21. Who is she??

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari berganti ,kini tibalah saatnya dimana Mami Nia harus melepas Papi Abbi untuk kembali ke tempat tugas.
Mata wanita paruh baya itu bahkan sudah sejak tadi basah. Pandangannya pudar akibat air mata yang terus saja terjun dengan seenaknya tanpa bisa ia kendalikan.

Tyan menghentikan laju mobilnya tepat di parkiran mobil yang berada di terminal 3 penerbangan domestik. Baik Tyan dan Unjin segera menoleh ke kursi belakang tempat Mami Papinya berada. Sekejap suasana haru mulai terasa pasalnya Mami Nia semakin tergugu karena tak rela melepas kepergian suaminya untuk kembali bertugas.

" Sayang, jangan nangis kayak gini. Nanti aku berat ninggalin kamu. Lagi pula kan ada anak-anak yang nemenin dan jagain kamu, jangan nangis lagi yank."

Papi Abbi mencoba menenangkan istrinya. Perlahan ia pun membawa istrinya itu ke pelukannya sambil memberi kode pada kedua anaknya untuk turun dari mobil lebih dulu.

Setelah 5 menit mendekap erat sang istri,Papi Abbi pun mulai membawa Mami Nia untuk turun dari mobil.

" Papi kan masih bisa telepon Mami kayak biasa jadi jangan sedih kayak gini dong Mi. "

Lagi-lagi Papi Abbi mengucapkan kata-kata penenang sambil sesekali mengusap air mata yang masih sesekali turun ke pipi istrinya.

" Mami kan masih kangen Pi, kenapa sih Papi cutinya cuma 2 minggu!" cebik Mami Nia sedikit kesal sambil kembali menghapus air matanya.

" Cutinya kan gantian sama yang lain Mi,lagian kalo cutinya lama yang jaga perbatasan siapa?" sahut Papi Abbi lembut sambil menatap Mami Nia dengan tatapan dalam yang begitu menenangkan.

" Perbatasannya gak akan pindah juga kali Pi!, Sesekali cuti yang lama kek biar Mami puas berduaan sama Papi!,ini masih kangen tapi udah ditinggal lagi, gimana gak sedih!"

Papi Abbi tersenyum kecil,ia mencoba memaklumi sikap istrinya. Lagi pula mau bagaimana lagi, bagaimana pun juga ia harus segera kembali ke tempat tugas.

Melihat Papi dan Maminya belum juga beranjak dari sisi mobil karena sang Mami yang belum juga berhenti ngedumel akan kesedihannya membuat Unjin gregetan lalu mulai meneriaki orang tuanya itu untuk segera bergegas.

" Mami nangisnya di skip dulu kek Mi!, Pesawatnya Papi 10 menit lagi berangkat lho, nanti kalau Papi ketinggalan pesawat gimana?" Suara Unjin sukses membuat Mami Nia menatapnya horor.

Tyan yang melihat raut wajah sang Mami berubah pun langsung menarik adiknya untuk jalan lebih dulu masuk ke dalam bandara. Tak lama dari itu Mami Nia pun mulai melangkah masuk bersama dengan Papi Abbi. Kedua tangan mereka saling menggenggam erat satu sama lain.

🐾🐾🐾

Sesampainya di dalam, Mami Nia semakin berat melepas kepergian suaminya itu. Entah kenapa bayangan masa lalunya saat ia ditinggal ke Libanon kembali muncul membuatnya lagi-lagi menangis tersedu. Pria berkaki jenjang dengan seragam loreng tersebut segera meraih tubuh mungil di depannya itu lalu memeluknya dengan erat.

" Papi akan baik-baik aja Mi, jangan nangis terus ya nanti cantiknya hilang lho," goda Papi Abbi yang tak digubris oleh Mami Nia. Wanita itu masih asik dengan tangisnya yang terdengar menyayat hati sang suami.

Setelah bersusah payah untuk mengikhlaskan kepergian suaminya, Mami Nia pun mulai dipeluk kedua anak lelakinya.

" Abang Adek jagain Mami ya, Papi harus kembali tugas. Ingat jangan bikin Mami marah ataupun sedih!" Pesan Papi Abbi sebelum melangkah masuk ke ruang boarding. Kedua anak lelaki itu pun segera mengangguk sambil merangkul Maminya dengan erat. Mereka tahu bahwa sebentar lagi si Mami pasti akan kembali menangis.

" Mami mau ikut Papi aja bisa gak sih!" Cetus Mami Nia yang kemudian menangis lagi.

Kali ini ia masuk ke dalam pelukannya anak sulungnya. Sambil mengusap lembut bahu sang Mami,Tyan pun mulai memberikan ucapan penyemangat .

" Mami jangan nangis terus dong Mi,kasian Papi nanti jadi kepikiran lho. Toh Mami masih bisa teleponan sama videocall kayak biasanya kan Mi,udah ya Mi jangan nangis lagi ya Mi."

Unjin yang berdiri di samping Maminya kini mulai ikut memeluk wanita kesayangannya itu dengan wajah sedih.

" Mami jangan nangis Mi, nanti Unjin juga mau ikut nangis!, Biarin aja Papi pergi tugas,kan di sini Mami punya Abang sama Unjin yang jagain Mami."

Mendengar ucapan anak bontotnya itu ,Mami Nia pun segera menoleh ke arah Unjin.

" Adek beneran mau jagain Mami?" Unjin pun mengangguk cepat.

" Beneran?" Lagi-lagi Unjin mengangguk.

" Kalau gitu nanti malam Adek bobo sama Mami kayak kemarin waktu ada Papi ya!, Temenin Mami bobo!"

Seketika itu pula Unjin membeliakan matanya. Sang Mami tahu pasti si bontot akan menolaknya tapi dengan cepat Mami Nia pun kembali merajuk.

" Pasti Adek gak mau kan bobo sama Mami, padahal tadi bilangnya mau jagain Mami,begitu diminta nemenin Mami bobo aja gak mau!, Ya udahlah Mami minta temenin Abang Tyan aja nanti malam!" ucap Mami Nia dengan wajah kecewa sambil merengek pada anak sulungnya.

" Iya Mi, nanti malam Abang temenin Mami bobo deh ya tapi Mami jangan sedih lagi ya," ucap Tyan lembut mewarisi sikap sang Papi. Mendengar itu Unjin segera menginterupsi

" Mami bobo sama Unjin aja!, Gak usah bobo sama Abang!"
Mami Nia dan Tyan pun segera melirik ke arahnya.

" Bukannya tadi Adek gak mau?" tanya Mami Nia.

" Unjin belum bilang apa-apa ya tapi Mami udah baper duluan!, Pokoknya Mami bobo aja sama Unjin jangan sama Abang!" Sahut Unjin.

Tyan melirik adiknya sambil geleng-geleng kepala. Ia sudah tahu kalau Unjin takut jika Maminya akan lebih sayang pada Abangnya. Mudah terbaca sikap Unjin tersebut di mata Tyan.

" Dasar bocah! Takut banget gak disayang lu!" cetus Tyan sambil mengacak-acak rambut adiknya itu hingga Unjin pun mencak-mencak sambil mengatakan bahwa ketampanannya bisa hilang.

🐾🐾🐾

Tepat pukul 7 malam keluarga Nugroho's telah sampai di rumah mereka. Namun ada yang berbeda di depan rumah mereka, pasalnya ada seorang gadis berambut panjang dengan wajah menawannya nampak duduk di kursi teras.

Mami Nia yang lebih dulu turun dari mobil pun segera menghampiri gadis berkulit putih bersih itu. Unjin yang berjalan di belakang Maminya pun nampak terkejut dengan kedatangan gadis cantik ini. Wajahnya penuh tanya namun juga penuh aura kekaguman.

" Selamat malam Tante," sapanya ramah sambil tersenyum dan meraih tangan Mami Nia untuk bersalaman.

" Maaf kamu siapa ya?" tanya Mami Nia keheranan karena tak pernah melihat gadis ini sebelumnya.

Tyan yang datang paling akhir tersentak kaget saat mendapati gadis di depannya itu tengah mengenalkan dirinya pada sang Mami meski tanpa diminta.

" Yemi."

Kontan Mami Nia dan Unjin pun segera menoleh ke arah Tyan.

" Abang kenal?"tanya Mami Nia sambil menarik tangannya yang sejak tadi masih berada digenggaman gadis bernama Yemi tersebut.

" Ng,"

" Penggemarnya Abang ya? Atau pacarnya Abang?" Serobot Unjin pada Yemi. Gadis itu pun tersenyum malu-malu lalu menjawab

" Bukan dua-duanya ,aku teman sekampusnya Tyan Tante," ucap Yemi berusaha menjelaskan pada Mami Nia. Sedangkan kami Nia dan Unjin pun hanya ber-oh ria lalu mempersilahkannya untuk masuk ke dalam. Sedangkan Tyan,ia masih nampak terkejut akan kedatangan gadis yang selama ini selalu berusaha dekat dengannya itu.

" Mami buatin minum dulu, ajak masuk bang temannya," perintah Mami Nia sambil beberapa kali melirik ke arah Yemi dengan tatapan kurang menyenangkan.

Unjin yang diam-diam memperhatikan gelagat Maminya itu pun mulai berbisik

" Mami ngapa dah ngeliatin temennya Abang begitu?"

" Habis itu roknya kok pendek banget ya dek ,gak risih apa ya pakenya? Mami yang liat aja risih!"

" Lah sexy kali Mi!" Goda Unjin membuatnya langsung dicubit sang Mami.

" Udah sih Mi masalah rok doang juga, Unjin ke kamar ya jangan ganggu Unjin. Tar Unjin ke kamar Mami kalau temannya Abang udah pulang," pamit Unjin

" Iya, Adek jangan turun-turun ya sebelum si mbaknya pulang, dosa liat beginian dek!" Seru Mami Nia yang direspon tawa dari Unjin.

Di dapur, Mami Nia bergegas membuatkan minuman dan beberapa cemilan. Di sela kegiatannya itu ia mulai parno perihal siapa gadis di depan sana pasalnya Tyan tak pernah sekalipun membawa bahkan bercerita mengenai seorang gadis pada dirinya.

" Siapanya Abang sih nih perempuan! Kok jadi khawatir ya! Mana pake bajunya begitu lagi, cantik sih tapi bisa bikin Abang zina mata begini mah!" Gerutu Mami Nia sambil mengaduk minuman buatannya.

Di depan sana,Tyan nampak duduk dengan gelisah, ia duduk berjauhan dengan Yemi sambil beberapa kali menghela nafasnya.

" Maaf ya aku ke rumahmu tanpa ngabarin dulu,aku kesini mau ngembaliin jaketmu yang waktu itu aku pakai," kata Yemi memecahkan keheningan di antara mereka.

" Hah? Jaket? Tyan minjemin jaket ke kamu?" Pekik Mami Nia yang tiba-tiba saja sudah berada di antara mereka membuat keduanya kaget dan mengelus dada.

" Kok bisa Abang pinjemin jaket Abang?" Sambung Mami Nia sambil mengambil duduk tepat di samping Tyan. Tyan nampak salah tingkah, kenapa juga Maminya harus ikut duduk di sini.

" Abang kasih tau Mami!" Todong Mami Nia sambil sesekali melirik ke arah Yemi yang sejak tadi mengulum senyum.

" Gini lho Mi----" 

suara Tyan terinterupsi dengan suara Yemi yang tiba-tiba saja ikut terdengar.

" Jadi gini tan waktu itu di kampus secara gak sadar saya menstruasi sampai tembus, waktu itu saya gak tau dan Tyanlah yang lihat setelah itu Tyan langsung pinjamin jaketnya ke saya untuk nutupin noda darah di dress saya Tan," jelas Yemi panjang lebar tanpa melepas senyum di bibirnya

" Kok bisa sih mens gak tau, emang gak berasa apa!" seru Mami Nia sedikit jutek. Tyan yang mendengar ucapan Maminya langsung meraih tangan Mami Nia dan membawanya ke arah dapur.

" Ihhh Abang apaan sih tarik-tarik Mami!"

" Mami jangan ngomong gitu dong Mi,gak enak sama Yemi."

" Lho kan aneh dong bang masa dia mens gak tau!, Lagian itu ya teman Abang itu kenapa dia ke rmh orang pake rok pendek begitu sih, bajunya kenapa memperlihatkan bahu begitu?? Bikin zina mata bang! Makanya Mami sengaja nemenin Abang ! Abang tau kan kalau laki-laki dan perempuan cuma berduaan yang ketiganya apa?"

" Yang ketiganya setan, lah Mami tadi kan jadi orang ketiga berarti Mami setannya dong ," goda Tyan sambil terkekeh geli membuat Mami Nia memukul lengannya sambil ngedumel

" Ya bedalah bang! Lagian Abang nih jahat banget sih sebut Mami setan gara-gara perempuan itu!!"

" Abang bercanda Mi, baper bgt deh Mami hari ini."

" Iya Mami lagi beperan! Udah gitu temen Abang itu pake datang lagi bikin Mami nambah senewen!"

" Yemi ke sini kan cuma mau balikin jaket punya Abang Mi,udah sih jangan manyun gitu Mi nanti gak cantik lagi lho," rayu Tyan sambil terkekeh.

Merasa di tinggal pergi begitu saja, Yemi nampak tak sabar menanti. Ia pun mulai melangkah mencari keberadaan Tyan untuk pamit pulang. Tyan yang merasa tak enak hati pun menawarkan untuk mengantarnya pulang tapi Mami Nia segera melotot ke arah Tyan membuat gadis itu menolak tawaran Tyan.

" Gak usah aku naik taxi aja,lagi pula kayaknya mama kamu gak rela kalau kamu anterin aku pulang," sahut Yemi lembut tapi cukup menusuk hati Mami Nia.

" Aduh peka banget sih kamu. Seneng deh kalau ketemu perempuan yang model begini!, Lagi pula kamu tadikan datang sendiri jadi pulang harus sendiri jugalah ya!" Balas Mami Nia dengan wajah jutek dan tentu saja membuat Tyan menepuk keningnya sendiri. Yemi sendiri nampak keki dan juga kesal atas ucapan Mami Nia itu tanpa berkata apapun lagi ia pun melangkah pergi keluar dari pelataran rumah.

Merasa tak enak hati, Tyan pun berusaha untuk mengikuti Yemi dari belakang namun dengan cepat Mami Nia menarik tangan Tyan

" Mau kemana?gak usah ke mana-mana!" cetus Mami Nia galak

" Nemenin sebentar sampai dapat taxi mam,kasian udah malam."

" Gak ada kasian-kasian! Abang gak denger ya dia tadi ngomong kayak gitu sama Mami! ,Ihh gregetan pengen cakar!" Seru Mami Nia sambil menarik Tyan ke dalam rumah.

" Kenapa sih teman Abang begitu banget!" Sambung Mami Nia yang diikuti helaan napas pelan dari Tyan.

" Abang deket banget ya sama Yemi itu?"

" Gak Mi, biasa aja. Kita beda fakultas kok ." Suara Tyan terdengar sabar

" Beneran biasa aja? Awas ya kalau Abang sampai pacaran sama dia! Mami gak setuju, mami gak akan ngerestuin!! " ancam Mami Nia yang kemudian melangkah masuk ke kamarnya sambil ngedumel sendiri mengomentari gadis bernama Yemi tadi.

Tyan sendiri hanya menghela napas sambil geleng-geleng kepala melihat kelakuan Mami pasca di tinggal si Papi tapi pada dasarnya begitulah Mami Nia. Ia memang tak begitu menyukai gadis dengan penampilan terbuka macam Yemi tadi. Bukan Mami Nia tak open terhadap fashion anak muda jaman sekarang tapi ada baiknya jika seorang gadis berkunjung ke rumah seorang laki-laki memakai pakaian yang tertutup dan sopan bukan?. Selain pakaian Yemi yang menjadi nilai minus di mata Mami Nia ucapan Yemi tadi pun membuatnya makin tak menyukainya.

Tyan tak ingin menyalahkan Maminya ataupun Yemi. Bagi Tyan apa yang menjadi alasan sang Mami memang ada benarnya. Dan apa yang menjadi keyakinan Yemi untuk berpakaian itu adalah hak nya meskipun sebenarnya Tyan kurang nyaman dengan penampilan Yemi selama ini.



Happy Sunday chingu 🤗
Semoga part kali ini bisa menemani puasa kalian dengan semangat ya




Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro