tentang siswa yang terlibat keributan kemarin yang untungnya bisa dibujuk oleh sang kepala sekolah yang mengatakan akan mengatasinya dengan caranya sendiri.

Dan dengan begitu, di sinilah ketiga orang sahabat itu saat ini. Ruang kepala sekolah. Bukan hanya ruang BK, namun ruang kepala sekolah. Gito, kepala sekolah SMA Bumi Putera duduk di sebuah sofa kulit berwarna hitam, di hadapannya telah berdiri tiga orang yang telah membuat sorenya kemarin menjadi bencana.

“Kalian tau apa yang sudah kalian buat?” tanya Rasyudin yang juga berdiri di samping kepala sekolah berkepala pelontos. “Kalian mempermalukan nama sekolah! Kalian tau itu?!”

Reyhan dan Zaki menunduk menatap lantai putih di bawahnya, tangan keduanya dilipat ke belakang, sedangkan Arka hanya menatap sekitar ruangan tanpa peduli dengan kedua tangannya yang masuk ke dalam saku celananya.

Arka memang sudah sangat sering keluar-masuk ruang BK, namun ini merupakan pertama kalinya ia masuk ke ruangan kepala sekolahnya. Sebelumnya, kepala sekolah yang juga merupakan pemilik sekolah sudah tidak mau berurusan dengan anak itu dan membiarkan Rasyudin mengurusnya, namun yang terjadi kemarin sudah sangat kelewatan.

Gito berdehem, membuat Rasyudin yang sudah akan meneruskan bicaranya menjadi diam. “Kenapa kalian berantem di area sekolah? Memangnya kalian tidak bisa pergi ke tempat lain?”

“Dia ngajak ributnya di situ ya udah jadiin aja daripada ntar dibilang mau kabur.” Jawab Arka dengan tenang hingga membuat Rasyudin dan kedua sahabatnya membulatkan mata mendengar jawaban berani Arka.

“Kamu berani—“

Gito mengangkat tangannya untuk menghentikan Rasyudin. “Saya mengerti maksud kamu, tapi kamu juga tau kan apa yang kamu lakukan sudah membuat nama baik sekolah tercoreng?”

Arka tidak menjawab, begitupun dengan kedua sahabatnya yang masih bergeming di tempatnya. Gito yang melihat hal itu hanya mendesah panjang, dia memang tidak tahu harus bagaimana mengatasi anak satu ini.

“Saya sudah punya hukuman untuk Reyhan dan Zaki.” Gito menoleh ke arah Rasyudin. “Saya mau mereka berdua diskors selama seminggu.” Ucap Gito.

Reyhan dan Zaki tidak terlalu kaget mendengar hal itu, mereka sudah siap dengan hukuman apapun yang akan mereka terima asal tidak berurusan dengan polisi.

“Sedangkan untuk Arka...” Gito menatap Arka lurus, begitupun dengan Arka yang membalas tatapan Gito dengan berani. “Saya gak akan hukum dia.”

Rasyudin menoleh kaget menatap Gito, Rasyudin ingin mengucapkan keberatannya namun diurungkannya setelah ia menyadari maksud dibalik hal itu.

“Kenapa saya gak dihukum sekalian? Saya juga buat keributan kayak mereka berdua, jadi kenapa cuma saya yang gak dihukum?”

“Karna saya tidak mau hukum kamu.” Gito menatap Reyhan dan Zaki bergantian. “Kalian bertiga boleh keluar sekarang, dan kalian berdua sudah boleh pulang.”

Arka masih berdiri di tempatnya menatap Gito, dia tak terima dengan keputusan pria paruh baya itu. Arka sudah akan mengatakan sesuatu saat tangannya ditarik oleh Reyhan. Arka menarik kembali tangannya, namun Reyhan tak melepaskannya begitu saja, dengan bantuan Zaki dia berhasil menarik Arka keluar.

“Ngapain sih? Lepas gak?!” Arka meronta menarik tangannya saat sudah berada di luar ruangan kepala sekolah.

Reyhan dan Zaki melepas pegangannya. Setelah merasa Reyhan dan Zaki sudah tak menahannya, Arka membalikkan tubuhnya dan bermaksud masuk kembali ke dalam ruangan bercat coklat di depannya yang dengan cepat dihalangi Reyhan dan Zaki.

“Woo –woo... mau ngapain lo?” Reyhan mendorong tubuh Arka menjauh.

“Menurut lo gue mau ngapain? Enak aja dia skors lo berdua doang, kalo mau hukum sekalian sama gue juga. minggir!” Arka mendorong tubuh Reyhan menyingkir dari pintu.

Bukan Zaki namanya jika tidak melakukan sesuatu konyol untuk menghentikan sobatnya itu. Lelaki berjambul itu memeluk Arka dari belakang hingga membuat lelaki jangkung itu berhenti dan menatap ngeri tangan Zaki yang berada di pinggangnya.

“Ini lagi apa-apaan? Lepas gak lo, homo!” Arka meronta mencoba melepaskan pelukkan Zaki.

Zaki menggeleng dan mengencangkan pelukkannya. “Gak mau! Janji dulu lo gak masuk baru gue lepasin.”

“Gak! Itu si botak gak adil gitu gimana gue bisa nerima, seenaknya ngehukum lo berdua.”

“Kita gak papa kok, Ka. Cuma seminggu doangan diskorsnya juga, masih bisa ketemuan kalo lo kangen.”

Arka bergidik ngeri mendengar ucapan Zaki. “Apaan sih lo? Beneran homo lo yah?”

“Kalo homo nya sama lo gue mau.”

“Anjrit!” Arka menatap Reyhan yang sudah tergelak melihat kelakuan kedua temannya. “Woy bantuin gue, bego! Malah ketawa.”

“Bentar –bentar” Reyhan mengangkat tangan kanannya, dia mencoba mengendalikan tawanya. “Apa yang Zaki bilang bener, Ka.”

“Apaan? Lo juga kalo homo nya sama gue mau?”

Reyhan kembali tertawa mendengar pertanyaan polos Arka. Walaupun terkenal sangar, terkadang Arka juga bisa menjadi sangat polos. “Bukan, bego! Maksud gue yang tadi dia bilang gak papa kita aja yang dihukum.”

“Tuh, bener kan?!” ucap Zaki bangga.

“Jangan bener kan –bener kan aja lo! Lepas gak?! Kalo gak lepas gue tendang nih biji lo!”

Seketika Zaki melepas pelukkannya dan menutupi daerah pribadinya menggunakan kedua tangan. “Ampun, Ka. Masa depan gue nih, gak bisa punya ponakan lo ntar anu-an gue kenapa-kenapa .”

Arka tak menghiraukan ucapan Zaki, dia hanya fokus menatap Reyhan. “Gak bisa gitu dong, gue juga buat keributan kemaren jadi kalo mau hukum ya bertiga aja langsung.”

“Pak Gito gak ngehukum lo juga bukan tanpa alasan, Ka. Kayaknya dia emang sengaja gak skors lo karna dia gak mau lo keliaran seminggu itu.”

“Trus lo berdua gimana? Emangnya dia gak mikirin lo berdua juga keliaran?”

Reyhan dan Zaki saling menatap, mereka lalu mengedikkan bahu. “Mungkin karna kita berdua anak baik jadi dia percaya aja.”

“Najis, tau gak?! Minggir lo jangan ngalangin!” Arka masih berusaha mendorong tubuh Reyhan namun justru tubuhnya lah yang terangkat menjauh dari pintu berwarna coklat itu.

Reyhan dan Zaki mengangkat tubuh Arka menjauh dari ruang kepala sekolah, mereka mengangkat tubuh Arka dengan posisi terbalik dari mereka. Tentu saja Arka terus meronta minta untuk diturunkan karna selain dia menjadi pusat perhatian, dia juga masih ingin mengatakan keberatannya pada masalah tadi.

“Lepasin, bego! Nyari mati lo berdua yeh?!”

Reyhan dan Zaki menurunkan tubuh Arka saat Shaila berhenti dan menghadang jalan mereka. Arka membalik tubuhnya, dia sudah akan memukul kedua sobatnya itu saat dia melihat Shaila tersenyum lebar padanya, senyum yang sudah lama tak ia lihat.

Morning,” sapa Shaila yang langsung dijawab oleh Reyhan dan Zaki. “Gue boleh pinjem Arka nya sebentar gak?”

“Silahkan, bawa pulang juga gak papa.” Zaki menoleh menatap Arka. “Kita berdua balik yah, ntar kalo lo udah balik sekolah telpon aja, yuk Rey.”

Reyhan yang ditarik oleh Zaki sesekali menolehkan kepalanya menatap Arka yang menatap Shaila dengan datar, Reyhan lalu membalikkan tubuhnya dan mengikuti langkah Zaki di depannya.

“Ngapain lo cengar-cengir kayak orang gila?” tanya Arka melihat Shaila yang masih tersenyum menatapnya.

“Kayaknya kita udah ngebuang waktu hampir dua minggu nih, jadi gue pengen bener-bener ngelatih lo.”

“Ngelatih? Lo kira gue hewan peliharaan? Minggir lo!”

Shaila menghadang jalan Arka yang akan melewati samping kanannya. “Gue serius, kan selama hampir dua minggu ini gue udah masa bodo sama lo dan nyerah tanpa ngelakuin percobaan, jadi sekarang gue pengen berusaha buat nolong lo.”

“Gue gak pernah minta tolong sama lo.”

Shaila menggeleng. “Lo pernah minta tolong sama gue, bahkan saat ini juga lo lagi minta gue buat nolong lo.”

Dahi Arka berkerut, dia tak mengerti dengan apa yang gadis di hadapannya itu sedang bicarakan. “Oke, lo sakit jiwa dan itu bukan urusan gue. Minggir!”

Arka mendorong tubuh Shaila ke samping dan berjalan melewati gadis yang saat ini sedang dikuncir kuda.

“NANTI GUE JEMPUT KE KELAS LO YAH! TUNGGU AJA!” teriak Shaila kepada Arka yang telah menjauh darinya.

Arka hanya mengedikkan bahunya, tak peduli dengan apa yang gadis itu katakan. Dia tak mengerti dengan jalan pikirannya, belum ada seminggu gadis itu mengatakan tak mau berurusan dengannya namun sekarang justru dia kembali lagi dengan mengatakan ingin membantunya.

Sakit jiwa beneran tuh cewek.

*****

TBC

BESOK UPDATE LAGI?

YAY OR NAY?

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro