Prolog

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aster. 

Itulah namaku. Sedangkan nama lengkapku adalah Aster Rhapsody. Sebuah nama yang diambil di saat 'dia' menemukanku di sebuah taman bunga yang banyak sekali di tumbuhi bunga aster.

Tidak hanya itu, aku memiliki manik mata berwarna ungu yang senada dengan rambutku dan wajahku juga terlihat biasa namun ada begitu banyak orang mengatakan aku sangat manis. Dan aku sangat senang mendengarnya.

Aku tinggal di sebuah desa terpencil yang jauh dari Ibukota Kerajaan Astrea. Meskipun begitu lingkungan di desaku sangatlah asri dan juga indah karena banyak di tumbuhi oleh berbagai macam bunga yang indah.

Aku juga tidak tinggal sendirian disana karena disana ada kakekku yang selalu menjagaku. Kakekku pernah berkata bahwa dia menemukanku di sebuah taman bunga yang di kelilingi oleh bunga Aster hingga tanpa sadar kakekku memberikan nama itu untukku. Dan aku juga menyukai nama itu.

Seperti yang sudah aku jelaskan, aku tinggal di sebuah desa yang terpencil dan sangat jauh dari Ibukota Kerajaan hingga aku membuat sebuah permintaan pada kakekku bahwa disaat aku genap berumur 17 tahun aku boleh pergi mengunjungi Ibukota Kerajaan Astrea dan bermain disana selama seharian penuh. Dan hal itu akhirnya terwujud juga.

Namun sebelum itu, aku mulai di beri berbagai macam pertanyaan di sebuah ruangan kecil yang sangat hangat dan nyaman dan juga sedikit tertutup.

"Aster, apa kamu yakin akan pergi ke Ibukota Kerajaan?" 

Mendengar pertanyaan kakekku yang paling aku sayang, aku pun langsung mengangguk. "Tentu saja kakek!"

"Tapi bagaimana jika disana ada orang jahat?"

Pertanyaan berikutnya membuatku sangat mengerti akan kekhawatiran kakekku. Aku  pun tersenyum lembut berusaha menenangkan kakekku yang overprotektif ini. "Kalau itu aku akan langsung lari atau berteriak, dan jika tidak bisa aku akan melakukan sesuatu yang menyenangkan dengan mereka." jawabku disertai senyuman poker face membuat kakekku langsung terdiam.

Apa aku salah? Aku rasa tidak dan kakekku sangat mengenal bagaimana diriku ini.

"Tapi ... bagaimana -- bagaimana jika ada yang merebutmu dari kakek? Kakek masih belum ikhlas jika cucu kesayangan kakek di rebut pria lain dan membawamu pergi meninggalkan kakek sendirian."

Kali ini pertanyaan kakek membuatku ingin tertawa. Aku saja baru berumur 17 tahun dan kakek sudah mengkhawatirkan jika aku memiliki pasangan? Hal itu akan menjadi hal yang terakhir selama kakekku masih ada. "Mereka tidak akan berani menyentuhku jika kakek masih ada, jadi kakek tenang saja. Dan juga aku pasti akan membawakan oleh-oleh untuk kakek dari Ibukota Kerajaan Astrea. Apa kakek ingin sesuatu?" Kali ini aku yang bertanya, tidak mungkin kan jika aku sudah mendapatkan izin tapi tidak membalas kebaikan kakekku.

Kakek yang mendengar pertanyaanku langsung tersenyum, namun detik berikutnya aku bisa melihat wajahnya yang tampak sedang menyembunyikan sesuatu meskipun itu hanya sekilas. "Kalau begitu carikan wine yang paling enak dan juga roti panggang yang sangat lezat," jawab kakek di sertai senyumannya yang menurutku sangat menyebalkan.

"Ta-tapi kek, uang Aster tidak cukup," kataku sambil melihat saku dompet kecilku namun kakek malah menggeleng-gelengkan kepalanya disertai pandangan meremehkan.

"Bukankah tadi kamu sendiri yang menawarkannya, maka harus bisa dan juga harus cukup. Mudah bukan? Nah sana pergi, hush .. hush," kata kakek sambil mendorongku keluar rumah disertai usiran layaknya mengusir seekor kucing.

Melihat hal itu aku langsung merengut, padahal aku bukan kucing tapi malah di usir layaknya seekor kucing. Apa kakek sudah tidak menyanyangiku? Apa kakek sudah tidak menganggapku cucunya lagi atau ... kakek sudah mempunyai cucu simpanan? Dasar kakek durhaka.

Aku pun mulai melangkahkan kakiku menuju Ibukota Kerajaan hingga aku berhenti secara tiba-tiba karena kakek mulai memanggilku.

"Aster! Satu hal yang perlu kamu ingat, jangan pernah menggunakan kekuatanmu meskipun hanya sedikit!" Dan keluarlah sebuah nasehat yang selalu aku dengar dan aku pun langsung mengangguk mengerti. "Baiklah, kek!" balasku sedikit berteriak.

Aku sebenarnya bingung kenapa kakek selalu melarangku untuk menggunakan kekuatanku, sihirku. Padahal sihirku adalah sihir penyembuhan yang pastinya sangat berguna untuk semua orang yang membutuhkan kekuatanku. Namun kakek selalu saja melarangku dengan alasan bahwa masih ada banyak yang memiliki kekuatan sihir penyembuhan dan kekuatanku lebih baik disimpan saja. Apakah itu hanya alasan saja atau ada sesuatu yang di sembunyikan oleh kakek? Karena bagiku alasan kakek sangat tidak masuk akal.

Ya, sihirku adalah sihir penyembuhan yang dapat menyembuhkan semua jenis penyakit yang sayangnya selalu dilarang oleh kakekku. Tapi ... ya sudahlah, aku akan menuruti semua permintaan kakek karena kakek sudah mengizinkanku dan setidaknya aku juga harus menepati janjiku pada kakek.

  ☆★☆ 

Tepat jam 10 pagi, akhirnya aku sampai juga di Ibukota Kerajaan Astrea dan ini semua berkat orang-orang yang memiliki tempat tujuan yang sama, lebih tepatnya aku menumpang di sebuah kereta pengangkut sayuran yang cukup aku kenal yang ternyata orang itu juga memiliki tujuan yang sama.

Aku pun langsung turun dari kereta pengangkut sayuran dan tidak lupa mengatakan terimakasih pada mereka dan dengan segera mengelilingi Kota Astrea itu. Tampak ada begitu banyak hal yang belum pernah aku lihat karena aku selalu tinggal di desa.

Mengelilingi Kota besar itu, aku melihat ada pemain musik jalanan yang membuatku sangat tertarik. Mereka terlihat sedang beristriahat di sebuah kolam air mancur bundaran yang sangat indah tepat di tengah-tengah kota. Di satu sisi aku juga melihat ada seorang gadis yang tampak bersedih membuatku langsung menghampirinya.

"Maaf, tapi kenapa kamu bersedih?" tanyaku sopan dan berusaha menjaga imageku.

Gadis itu pada awalnya melihatku dan setelahnya ia kembali menunduk dengan kedua tangannya ia gunakan untuk menutupi wajahnya. "Aku tidak tahu, hanya saja aku sedih karena orang yang aku cintai sudah tidak ada lagi bahkan aku juga tidak ingat apa yang ia katakan terakhir kali kami bertemu," jawab gadis itu yang kembali murung membuatku merasa kasihan.

"Kasihan, tapi kenapa kamu tidak mengatakannya sejak dulu sebelum ia pergi?" tanya ku penasaran yang dibalas dengan kernyitan di dahi gadis itu.

"Bagaimana caranya aku bertanya jika saja aku belum memiliki kekasih?" tanyanya yang malah menatapku bingung dan membuatku jadi ikutan bingung. "Eh?"

"Apa kamu tahu, maksudku adalah aku disuruh membuat lagu seperti itu oleh karena itu aku mencoba bersikap seperti ini dan siapa tahu aku mendapatkan inspirasi jika aku berekpresi serta bersikap layaknya sedih di tinggal orang terkasih. Apa kamu mengerti?" tanya gadis itu sambil menatapku yang masih tampak terdiam dengan tanda tanya besar di atas kepalaku.

 "Jadi, aku salah paham?"

  ☆★☆ 

To be continue☆

Yo, halo semua. Kali ini aku sedang mencoba membuat cerita fantasi, ya ... meskipun ini masih percobaan sih karena aku masih belajar cara membuatnya dan aku harap kalian menyukai ceritaku yang gaje satu ini ^^

See You~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro