Chap 25. Call Me Baby

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

My heart grows bigger for you...

And it closes its door for everyone but you...

Call me baby...

Even if it's many times...

***

Chanyeol membawa Baekhyun menemui Yuri. Yuri yang juga sedang mencari keberadaan Baekhyun akhirnya berjumpa juga. Begitu melihat Baekhyun, hal pertama yang Yuri lakukan adalah menangis dan memeluk lelaki manis itu. Yuri mengecup kening Baekhyun sayang, lalu berbisik lembut.

"Kau sangat tampan, Sayang!"

Baekhyun merasa canggung namun bahagia dalam sekali waktu. Ini pertama kalinya seorang ibu memeluk Baekhyun. Dulu pernah. Ibu panti. Namun pelukan ibu panti bukan miliknya. Ibu panti juga memiliki anak lain selain dirinya. Karena itulah, pelukan Ibu panti masih terasa kurang meski Baekhyun merasa hangat. Sekarang... Baekhyun sudah merasa lengkap tanpa sebab.

"Terima kasih..."

"Panggil aku Mama." Yuri tersenyum haru, lalu menangkup kedua pipi Baekhyun. Baekhyun mengerjap beberapa kali, lalu mengangguk perlahan. Ketika dia menoleh ke arah Chanyeol, lelaki jangkung itu tersenyum lebar dan mengangguk.

"Bolehkah aku melakukannya?" Baekhyun bertanya sekali lagi.

Yuri memeluk Baekhyun sekali lagi dengan sangat hangat. Chanyeol bahagia melihat kedekatan Baekhyun dan ibunya. Selama ini ibunya selalu bertanya tentang Baekhyun dan tidak sabar untuk bertemu dengan lelaki manis itu. Namun, Chanyeol melarang dan mencoba merayu ibunya agar bersabar sebentar saja. Chanyeol akan segera membawa Baekhyun dan membongkar identitasnya.

Yuri sangat bahagia hari ini. Dia bertemu lagi dengan anak Soohyun. Baekhyun yang sangat manis dan juga santun. Yuri tidak pernah menilai seseorang dari latar belakang keluarga mereka, namun dia harus menegaskan bahwa Baekhyun sangat luar biasa.

Baekhyun adalah pribadi yang sangat menakjubkan!

"Apa yang harus kulakukan?" Baekhyun tersenyum lembut. "Ini terlalu banyak untukku, Mama."

Yuri mencubit pipinya. "Soohyun adalah temanku, dan kau adalah anak dari temanku. Maka setelah ini, Mama yang akan merawatmu. Mama akan menggantikan Soohyun menjagamu. Chanyeol juga akan memberikan semua cintanya."

Baekhyun tersipu. Meski dia bukan wanita, namun dia juga memiliki perasaan pemalu dan juga lembut.

"Aku malu sekali..." bisiknya. "Aku hanya..."

"Jangan katakan lagi, Byun Baekhyun! Mama yang akan membawamu pulang ke rumah ini."

Baekhyun mengerjap, lalu menatap Chanyeol. Chanyeol hanya tersenyum, lalu menghampiri ibunya. Chanyeol menyentuh bahu Yuri, lalu tersenyum lembut.

"Baekhyun butuh waktu, Mama. Dia sudah terbiasa untuk hidup seorang diri, karena itulah kita harus mengajarinya tinggal bersama kita. Butuh waktu..." Chanyeol mencoba menjelaskan. Baekhyun mengangguk mengiyakan. Yuri tersenyum, lalu menggenggam jemari Baekhyun.

"Ketika melihatmu tumbuh seluar biasa ini tanpa seorang ibu... Mama benar-benar merasa bersalah. Mama tidak tahu harus bagaimana menebusnya. Mama bahagia ketika menemukanmu kembali. Apalagi ketika sekali lagi, Mama ditolong olehmu. Kau telah menyelamatkan anak Mama, Sayang! Kini wanita ini bisa kaupanggil Mama."

Baekhyun mengangguk lagi.

"Apa Mama sangat mengenal ibuku?"

Yuri menuntun Baekhyun, lalu mereka duduk bersebelahan. Yuri ingin menceritakan tentang Soohyun yang baru saja dia kenal. Soohyun yang sangat berharga untuknya. Soohyun yang sangat baik dan juga mengajarinya tentang bersyukur.

"Seandainya dia masih hidup, mungkin Mama bisa menjadi kawan baik dengan ibumu. Dia wanita yang sangat cantik..."

Baekhyun mengangguk setuju. Baekhyun pernah melihat foto ibunya, dan sekarang pun di dompetnya masih ada foto kusam itu.

"Mama ingin kau tinggal di sini agar Mama bisa menjagamu..."

Baekhyun menggeleng sekali lagi. Chanyeol masih bingung bagaimana harus bersikap. Dia ingin Baekhyun tinggal di rumahnya agar Yuri bahagia. Dia juga ingin Baekhyun tinggal di apartemennya lagi karena Baekhyun sudah nyaman di sana. Lagi pula... di mana pun Baekhyun tinggal, Chanyeol akan selalu mendampinginya.

"Mama..." Chanyeol menatap ibunya.

Yuri mengerjap.

"Aku juga ingin Baekhyun tinggal di sini, tetapi dia butuh waktu." Chanyeol kembali bersuara. "Lagi pula... di apartemen kami... banyak sekali kenangan. Kami harus mempersiapkan diri, Mama. Kami berjanji akan sering-sering mengunjungi Mama tiap akhir pekan."

Yuri tersenyum dan mengangguk pasrah. Meski begitu, dia sangat sedih. Chanyeol tiba-tiba teringat sesuatu. Mereka melangkah cepat, kembali ke tempat pesta. Ketika mereka kembali, ada dua buah kue ulang tahun di sana. Ada nama Baekhyun.

Baekhyun terharu. Mereka semua juga merayakan hari lahirnya.

***

Baekhyun tersenyum lebar. Dia membawa Chanyeol kembali ke apartemannya. Begitu kaki Chanyeol melangkah masuk dan mereka hanya berdua saja, berbagai kenangan yang agak nakal mulai berkeliaran. Chanyeol menelan ludah.

Bayangan Baekhyun hanya memakai celana dalam mulai menggerayangi otaknya. Apalagi sekarang Baekhyun juga sedang mengganti bajunya tanpa sadar. Chanyeol tidak tahan lagi. Dia menelan ludah, lalu menggeram gemas.

"Baekhyun..." katanya.

Baekhyun menoleh dengan wajah polos.

"Ada apa?"

"Kalau kau melakukannya di depan mataku, kau bisa mati!"

"Apa yang kulakukan?" Baekhyun balas bertanya. Chanyeol mulai panas dingin. Dia melangkah mendekati Baekhyun, lalu memegang bahu lelaki itu.

"Kalau kau melakukan hal ini di depanku, aku akan menerkammu."

"Melakukan apa?"

Chanyeol menunduk, memperhatikan kulit mulus dan putih Baekhyun. Baekhyun sadar dengan maksud Chanyeol, lalu menurunkan kembali kaos dalamnya.

"Dulu aku sering melakukan ini di depanmu." Baekhyun memalingkan wajahnya.

"Kau tahu, dulu aku mati-matian menahan diri?"

Baekhyun kembali memalingkan wajahnya. Dia merasa sangat malu dengan tatapan nakal Chanyeol. Tubuh Chanyeol membuatnya gugup. Chanyeol tidak tahan lagi. Dia sudah menahan diri dengan sangat keras untuk tidak menyerang Baekhyun.

Dan sekarang... Chanyeol sudah sampai di ambang batas kesabaran dan nafsunya. Chanyeol menunduk, menangkup pipi Baekhyun, lalu bibirnya melumat bibir Baekhyun. Mereka berciuman panas. Baekhyun mencoba mengimbangi ciuman Chanyeol, namun Chanyeol sangat luar biasa terlatih.

Chanyeol menelan ludah.

"Baekhyun-ah..."

"Hm?"

"Aku ingin..." Chanyeol ragu mengatakannya. Dia bukannya ragu untuk melakukannya, hanya saja dia takut Baekhyun akan marah dan tersinggung.

Baekhyun peka, lalu kedua lengannya terjalin di belakang leher Chanyeol.

"Apa yang kautunggu?"

Mata Chanyeol berkilat. Dia menarik tubuh Baekhyun dalam dekapannya, lalu membawa lelaki manis itu ke ranjang miliknya. Chanyeol menyusuri setiap jengkal kulit Baekhyun. Baekhyun memekik ketika Chanyeol juga menggunakan lidah dan giginya untuk meninggalkan bekas.

Apalagi ketika tangan Chanyeol mulai bergerak, menyentuh seluruh tubuhnya dengan penuh kasih. Baekhyun menggeliat. Antara tak nyaman dan gelisah. Dia sangat gugup. Lebih gugupnya lagi adalah ketika Chanyeol mulai menurunkan celana dalamnya.

Baekhyun menahan diri.

Tidak, dia tidak boleh berteriak ataupun mengeluarkan suara-suara aneh! Chanyeol pasti akan geli dan jijik. Baekhyun menutup mulutnya ketika Chanyeol mulai menggunakan lidahnya di selangkangan Baekhyun.

Siksaannya sangat nikmat! Chanyeol tidak bermain di pusat, namun malah lebih senang menggoda di sekitar tempat itu. Baekhyun tidak tahan lagi. Dia mencoba menunduk dan melepaskan diri. Kalau Chanyeol tidak mau melakukan di bagian itu, maka Baekhyun akan melakukannya sendiri dengan tangan.

Namun Chanyeol tanggap lebih dulu. Dia menahan tangan Baekhyun, lalu menggeleng pelan dan tersenyum. Chanyeol kembali menindih tubuh Baekhyun. Bibirnya mengecup kening Baekhyun, lalu turun ke mata, hidung, pipi, bibir, leher, dan puting. Chanyeol sangat menikmati aktivitasnya itu, bahkan memberi jejak di banyak tempat.

Jemari Chanyeol perlahan menelusup ke dalam lubang bawah milik Baekhyun. Baekhyun memekik. Chanyeol tersenyum, lalu mulai bermain di sana dengan jemarinya. Baekhyun tak bisa menahan suaranya lagi. Dia mendesah, lalu melenguh. Chanyeol berhasil menggapai sesuatu di sana. Chanyeol juga mencoba melebarkan jemarinya di tempat itu.

Chanyeol bersiap. Baekhyun menatapnya dengan tatapan menggoda. Chanyeol tidak tahan lagi. Lelaki itu memasukkan penisnya ke dalam lubang Baekhyun. Baekhyun menjerit. Dia mencakar dan tidak sengaja menggigit bahu Chanyeol.

"Aku akan melakukannya dengan sangat hati-hati!" Chanyeol berbisik.

Baekhyun mengangguk percaya. Chanyeol memang tidak melakukan hal lain. Dia hanya menunggu hingga Baekhyun merasa sedikit nyaman. Ukuran Chanyeol tidak sekecil itu untuk membuatnya nyaman dalam sekejap. Karena itulah, Baekhyun bertekad untuk melakukan sesuatu lebih dulu.

"Lakukan!" bisiknya. Chanyeol melongo. Matanya mengerjap. Dalam beberapa detik, Chanyeol bergerak. Dia menggerakkan penisnya di dalam lubang pantat Baekhyun yang mencengkeram erat.

Chanyeol merasa sensasi ini luar biasa nikmat. Baekhyun juga mulai merasa aneh ketika Chanyeol menyentuh sesuatu di dalam sana. Keduanya mendesah penuh kenikmatan dan cinta. Bahkan hingga pagi hari... Chanyeol dan Baekhyun masih meneruskan aktivitas panas mereka di ranjang.

Keduanya benar-benar sudah gila!

***

Baekhyun sudah resmi pindah bekerja di perusahaan milik Chanyeol mulai sekarang. Chanyeol membangun perusahaan cabang dan mulai berkembang. Kemampuan bisnis Chanyeol dan juga keramahannya membuat partner kerja yang sangat bagus. Baekhyun jadi sekretaris Chanyeol. Meski Baekhyun bukan lulusan perguruan tinggi, namun kemampuan Baekhyun sangat baik. Baekhyun merupakan orang yang cepat belajar.

Setiap hari, di jam makan siang Chanyeol selalu menghampiri Baekhyun. Baekhyun lebih sibuk daripada dirinya. Baekhyun juga sangat cekatan. Dia punya kemampuan merayu yang sangat manis. Terkadang Chanyeol merasa cemburu buta dan juga kesal sekali.

"Berhentilah untuk menebarkan senyuman di depan mereka!" Chanyeol mengeluh. Baekhyun meliriknya dan tersenyum geli.

"Mereka bisa melarikan diri kalau aku bertingkah kejam."

"Tetapi aku tidak suka! Bagaimana kalau mereka menaruh hati padamu?"

"Mereka sudah tahu siapa aku! Juga sudah paham siapa kau! Lalu... hubungan kita. Apa lagi yang membuatmu cemas, Tuan Park? Setiap hari para karyawan selalu memergokimu menciumku di depan mereka. Bahkan aku juga menyuapimu ketika makan di kantin. Kita sering ketahuan sedang berciuman di kamar mandi. Ayolah, mereka tak akan pernah macam-macam denganku kalau masih sayang dengan pekerjaan mereka!" Baekhyun bicara panjang lebar.

"Ah, benar juga!" Chanyeol bertepuk tangan senang. Dia terlihat sangat bangga dengan kelakuan mesumnya itu. Baekhyun menghela napas, lalu memeluk Chanyeol dan mengelus punggungnya.

"Tuan Park Chanyeol yang sangat kucintai... mungkin aku bukan lelaki yang sempurna, namun aku selalu mencari kesempurnaan. Bagiku, telah kutemukan kesempurnaan itu. Kau. Kau sudah sangat sempurna. Lihat, apa aku bisa kurang ajar meninggalkan lelaki yang sempurna seperti ini?" Baekhyun tersenyum, menggoda. Chanyeol terkekeh senang.

"Benar. Aku bisa mengikatmu kalau kau pergi dariku."

"Ayolah, Park Chanyeol! Jangan seperti anak kecil! Aku akan melaporkanmu pada Mama!"

"Laporkan saja, Tuan Park Baekhyun!" Chanyeol menjulurkan lidah, lalu bibirnya mengecup bibir Baekhyun. Baekhyun tersenyum, lalu menarik dasi lelaki jangkung itu.

Baekhyun yang mencium Chanyeol lebih dulu. Mereka berciuman panas, dengan lidah, hingga sebuah suara... tidak, banyak suara sedikit memekik.

"Astaga! Maafkan kami, Pak! Kami tidak sengaja!" Para karyawan menutup wajah mereka dengan malu-malu. Baekhyun menatap Chanyeol, lalu mencubit pinggang lelaki itu. Pinggang suaminya.

END

Lumajang, 6 September 2017
(dengan revisi besar-besaran)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro