Chap 8. Angel

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

The momment feels like I was born...

As a child who knew nothing...

I closed my eyes again in case...

It would be a dream...

You were standing in front of my desperate self...

And praying...

Just once, I want to walk side by side with you...

***

Baekhyun menemui Tuan Park keesokan harinya. Malam ini dia menginap di salah satu penginapan yang meski tidak mewah namun sangat hangat. Baekhyun cemas dan curiga. Dia takut apa yang dia dapatkan hanyalah mimpi belaka. Selain itu, dia belum siap untuk kecewa lagi. Hidupnya sudah terlalu sulit, namun kalau ada orang lain yang akan membuatnya semakin sulit... Baekhyun mungkin tidak kuat lagi.

Baekhyun dan para pria berjas itu melangkah ke sebuah gedung tinggi yang sangat megah. Orang-orang berpenampilan rapi berlalu-lalang di dalamnya. Baekhyun menelan ludah. Dia melangkah pelan mengikuti orang-orang itu. Tepat di sebuah ruangan bergaya modern, mereka berhenti. Mereka langsung masuk tanpa mengetuk pintu. Mungkin Baekhyun sudah ditunggu.

"Ah, Byun Baekhyun!" Seorang lelaki yang sangat tampan berdiri menyambutnya. Usianya mungkin sudah lima puluh tahunan, namun tubuhnya masih terlihat sangat perkasa.

"Anda mengenal saya, Tuan?"

Lelaki itu mengangguk. Baekhyun tahu kalau lelaki ini bukan lelaki biasa. Sejak tadi orang-orang di belakangnya menunduk hormat. Apalagi Baekhyun sempat melihat sebuah tulisan di pintu tadi. CEO. Artinya pemegang kekuasaan dalam hierarki paling atas.

"Aku mengenalmu, namun mungkin kau belum mengenalku. Aku Park Yunbi. Ah, namaku memang terdengar seperti perempuan, tetapi aku lelaki. Aku sudah memiliki anak."

Baekhyun tersenyum canggung. Ini pertama kalinya dia bertemu dengan orang kaya yang sangat aneh. Bahkan orang kaya ini terdengar sangat ramah tanpa sebab.

"Dari mana Anda mengenal saya?"

Park Yunbi tersenyum lebar. "Istriku mengenalmu dengan sangat baik. Jadi ketika dia memohon padaku untuk memberikan sesuatu padamu, aku tentu mengabulkannya."

"Tuan..."

"Iya?"

"Aku tidak bisa menerima kebaikanmu. Aku tidak pantas menerimanya."

Park Yunbi menggeleng pelan. Dia sudah berjanji pada istrinya untuk membuat Baekhyun menerima kebaikan mereka. Baekhyun masih ragu, namun Park Yunbi mencoba merayu lagi. Lelaki itu mengatakan kalan Baekhyun sudah pernah menyelamatkan anaknya, jadi dia harus membantu Baekhyun.

Meski Baekhyun bingung siapa anak lelaki ini. Baekhyun tidak ingat karena dia sudah membantu banyak orang. Banyak sekali anak kecil ataupun orang tua yang sudah dia bantu.

"Saya..."

"Terima ini, Baekhyun! Aku akan sangat bahagia kalau kau mau menerimanya. Kau bisa bekerja di perusahaan cabang pada bagian administrasi. Semuanya sudah diurus oleh sekretarisku. Mereka juga sudah memberimu apartemen, bukan? Aku memang tidak memberimu apartemen mewah karena kau pasti menolaknya. Namun, anggap saja itu fasilitas pegawai! Kau adalah pegawai perusahaan kami mulai sekarang."

Baekhyun tidak tahu lagi harus berterima kasih seperti apa. Dia menunduk dan mengucapkan terima kasih berkali-kali.

Maka sejak saat itu hidup Baekhyun berubah. Kebaikannya memang tidak selalu berbuah manis, namun Baekhyun percaya bahwa pembalasan yang lebih menyenangkan dan mengejutkan pasti ada.

Baekhyun bekerja pada sebuah perusahaan cabang milik Tuan Park sejak saat itu. Dia juga sudah tinggal di sebuah apartemen sederhana, namun sangat layak ditempati. Dia diberi tempat itu dengan cuma-cuma, tanpa biaya sewa lagi. Baekhyun sudah resmi jadi pemiliknya.

Kehidupannya berbalik drastis. Dia sudah mulai bisa makan dengan nikmat dan layak. Sebagian gajinya dia gunakan untuk beramal pada panti asuhannya dulu, sebagian lagi ditabung. Baekhyun sudah punya cita-cita untuk masa depannya nanti. Dengan alasan apa pun, dia tak akan meninggalkan anak dan cucunya dengan hutang.

Hingga suatu hari, sesuatu terjadi. Sesuatu yang baru, yang akan menciptakan kisah yang baru pula di hidup Baekhyun. Seorang lelaki yang sangat kumal mengetuk pintu apartemennya pada suatu malam yang dingin. Baekhyun mengerjap dan membuka pintu. Lelaki kumal itu punya tubuh yang tinggi, melebihi tubuhnya. Badannya kekar. Wajahnya tegas dan tampan.

Ketika seorang pengemis dengan tubuh kurus mengetuk pintu apartemenmu, mungkin kau bisa mengartikan kalau dia lapar dan butuh makan. Namun kalau lelaki dengan model tubuh sehat namun berpenampilan kumal begini...

"Maaf, bisa katakan siapa kau?" tanya Baekhyun hati-hati. Sekarang banyak sekali modus penipuan dengan menggunakan simpati orang lain.

"Tolong aku, Tuan!" katanya.

Baekhyun mengerjap. "Apa yang bisa kubantu?"

Baekhyun memang ingin membantu orang yang kesusahan, namun dia tidak mau dimanfaatkan oleh orang jahat yang punya maksud buruk. Bagaimana kalau orang ini beralasan belum makan dan kelaparan?

"Bisakah aku tidur di sini sebentar saja?"

Baekhyun makin curiga. Banyak sekali kamar di gedung ini, namun kenapa lelaki ini malah terdampar di tempatnya?

"Siapa kau sebenarnya?"

"Ah, aku tidak bermaksud jahat, Tuan. Aku hanya ingin berlindung dari orang jahat yang mengejarku. Ayahku terlilit hutang. Ibuku melarikan diri. Aku sempat kabur dari orang-orang jahat itu, namun ayahku ditangkap. Tolong aku, Tuan."

Baekhyun mengingat lagi masa lalunya. Hanya dengan melihat lelaki ini, ingatan pahitnya kembali terulang. Baekhyun tahu bagaimana rasanya dikejar oleh orang-orang itu. Tahu bagaimana dinginnya malam ketika dia tak punya tujuan untuk tinggal.

"Masuklah!" Baekhyun membuka pintu.

Lelaki itu menaikkan alisnya. Eh? Hanya begitu saja? Lelaki itu menjerit dalam hati. Kenapa kau sangat baik hati, Baekhyun? Kau terlalu mudah percaya pada orang lain!

"Apa kau yakin?" tanya lelaki itu lagi. Baekhyun mengangguk pelan.

"Aku juga pernah berada di posisimu. Masuklah! Lagi pula tak ada barang berharga yang bisa kaucuri di rumah ini."

Lelaki itu mengerjap beberapa kali, namun dia mengangguk setelah itu. Lelaki itu adalah Park Chanyeol. Seorang calon pewaris tahta perusahaan Park yang sangat kaya, namun rela terdampar di tempat ini demi menemui Baekhyun.

Chanyeol melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen Baekhyun. Dia sengaja tidak memakai sepatu. Dia juga ingin merasakan bagaiman penderitaan Baekhyun selama ini. Dan dia benar-benar merasa sakit ketika tahu kalau Baekhyun pernah mengalami hal serupa.

"Duduklah!" Baekhyun menarik kursi di ruang tamunya. Chanyeol menurut. Dia sudah biasa dengan hidup mewah, namun baru kali ini dia merasa sangat bahagia meski tak ada kemewahan di tempat ini.

Baekhyun memberikan segelas teh hangat pada Chanyeol. Chanyeol tersenyum diam-diam. Dia benar-benar yakin untuk tinggal di tempat ini bersama Baekhyun!

"Ceritakan tentang dirimu!" Baekhyun mencoba mencari tahu.

Chanyeol menghela napas. Dia sengaja datang dengan tampilan sangat kumal agar terlihat miskin. Dia harus bisa bertingkah sangat menyedihkan agar Baekhyun merasa kasihan dan mengizinkannya tinggal di sini. Sudah beberapa bulan sejak Chanyeol membuntuti Baekhyun, dia sangat ingin tinggal bersama lelaki manis tersebut.

Hingga akhirnya dia punya rencana yang telah disetujui oleh Yuri.

"Namaku Park Yoda."

Baekhyun menautkan alisnya.

"Benarkah?"

Chanyeol mengangguk cepat. "Orang tuaku sangat membenciku hingga memberiku nama itu..."

Dalam hati, Chanyeol meminta maaf pada ibu dan ayahnya. Dia begitu nista dan mengatakan hal buruk tentang orang tuanya sendiri demi berbohong pada Byun Baekhyun.

"Maaf..."

"Tidak masalah. Boleh kutahu nama Anda, Tuan?"

"Jangan memanggilku Tuan. Panggil aku Baekhyun."

"Baekhyun-ah..."

Baekhyun melongo. Lelaki aneh ini memanggilnya dengan sebutan akrab meski baru pertama kali tahu? Chanyeol menelan ludah karena keceplosan. Dia terlalu bahagia hingga lupa berpura-pura tidak mengenal Baekhyun sebelumnya.

"Maaf... aku hanya terlalu bahagia karena ada orang baik hati padaku. Sejak tadi aku diusir karena terlalu kotor dan menjijikkan..." Chanyeol pura-pura menangis. Sialan, kau, Park Chanyeol! Kenapa aktingmu menjijikkan sekali?

"Dari mana asalmu, Yoda?"

Chanyeol menggeleng pelan. "Aku tidak berasal dari mana-mana, Baekhyun. Aku tinggal di mana saja aku bisa."

Baekhyun makin ingat masa lalunya.

"Lalu apa yang akan kau lakukan setelah ini?"

"Aku tidak tahu."

"Eoh?"

"Tetapi, Baekhyun... bolehkah aku meminta bantuanmu? Aku mohon... Ini memang terdengar aneh dan kurang ajar, namun begitu melihatmu, aku yakin kau orang baik. Aku bukan penipu ataupun orang jahat, Baekhyun-ah. Aku hanya butuh tempat untuk tidur. Aku tidak akan meminta makanan padamu. Aku juga tidak akan menggunakan listrik ataupun air. Aku akan pergi ke luar ketika ingin ke kamar kecil."

Baekhyun melongo.

"Yoda..."

"Aku hanya butuh bantuanmu. Paling tidak... izinkan aku tinggal selama seminggu. Aku akan membantumu. Aku akan membersihkan apartemenmu. Aku tidak akan bermalas-malasan. Aku juga tidak akan membuatmu repot..."

"Aku..."

"Tolonglah..." Chanyeol benar-benar sudah gila sekarang. Hanya demi tinggal bersama Baekhyun, dia sampai berpura-pura miskin dan juga aneh!

Baekhyun tidak tega. Entahlah... ketika pertama kali melihat lelaki ini, jantungnya berdegup kencang. Hatinya sakit sekali. Ketika mendengar pengakuan Yoda, sebagian nalurinya menjerit tak terima.

Baekhyun ingin membantu lelaki asing ini tanpa sebab. Hatinya sangat terluka ketika melihat raut menderita lelaki asing ini. Yoda adalah nama yang aneh, namun kehidupan ini begitu aneh karena mengantarkannya pada lelaki yang sangat asing namun dalam sekejap bisa dia percayai.

"Aku akan mengizinkanmu tinggal di sini..." Baekhyun menghela napas.

"Benarkah?"

"Aku juga akan mengizinkanmu menggunakan fasilitas apa pun yang ada di rumah ini, Yoda."

"Panggil aku Channie, Baekhyun."

"Kenapa namamu berubah lagi?"

"Aku lebih senang kau memanggilku begitu. Mulai sekarang kita adalah housmate, jadi aku ingin lebih akrab denganmu."

"Baik, Channie. Mulai sekarang kau akan tinggal bersamaku, namun aku tidak bisa memberimu tumpangan gratis. Kau punya tugas di sini. Apa kau bisa memasak?"

Tentu tidak. Park Chanyeol punya pembantu yang sangat setia melayaninya menyediakan makanan lezat.

"Aku tidak bisa memasak, Baekhyun. Selama ini aku tidak punya tempat untuk itu."

Baekhyun mengangguk mengerti. "Aku mengerti! Bagaimana kalau bersih-bersih?"

Chanyeol tidak pernah melakukannya, namun dia akan melakukannya kalau memang Baekhyun yang meminta.

"Aku akan melakukannya untukmu."

"Kau bisa melakukannya?"

"Aku pernah jadi tukang sapu jalanan, Baekhyun. Jadi aku sudah biasa membersihkan apa pun." Chanyeol berdusta. Dia tidak tahu apa yang akan dia lakukan seandainya Baekhyun memberikan tugas serupa.

"Apa kau punya pekerjaan?"

Chanyeol menggeleng.

"Aku akan membantumu mencari pekerjaan paruh waktu."

"Baekhyun..."

Chanyeol benar-benar tidak tahu harus menanggapi seperti apa. Kenapa ada orang sebaik Byun Baekhyun di dunia ini? Baekhyun pernah merasakan sakit, jadi dia akan jatuh iba ketika melihat orang lain sakit. Dia tidak ingin orang lain merasakan apa yang dia alami.

"Ya?"

"Terima kasih..."

"Tidak masalah."

"Kenapa kau membantuku? Kita bahkan belum mengenal begitu dekat. Bahkan belum satu jam kau tahu namaku."

"Aku hanya percaya padamu."

"Kenapa kau percaya?"

"Aku pernah menderita sepertimu, Channie..."

Chanyeol tersenyum haru. Ibunya benar. Baekhyun memang lelaki yang luar biasa. Bahkan pada orang asing yang tidak jelas ini Baekhyun sangat terbuka dan baik hati.

"Kau belum mengenalku, kenapa kau sudah percaya padaku?"

"Matamu..." Baekhyun tersenyum. Manis sekali. "Aku pernah melihat orang jahat di dunia ini. Kehidupan yang keras sudah kujalani. Aku mengenal tatapan mata mereka. Ketika aku melihatmu, aku tidak melihat rencana jahat di sana."

Tetapi aku berbohong, Baekhyun! Chanyeol membatin. Dia tidak suka berbohong pada Baekhyun, namun dia harus melakukannya kalau memang ingin dekat dengan lelaki manis ini.

"Terima kasih, Baekhyun-ah..."

"Tidak masalah. Kau adalah housemate-ku."

"Aku akan membantumu mulai sekarang. Aku akan bekerja dan juga akan membantumu membersihkan rumah."

"Bagus. Aku yang akan memasak."

Imajinasi Chanyeol bergerak. Dia membayangkan Baekhyun yang memakai apron dan memasak sarapan untuknya. Chanyeol bersiap-siap ke kantor, lalu memeluk Baekhyun dari belakang dan berbisik pelan.

"Aku berangkat, Yeobo..."

"Ini bekal untukmu, Sayang!" Baekhyun mengecup pipinya sayang.

Astaga! Imajinasi Chanyeol liar sekali! Dia mengerjap setelah itu dan menatap Baekhyun yang juga sedang melongo. Baekhyun mengguncang lengannya. Sejak tadi Chanyeol sibuk dengan imajinasi nista yang ada di otaknya bersama Byun Baekhyun.

Chanyeol, ini baru hari pertamamu! Bagaimana bisa kau begitu gila dan sudah memikirkan hal-hal aneh yang sangat jauh? Lagi pula... Baekhyun tidak pernah memberi kesempatan yang sama pada orang lain.

Baekhyun menerimamu bukan karena kau adalah anak orang kaya dan calon pewaris perusahaan Park, namun karena kau adalah lelaki miskin yang sangat menyedihkan. Baekhyun merasa kasihan padamu sehingga kau diterima. Dari sudut mana pun, kau sangat menyedihkan, Chanyeol!

Tetapi kenapa kau merasa sangat bahagia?!

Kau benar-benar sudah gila!

"Baekhyun..." Chanyeol berdiri. Baekhyun mendongak.

"Ada apa?"

Chanyeol menggenggam jemari Baekhyun, lalu menarik tubuh lelaki manis itu. Chanyeol memeluknya spontan setelah itu.

Chanyeol memang gila! Karena Byun Baekhyun! Seorang lelaki biasa yang manis dan berhati malaikat. Baekhyun-nya.

TBC

Cerita ini akan update dua kali seminggu. Harinya? Acak. Akan lanjut, jelas. Tp gak usah komeng maksa2 lanjut cepet! Saya nggak suka.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro