Chap 2. History

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

I went round and round from far away...

And I came back here to start again...

I'm filled with errors but as I learn...

I can get stronger...

The day we realize that the sun is one that is big and great...

Everyone together goes toward our future...

***

Beberapa tahun berlalu setelah itu. Baekhyun kecil tinggal di panti asuhan dan tumbuh di sana. Dia menjadi lelaki manis yang sangat baik hati. Ibu panti sangat menyayanginya. Baekhyun punya adik dan kakak yang juga sangat mengasihinya. Baekhyun tumbuh seperti bunga. Dibesarkan dengan penuh perjuangan dari sebutir benih, lalu tumbuh tinggi hingga menjulang. Baekhyun dicintai oleh banyak orang karena keramahan dan ketulusannya. Dia tumbuh remaja dengan bersyukur dan bekerja keras. Dia tumbuh menawan hingga di sekolah menengah atas.

"Hyung, aku akan tidur bersamamu malam ini!" Jiyoung berlari ke arahnya dengan wajah percaya diri. Beberapa anak merengut tak terima.

"Sekarang giliranku bersamanya!"

"Tidak! Kalian tidak boleh merampas kakakku malam ini!"

"Dia bukan hanya milikmu! Dia milik kita semua!"

Pertengkaran kecil itu terjadi. Baekhyun hanya tersenyum melihat pemandangan itu. Dia tidak masalah dengan itu. Sebentar lagi, Baekhyun tidak akan bisa melihat pertengkaran manis itu. Baekhyun harus segera keluar dari panti dan mencari tempat tinggal yang baru. Dia akan terus mengabdi di tempat ini, namun sekarang dia harus mandiri.

Tidak selamanya dia tinggal di panti asuhan. Dia harus pergi. Tempat itu juga makin penuh sesak. Baekhyun tahu diri. Meski ibu panti tidak mengatakan ini padanya, namun Baekhyun harus segera bekerja dan mencari uang sendiri. Dia tidak ingin merepotkan orang lain. Dia akan bekerja di sini, tiap akhir pekan untuk merawat bayi-bayi yang ditinggalkan oleh ibu mereka.

Karena Baekhyun anak yang pintar, guru-guru juga menyayanginya. Dia bersekolah di sekolah biasa dan ditawari pekerjaan oleh sebuah rumah usaha. Baekhyun mengiyakan dan sangat berterima kasih. Dia sangat beruntung.

Dia hanya harus lulus dan bekerja di tempat itu. Baekhyun sangat mengenal pemiliknya dengan baik.

Sementara itu, bayi kecil yang terlahir bersamanya juga memiliki kehidupan lain. Chanyeol tumbuh dengan sangat beruntung. Teman-temannya banyak, wajahnya tampan, dan dia kaya. Beberapa wanita mendekatinya, namun Chanyeol tidak ingin menghancurkan dirinya sendiri. Dia tahu mereka tidak tulus menyukainya.

"Dulu Mama pernah bertemu dengan wanita baik itu, Chanyeol. Kalian berdua masih bayi. Mama ingat kalau kau sangat menyukai anak itu. Kau menggenggam jemarinya, lalu menangis ketika Mama pergi." Yuri selalu bicara itu. Chanyeol bosan lama-lama ketika mendengarnya.

"Aku sudah mendengar itu berulang kali, Mama."

"Aku ingin tahu bagaimana keadaan Baekhyun sekarang. Sejak Soohyun meninggal, Baekhyun dibawa ke panti asuhan. Mama baru dengar ini beberapa bulan lalu. Mungkin sekarang Baekhyun sudah hampir lulus SMA sepertimu, Chanyeol-ah."

"Apa yang Mama inginkan? Apa Mama ingin aku membawanya ke sini?"

Mata Yuri berbinar. "Bolehkah?"

"Tidak. Aku tidak ingin punya adik yang mencurigakan. Lagi pula, bagaimana kalau ternyata dia tidak tumbuh menawan seperti yang kau katakan, Mama?"

Yuri menggeleng. Dia sangat yakin kalau Baekhyun pasti tumbuh dengan sangat menawan. Bahkan ketika kecil dulu, Yuri ingin sekali Baekhyun kecil menjadi teman bermain Chanyeol.

"Apa kau percaya tentang sayang pada pandangan pertama?" Yuri terkikik senang.

"Ma, hentikan! Mama terdengar seperti ingin menjodohkanku dengan seorang wanita. Dia itu lelaki, Ma!"

Yuri menghela napas. Iya, Baekhyun adalah lelaki. Yuri tidak ingin terlalu berharap meski dia ingin sekali bertemu dengan bayi mungil itu. Matanya yang lucu, hidung mungilnya, pipi gembilnya... Yuri ingin sekali punya bayi lagi!

Mereka masih mengobrol tentang kejadian ketika Chanyeol masih kecil dulu. Mereka bicara tentang banyak hal. Mereka tidak tahu kalau pada akhirnya mereka akan ditakdirkan untuk bertemu kembali.

Kelulusan sekolah Baekhyun sudah selesai. Baekhyun segera berkemas dari panti asuhan. Dia sudah mendapatkan tempat sewa sederhana yang sangat murah. Meski ada dua kamar, namun salah satu kamar itu tidak berpenghuni. Baekhyun keluar dari panti, namun anak-anak itu menangis kencang, tidak rela ketika Baekhyun pergi.

"Hyung akan mengunjungi kalian di akhir pekan."

"Apakah itu artinya aku tidak bisa memelukmu lagi ketika tidur?" Jiyoung menangis. Dia adalah ketua anak-anak di sana. Tiap kali dia bicara, anak-anak yang lain akan mendengarkan dan menurut. Jiyoung sangat tegas, calon pemimpin suatu hari nanti.

"Kau sudah besar, Jiyoung-ah..."

"Tetapi aku menyayangimu. Apa sayang harus memikirkan usia, Hyung?"

"Kelak, kau akan merasakannya juga, Jiyoung-ah..." Baekhyun memeluk bocah pemberani itu dengan lembut. Jiyoung memeluk Baekhyun erat. Dia sangat menyayangi Baekhyun. Baekhyun adalah hidupnya. Kalau ada orang yang merebut Baekhyun darinya, dia akan mematahkan tulang-tulang orang itu. Sayangnya dia lupa satu hal. Baekhyun tidak akan mendengarkan bocah kecil sepertinya.

Diam-diam Jiyoung berjanji akan tumbuh dengan cepat dan mengikat Baekhyun untuk dirinya sendiri. Baekhyun keluar dari panti asuhan dan mulai hidup dengan keras di sana.

Chanyeol pun bekerja keras meski semuanya sudah dia dapatkan. Dia tidak perlu bekerja. Dia duduk di bangku kuliah dan mengambil jurusan bisnis. Semua kebutuhannya tercukupi. Semua orang memandangnya, ingin dekat dengannya. Dengan kekuasaan dan juga hadiah saham yang terus mengalir, Chanyeol sudah ditakdirkan untuk jadi orang kaya. Bahkan meski tak bekerja, dia bisa tetap berada di puncak tinggi sebagai orang kaya.

"Lihat itu! Lihat itu! Chanyeol tampan sekali!"

"Dia juga sangat kaya. Kudengar dia baru mendapatkan hadiah saham lagi di ulang tahunnya yang kemarin."

"Andaikan dia mau jadi pacarku."

"Aku juga ingin jadi pacarnya."

"Ah, kau jangan bermimpi terlalu tinggi!"

Chanyeol muak sekali dengan obrolan seperti itu. Dia tidak tahan lagi. Dia ingin sekali berbalik dan bicara pada mereka kalau dia tidak sudi untuk menjadi kekasih mereka. Chanyeol merasa kesal dan juga muak dengan pembicaraan orang lain tentangnya. Mereka bertingkah baik hanya karena dia tampan dan kaya. Mereka tidak tulus.

Karena itulah Chanyeol heran dan juga penasaran bagaimana bisa ibunya bertemu dengan wanita tulus yang sangat baik hati seperti itu. Orang baik yang ibunya ceritakan pasti hanya ada dalam dongeng. Chanyeol tidak mengerti apa yang menghinggapi ibunya hingga terlalu percaya pada orang asing seperti itu.

Dunia Chanyeol dan Baekhyun sudah ditakdirkan untuk berbeda.

***

Kehidupan Baekhyun tidak semulus yang dia duga. Awalnya dia memang bisa menabung, namun lama-kelamaan usaha industri itu tidak berkembang juga dan mulai bangkrut. Baekhyun mulai memiliki masalah yang berat. Industri rumahan itu terancam ditutup karena hutang dan sang Pemilik tidak sanggup melunasinya. Baekhyun tidak tahu apa yang harus dia lakukan. Apalagi gajinya selama tiga bulan juga masih belum dibayarkan. Gaji itu digunakan oleh pemiliknya untuk melunasi hutang-hutang industri.

Kesialan tidak menyapa Baekhyun hari itu saja. Dia juga punya masalah dengan pemilik rumah sewanya. Dia sudah menjelaskan banyak hal pada pemilik sewanya, namun pemiliknya tidak mendengarkan penjelasan Baekhyun. Pemilik tempat sewanya memberi Baekhyun waktu sedikit.

"Jadi, apa yang harus kulakukan?" Baekhyun bertanya cepat. Dia bingung harus bagaimana sekarang. Industri tempatnya bekerja sudah beberapa hari ini tidak mengalami perkembangan.

Beberapa hari ini juga dia jadi tidak fokus bekerja. Dia mulai kusut dan tidak menampakkan senyumannya lagi. Baekhyun telanjur kalut dan memikirkan masalah ini hingga berlarut-larut.

Baekhyun mulai mencari pekerjaan lain selagi menunggu pekerjaan lamanya itu. Dia harus menyelesaikan beberapa tugas. Pemiliknya sudah sangat baik padanya, karena itulah Baekhyun tidak ingin melakukan perbuatan yang terkesan mengkhianati. Namun meski Baekhyun mencari kerja dengan keras, belum ada lowongan yang terbuka.

Andaikan ada pun, mereka lebih mengutamakan yang sarjana. Baekhyun hampir putus asa, namun dia sudah berjanji kalau dia tidak akan mundur. Dia harus tetap hidup. Dia tidak ingin membuat ibu panti dan adik-adiknya kecewa kalau dia menyerah. Sesulit apa pun, Baekhyun tidak pernah mengeluh pada mereka. Dia selalu tersenyum tiap kali bertemu dengan anak-anak panti.

Lalu hari itu terjadi. Pemilik rumah sewa kembali mendatangi Baekhyun. Wanita galak itu bicara dengan sangat kasar padanya.

"Kalau kau tidak bisa membayar, aku akan mengusirmu!"

Baekhyun mencoba menjelaskan, namun terlambat. Wanita itu melempar barang-barang Baekhyun keluar dari sana. Baekhyun hanya mengerjap dan mencoba untuk kembali mengatakan alasannya agar wanita itu bisa mengerti. Namun sayangnya wanita itu sangat kejam dan enggan mengatakan itu padanya lagi.

"Tidak bisakah kita bicara lagi, Ahjumma?"

"Aku tidak akan mendengarkanmu!"

"Tetapi aku sudah berusaha untuk melunasi hutangku."

"Omong kosong!"

"Ahjumma, kumohon mengertilah! Sekarang tempat kerjaku sedang dalam masa yang sulit. Jadi aku tidak memperoleh gajiku selama tiga bulan."

"Apa peduliku? Cari saja rumah yang lebih murah!"

Baekhyun terusik dengan ucapan wanita itu. Dia belum pernah diperlakukan seperti ini sebelumnya, meski sejak di sekolah dia sudah digosipkan dan dihina karena hanya anak panti. Baekhyun tidak pernah diusir meski begitu. Sekarang Baekhyun merasakan hidup yang sangat sulit, bahkan merasakannya saja sangat menyesakkan. Baekhyun harus kuat meski begitu!

Baekhyun melangkah gontai, meninggalkan bekas rumah sewanya. Dia menyeret tas yang berisi baju dan barang lainnya. Sekarang dia tak punya tempat untuk berteduh. Ketika dia merogoh sakunya, dia hanya menemukan beberapa lembar uang saja. Perutnya mulai keroncongan.

Baekhyun terlonjak.

Dia masih punya tempat berteduh meski untuk sementara. Maka hari itu, dia menginap di tempat kerjanya yang sudah terancam ditutup. Dia tidur di sana untuk sementara, hingga dia bisa mendapatkan perkerjaan yang baru.

"Bolehkah aku tinggal untuk sementara?" Baekhyun masih menjelaskan dan meminta izin pada pemilik tempat itu. Pemilik itu menatap Baekhyun dengan wajah iba.

"Maafkan aku, Baekhyun-ah. Kau boleh tinggal di sini, namun tidak selamanya. Sebentar lagi orang dari bank akan menyita tempat ini."

"Aku hanya butuh tempat berteduh selama beberapa hari."

"Baiklah. Maafkan aku, Baek. Dulu aku membawamu, namun sekarang aku membuatmu menderita."

Baekhyu menggeleng. "Kau sudah terlalu baik padaku, Sajangnim. Bahkan kau telah memperlakukanku dengan penuh kasih sayang. Kau sempat membiayai sekolahku dulu. Aku tidak akan pernah melupakan kebaikanmu."

"Itu karena istriku sangat menyayangimu. Sekarang dia sudah tiada. Aku tidak bisa bersamamu lagi, Baek. Aku selalu sedih tiap kali melihatmu."

"Maafkan aku, Sajangnim."

"Jangan meminta maaf, Baek! Kau malah membuatku terdengar makin kejam."

"Aku akan membantumu melewati ini, Sajangnim. Aku tidak akan mundur dari perusahaan ini, namun aku akan mencari pekerjaan lain. Aku akan menyelesaikan apa yang harus kulakukan untuk membalas kebaikan mendiang istrimu."

"Kenapa kau baik sekali, Nak?"

"Karena dia sudah kuanggap ibuku sendiri."

"Dia pasti sangat bahagia kalau masih hidup. Pantas saja dia sangat mencintaimu, Baekhyun."

Baekhyun tersenyum lagi. Hatinya terasa sangat sakit. Dia tidak tahu kalau pada akhirnya hidupnya makin sengsara. Baekhyun kecil selalu mengidamkan kasih sayang dari ayah dan ibunya, namun itu tidak terjadi. Harapannya pupus begitu saja.

Sekarang, Baekhyun tidak ingin terlalu berharap. Karena ketika dia terlalu berharap, maka hasil yang dia dapatkan tidak selalu manis. Bayangan itu kembali membuat Baekhyun lelah untuk berharap.

Dia tidak punya pekerjaan yang tetap sekarang. Dia hanya punya pekerjaan serabutan, namun hanya mendapatkan uang sedikit. Dia harus mencari pekerjaan sekarang. Jadi siang hari dia gunakan untuk mencari pekerjaan, sementara sore dan malam dia gunakan untuk menyelesaikan pesanan orang yang belum sempat dikirim. Industri rumahan itu sudah mulai bangkrut dan Baekhyun tidak tahu harus bagaimana lagi. Hanya tinggal menunggu waktu hingga dia resmi jadi gelandangan.

Pemilik industri ini kembali pada anaknya di desa, dan mustahil Baekhyun ikut. Dia bisa saja ikut ke desa dan bekerja sebagai petani di sana. Namun itu pasti akan sulit. Baekhyun harus berkunjung ke panti tiap akhir pekan dan dia sudah berjanji pada Jiyoung dan anak lainnya.

Kehidupan Baekhyun yang keras itu sebenarnya sudah membuat Baekhyun putus asa, namun ketika dia benar-benar berada di titik terbawah, foto ibunya kembali membayanginya. Dia sudah tahu wajah ibunya dari foto. Juga sebuah benda yang hingga saat ini selalu dia simpan. Cincin berlian yang terlihat sangat mahal.

Namun hati Baekhyun tidak sepicik itu. Dia tahu benda itu lebih berharga daripada yang terlihat. Bahkan ketika Baekhyun membaca surat ibunya berkali-kali, dia masih saja merindukan ibunya. Ibunya sangat cantik.

Lalu hari itu terjadi. Baekhyun resmi jadi gelandangan, bahkan sebelum dia sempat mendapatkan pekerjaan baru. Baekhyun tidak punya uang ataupun tempat berteduh, jadi dia berlindung di bawah jembatan. Bahkan dia juga sering tidur di emperan toko.

Pemiliknya akan mengusir Baekhyun dengan kasar keesokan harinya. Setelah itu pun Baekhyun meminta pekerjaan pada mereka, namun mereka tidak sudi menerima lelaki kotor yang berdebu itu. Baekhyun hidup dari belas kasihan orang lain. Dia kedinginan tiap kali hujan. Ketika malam tiba, dia mencari tempat aman untuk tidur.

Hidupnya sangat berbeda dengan kehidupan Chanyeol yang sepertinya tidak pernah bermasalah dan selalu bergelimang harta. Chanyeol terkenal, namun dia bosan seperti itu. Dia tidak ingin terlalu bergabung dengan manusia bermuka dua.

"Aku akan menemukan teman yang menerimaku apa adanya, Mama."

"Seperti Baekhyun?"

"Apa yang Mama tahu tentang Baekhyun? Bagaimana kalau dia tidak seperti itu ketika sudah dewasa?"

"Mama percaya. Kau menangis ketika berpisah darinya, Chanyeol."

"Itu hanya cerita sok manis, Mama."

"Itu kenyataan, Nak."

"Sampai kapan aku harus membicarakan Baekhyun yang tak nyata itu, Mama?" Chanyeol bosan harus membicarakan ini berulang kali dengan ibunya. Namun diam-diam dia penasaran.

Semenawan apa Baekhyun itu, atau sebaik apa ibunya dulu.

Chanyeol tidak tahu, kalau orang yang sedang dia pikirkan sekarang sedang meringkuk kedinginan di salah satu kawasan pertokoan yang sudah tertutup.

TBC

Tolong baca ini!
(Terserah bilang ngeluh atau apa, tapi ini notif sekali buat aturan keseluruhan)

Selamat datang di cerita ini! Untuk followers yang masih baru, selamat datang!

Aku pengen bahas soal aturan yang ada di "Sekadar Notif". Ada tulisan "Jangan maksa!" di sana, termasuk di dalamnya adalah komentar macam, "Up cepet!", "Jangan lama2!", "Fast update!", "Next!", "Lanjut!", "Ceritanya diginiin, dong!", dsj...

Itu hak kalian buat komentar serupa, tetapi hakku juga buat menolak dan blokir akunnya! Mungkin kalian ada yg sering kayak gitu ke penulis lain. Oh, ayolah, Guys! Every writter has their comfortable point of view and there are writters overthere who feel that comments are annoying.

Komentar asal seperti itu terkadang membuat tanganku gatel pengen berbuat nista. Aku cuma nggak suka dipaksa dan didikte! Aku nggak akan peduliin komentar2 macam itu kalau seandainya aku nggak pernah bales komentar kalian... Jadi, kalau kalian baik, aku malah bisa sangat baik ke kalian. Buktikan sendiri! *a la iklan jamu*

Buat followers yang udah lama bareng aku... Makasih udah mau bertahan dan mari kita tunjukkan ke followers baru itu kalau kita udah biasa menggila bareng! Semoga mereka tahu gimana cara main kita di sini... :)

Terbit tiap Rabu.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro